"Baiklah, kalau begitu katakan saja apa yang harus kulakukan agar dapat maafmu?" tanya Ekal pada akhirnya.
Dari pada sibuk mencari cari alasan, Luna selalu tahu kalau itu hanyalah dusta. Lebih baik jika Ekal mengganti kalimatnya, bukan?
Luna membuang mukanya, dia malas membicarakan hal lain selain alasan yang ingin dirinya dengar.
Tapi, mendadak Luna mendapatkan ide yang cemerlang. Dia menyinggung senyum miring diam-diam.
"Kamu akan melakukan apa saja? Demi mendapatkan maaf dariku?" tanya Luna sekali lagi demi mendapatkan apa yang dia inginkan.
Ekal tampak exaited, pria itu mengangguk antusias tanpa. Satu detik setelahnya, dia menepuk jidatnya sebab baru sadar jika Luna tak akan bisa melihat anggukan kepala darinya.
"Iya, tentu saja, Sayang. Apa pun akan aku lakukan," janji Ekal terdengar yakin.
Luna tersenyum manis, dia melipat ke dua tangannya di atas meja dengan mata kosongnya yang fokus pada telinga Ekal.
"Kamu ingin aku pulang?" tanya Luna lagi.