Tangan Luna terkepal, dia mendengarkan semua yang Sania katakan pada Ekal. Luna kesal sebab Sania terkesan mempengaruhi Ekal dengan kata kata busuknya itu.
Sementara di dalam, Ekal menatap Sania tanpa bisa membalasnya dengan kata katanya yang lain. Seakan lidahnya keluh.
Perasaan ekal campur aduk, dia jadi meragukan cintanya pada Luna. Sebab terhasut akan perkataan Sania barusan, apakah benar yang dia rasakan bukan karena takut kehilangan Luna, tapi. Hanya karena kasihan pada Luna sebab Luna sedang buta.
"Apakah seperti itu?"
Dan, yang lebih bodohnya lagi. Ekal malah mempertanyakan itu, dengan terlontarnya pertanyaan itu Ekal juga sudah menunjukkan jika dia meragukan perasaannya pada sang istri.
Luna yang masih setia di luar menatap tajam ke arah pintu yang di dalamnya ada dua orang yang sudah berhasil menghancurkan hatinya menjadi berkeping-keping.
"Wanita sialan itu...." geram Luna, rahangnya mengeras membayangkan wajah Sania yang sangat menyebalkan baginya.