Tepat pada pukul lima sore, Luna berdiri di depan ruangannya dengan tas yang tak terlalu besar.
Tas itu berisi barang-barangnya selama di rumah sakit, dengan tongkatnya dia berniat untuk pulang.
Ekal sungguh tak akan datang untuk menjemputnya, tentu saja. Pria itu tak akan datang sebab sibuk dengan pekerjaannya.
Dengan tatapannya yang kosong itu, Luna belum beranjak dari depan ruangan yang dia pakai beberapa hari ini.
"Mari, Bu. Saya bantu sampai ke depan, saya akan carikan taksi," tawar suster yang tadi membantu Luna berkemas.
Luna tersenyum sekilas, dia hampir mengangguk. Namun, tak jadi sebab seseorang lebih dulu muncul di sana dan mengatakan.
"Oh, nyonya Luna?"
Dion, mendadak muncul di sana dan menyapa mereka. Sebenarnya bukan mendadak, dia sudah merencanakan ini. Menunggu kapan Luna akan keluar.