Keharuan di ruang tengah itu tak bertahan lama, saat Luna melepaskan pelukan mereka setelah dia tidak merasakan apa apa ketika dipeluk oleh ibunya sendiri.
"Maaf, Bu. Aku hanya belum terbiasa," kata Luna dengan tak enak hati, dia bukan maksud untuk melukai perasaan Dinda. Luna hanya mengatakan apa yang dia rasakan di dalam hatinya.
Bagaimana pun juga Luna memiliki hati, dia pun tak bisa mengabaikan perasaannya sendiri demi orang orang yang ada di sana.
Dia memahami Luna, dia mengangguk sembari mengusap lengan Luna.
"Iya, Nak. Tidak apa apa, Ibu tidak akan memaksa kamu, Ibu akan membantu kamu untuk terbiasa dengan Ibu," kata Dinda memberikan janji yang terdengar begitu tulus.
Tentu saja dengan senang hati, dia akan membantu Luna agar terbiasa dengan dirinya. Luna adalah putrinya tidak sulit untuk terbiasa dengan sang putri, ya. Itulah yang Dinda rasakan, karena selama ini dia sangat merindukan putrinya dan tak sabar untuk bertemu.