"Ada apa kau menghubungiku, Ansori? Apakah kau memang sudah membuat keputusan?" tanya Kresna dengan tenang pada seseorang, melainkan Ansori yang sebelumnya menghubunginya lebih dulu.
Ansori terdengar menghela napas. "Aku ingin bertemu denganmu sekarang juga, Kres. Bisakah kau ke kantorku? Maaf-maaf saja, aku tidak bisa pergi ke sana, karena kau yang membutuhkanku dan bukan diriku," ucapnya setelah itu.
Giliran Kresna yang menghela napas cukup dalam. Lalu matanya melirik ke arah Biyan yang masih duduk bersandar di kursi di hadapannya itu. Biyan terpejam sebentar, tak lama berselang ia lantas menganggukkan kepalanya secara pelan. Ia tahu betul jika Kresna tengah kesal, apalagi Ansori memang musuh bebuyutan pengacara juniornya itu. Namun saat ini rencana untuk mengungkapkan suatu kebenaran merupakan hal yang lebih penting daripada suatu permusuhan.