Sarapan selesai, kini Dinda sibuk untuk mencuci piring. Padahal Luna sudah menawarkan diri, tapi. Dinda dengan tegas melarang Luna, bukan karena khawatir piring piringnya akan pecah karena dicuci oleh Luna yang dia ketahui tak bisa melihat.
Dinda hanya tak mau Luna terluka, kalau kalau saat mencuci nanti akan licin dan membuat Luna tak segaja menjatuhkan piring yang serba kaca itu. Dinda takut Luna akan terkena serpihan kacanya, itu hanya akan membuat Luna terluka. Jadi, lebih baik Dinda yang melakukannya sendiri saja.
Dan, lagi lagi Luna hanya bisa duduk manis di meja makan yang sudah dibersihkan oleh Dinda.
Luna menatapi punggung ringkih Dinda, Luna merasa nyaman dan merasa sangat disayang sebenarnya baru beberapa jam hidup bersama Dinda. Tapi, sayangnya Luna belum bisa merasakan ikatan batin di antara mereka.