Atmosfer di ruangan Evans mendadak terasa mencekam, mungkin hanya untuk Evans sebab dia sedang ditekan oleh Kenzi.
Kenzi sendiri masih setia menyunggingkan senyum penuh kemenangan, dia suka melihat gurat panik di wajah Evans yang biasanya selalu santai seakan tak akan bisa ditebak.
"Sekarang saya hanya ingin mengatakan, tamatlah riwayat kalian!" kata Kenzi dengan ketus, rahangnya mengeras saat dia mengatakan kalimat barusan.
"Saya pikir selama ini, kalian hanya berdua. Ternyata kalian disokong oleh seorang detektif? Perpaduan yang sangat luas biasa sempurna, wanita buta yang dilindungi seorang dokter terkenal dan detektif hebat? Siapa yang akan membayangkan hal ini?" tambah Kenzi menyudutkan Evans.
Evans yang tadinya masih panik, berangsur-angsur merubah ekspresinya kembali datar. Dia memang sempat panik, tapi. Dia rasa tak perlu terlalu menunjukkannya bukan?