Sebagai seorang ibu, pastinya Meysa ingin mengetahui kehidupan Kinara sebagai putri satu-satunya. Namun, keinginannya itu sulit untuk ia dapatkan, mengingat Kinara yang selalu menjauhkan diri dari keluarga. Sejak bertengkar dengan sang ayah, apalagi. Kinara menjadi jarang pulang, dan hanya akan datang ketika diundang. Padahal, menurut Bram, Kinara sudah tidak lagi marah apalagi kecewa. Namun, Kinara belum juga ingin mendekatkan diri pada kedua orang tuanya lagi.
Jika Kinara masih menjadi istri seseorang, mungkin Meysa akan lebih paham. Mungkin ketidakhadiran Kinara disebabkan oleh kesibukan mengurus pekerjaan dan juga rumah tangga. Ketika sudah tak lagi menjadi istri orang, pastinya kesibukan Kinara sudah mulai berkurang, bukan? Sayangnya, Kinara masih saja membangun dinding kokoh yang tidak bisa ditembus oleh Meysa sebagai seorang ibu yang amat menyayanginya.
