Ekal diam sesaat memandangi wajah Luna, di saat dia sibuk melakukan itu Luna hanya tampak datar menatap ke arah pintu.
Lihatlah Luna bahkan tak lagi terlihat malu malu saat ditatap seperti itu oleh Ekal, jantung Luna tak lagi berdebar kencang untuk suaminya. Luna sudah mengetahui ini sejak lama.
Luna menduga hatinya berhenti berdebar kencang di depan Ekal, karena pengkhianatan pria itu. Ya, sebenarnya wajar saja jika Luna sudah mati rasa pada Ekal.
Tapi, Luna pun belum bisa meninggalkan Ekal hanya karena dia sudah mulai mati rasa. Ada satu lagi perasaan ragu untuk meninggalkan pria yang menyakiti dirinya ini, Luna masih mengantungkan hidupnya pada Ekal.
Sulit untuk Luna melepaskan Ekal begitu saja, bukan karena Luna takut kehilangan Ekal. Tapi, Luna hanya takut belum bisa melupakan kenangan mereka bersama.
Waktu yang mereka habiskan begitu lama dan ke duanya sudah menciptakan kenangan yang indah.
"Luna, kenapa pipi kamu?" tanya Ekal dengan nada naik satu oktaf, Ekal terkejut.