Setelah sambungannya dengan Theo terputus, Luna mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Ekal.
Luna tak akan diam saja di dalam kamarnya, dia berganti pakaian dengan yang jauh lebih bagus. Luna menatap dirinya dari pantulan kaca besar yang tersedia di kamarnya itu.
"Bukan aku yang berkhianat, harusnya aku tidak mengurung diri. Mereka akan semakin senang jika aku hanya diam," tutur Luna pada pantulannya yang sama-sama memancarkan aura kebencian.
Luna menyisir rambutnya dengan lembut, perlahan bibirnya terangkat untuk menciptakan sebuah senyuman yang memiliki makna tersembunyi.
"Baiklah, akan kubiarkan wanita itu tinggal di sini. Dan, setelahnya dia harus melihat bagaimana aku membalasnya, dengan dia tinggal di rumahku. Aku tidak perlu jauh-jauh untuk membalaskan dendamku."
Ya, keputusan untuk membiarkan Sania tinggal di rumahnya sudah Luna putusan sejak tadi. Dia telah memantapkan hatinya agar tetap tegar walau nanti dia akan melihat kedekatan Ekal dan Sania.