Kresna terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak selama kurang lebih dua jam saja. Ia yang masih berbaring di atas ranjang asing itu, kini berangsur mendudukkan diri. Kamar kelas ekonomi yang tak terlalu luas dan hanya berisi satu ranjang, sebuah televisi, lemari pendingin berukuran setengah pinggang, lampu tidur, nakas lalu beberapa stop kontak. Sebuah jendela kecil yang menyajikan pemandangan kota di pagi hari juga terlihat di sana dengan berselimutkan tirai berwarna keemasan.
Padahal Kresna diberikan kesempatan untuk menginap di salah satu kamar mewah di hotel itu, tetapi ia justru menolak. Kamar kecil ini juga terbilang mewah, bahkan lebih mewah daripada apartemennya. Dan ia tidak mungkin tega membiarkan Kinara menginap di apartemennya yang kusam, sementara ia bisa tidur di kamar yang brilian. Karena pemikiran itulah, Kresna memutuskan untuk menginap di kamar yang biasa-biasa saja bagi khalayak kelas atas, tetapi masih sangat pantas baginya.