Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kengerian di Sekolah

Rinka_Masami1207
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.1k
Views
Synopsis
Sekolah itu ternyata menyimpan sebuah kisah yang menyeramkan. Kisah masa lampau yang terlampau memilukan. Mereka yang tak bersalah terpaksa menjadi korban atas apa yang dilakukan makhluk-makhluk itu. Hari ini adalah hari pertama setelah sekolah dibuka untuk pertama kalinya. Murid-murid yang baru pertama kali masuk sekolah harus menghadapi kejadian demi kejadian aneh yang mereka alami. Apakah mereka berhasil selamat, atau malah menjadi korban atas keserakahan makhluk-makhluk itu?

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - Kejadian Itu....

Sunyi, gelap, dan sepi. Itulah suasana di dalam sekolah itu. Wajar jika tak ada orang di sana, karena hari sudah malam. Mana mungkin ada orang yang sengaja datang malam-malam ke sekolah.

Ah, kecuali dua orang ini. Mereka dengan berani datang dan memasuki sekolah hanya berbekal senter serta nyali yang cukup. Mereka datang ke sekolah malam-malam karena ingin mencari tahu sebuah kebenaran dari rumor yang beredar.

Orang-orang bilang sekolah itu sangatlah angker. Ada yang bilang ada arwah-arwah yang bergentayangan di sana. Ada yang berkata jika sekolah itu menjadi tempat diadakannya sebuah ritual pada malam hari. Ada juga yang bilang bahwa tempat itu adalah portal bagi para makhluk halus untuk bisa memasuki dunia manusia.

Rumor hanyalah rumor, tapi mereka ingin mencari tahu kebenarannya. Mereka menggunakan senter dari handphone masing-masing untuk menyinari sekaligus merekam apa yang ada di dalam sekolah itu.

"Jadi Guys, di sini ada meja-meja kantin. Biasanya kami makan waktu istirahat di sini" kata salah seorang dari mereka sambil merekam beberapa meja yang ada di sana. Ia sedang melakukan siaran langsung dan ditonton ribuan pengikutnya.

"Terus, di sana ada kursi." Orang itu merekam ke arah sebuah kursi yang posisinya berbeda dengan kursi lainnya. "Eh, kenapa posisinya berubah? Apa lu yang nggeser kursi ini?" tanyanya pada kedua teman yang lain.

"Ha? Mana mungkin, gua kan selalu berada di belakang elu" elak orang itu.

"Hm.... Oke...." Orang yang merekam itu sedikit curiga. Pasalnya, ini adalah sekolah elit yang terkenal akan kerapian, kebersihan, fasilitas, kemampuan pengajar, dan masih banyak lagi. Mana mungkin ada sekolah elit yang barang-barangnya berantakan. Itu sangat mustahil.

Orang itu kembali merekam kursi tadi. "Hah! Kok posisinya kembali seperti semula?! Kok berubah lagi?! Kok bisa?!" Dia berteriak heboh sambil menunjuk kursi yang berpindah posisi itu dengan horor.

Temannya yang lain tak kalah ketakutan. "K-kok bisa, sih?.."

[Palingan itu cuma settingan]

[Iya, bener. Nggak mungkin sekolah elit ada hantunya]

[Mungkin ada orang di balik layar]

Orang yang merekam itu berteriak, "Mana mungkin aku berani melakukan settingan seperti itu!! Lagipula, di sini teralu gelap dan banyak barang, tahu!" elaknya saat dirinya membaca pesan-pesan dari para pengikutnya.

"A.... Aa...." Seorang temannya menunjuk sebuah objek dengan tangan yang bergetar, membuat orang yang merekam langsung menoleh. Kursi yang tadi berpindah tempat sekarang bergerak memutar dan mendekat ke arah mereka.

"Nggak, nggak nggak!! Ini nggak mungkin!!" racau orang yang merekam dengan gemetar. "Cepat, kita harus lari!!!"

Mereka berdua berlari dengan sangat kencang menjauhi kantin yang luasnya tak main-main itu. Sesekali mereka menengok ke belakang untuk memastikan bahwa kursi tadi tidak mengejar.

"HE-HEY!! KENAPA KURSI ITU MALAH BERGERAK SEMAKIN CEPAT MENDEKATI KITA?!"

Nafas mereka semakin berat, pikiran mereka kosong. Yang ada hanyalah sebuah kata yang terlintas di benak masing-masing.

'Lari!'

Mereka sebisa mungkin berlari dengan kecepatan maksimal. Tapi, setiap kali mereka meningkatkan kecepatan, kursi itu juga mengejar mereka lebih cepat. Siaran masih berlangsung, bukannya takut dan cemas, para penonton malah semakin menikmati hal ini.

[Nah, gini, dong. Setidaknya ada yang menantang]

[Habis ini, coba buat settingan kalau kalian jatuh dari tanga, wkwkwk]

[Boleh juga, tuh. Lari sampe ke ujung dunia, ya!! Awokawokawokawok]

"Bukankah sudah kubilang, ini bukan settingan!!" kesal orang yang merekam.

"Ri, udah, woy!! Cepetan lari!!" teriak salah satu temannya itu.

Tanpa sadar orang yang merekam itu memencet tombol pergantian kamera, yang membuat rekaman itu menampakkan wajahnya yang sedang berlari. Ia benar-benar kacau, keringat membasahi tubuhnya. Mulutnya terbuka untuk mengambil napas sebanyak-banyaknya dan matanya ketakutan.

[He-hei, kupikir dia tak membuat settingan, deh...]

[Alah, paling cuma akting doang]

[Tapi, emangnya kalau itu cuma akting, apa dia harus berlari sampai keringetan seperti itu? Terlalu berlebihan jika dikatakan sebagai akting]

[Iya, yang di atasku bener banget. Hei, @GueGans, coba mikir dulu, kek. Ngetik kok nggak mikir, nggak punya otak, apa?]

[Idih, sok ngatur, lu, @LopeLope. Suka-suka gue, lah. Orang ini otak gue!]

[@GueGans gini nih kalau ada yang nggak ikut pembagian otak🙄]

[@LopeLope sembarangan, lu!!💢💢]

Mereka terus berdebat tanpa memikirkan tentang kedua orang yang masih berlari kesetanan. Perdebatan mereka terhenti kala ada sebuah pesan baru yang masuk.

[Woy!! Itu bukannya ada wajah orang, ya?!]

Di layar handphone menunjukkan sebuah pemandangan yang mengejutkan. Orang yang sedang merekam masih berlari dengan cepat, dan di sampinhnya terdapat sesosok wanita dengan rambut panjang yang menatap kamera dengan wajahnya yang hancur.

Rambut wanita itu panjang dan terkadang menutupi wajahnya. Darah mengucur deras dari keningnya, dan perlahan-lahan wajahnya mulai mengelupas hingga dagingnya terlihat jelas. Bola matanya keluar seketika, membuat para penonton bergidik ngeri.

Hanya wajah wanita itu saja yang terlihat, badannya tidak. Kulitnya yang berwarna putih pucat dengan mata hitam sempurna tanpa iris dan pupil membuatnya sangat mengerikan.

"KIEEEEEKKKKKKKK!!!!!" Sosok wanita itu mengelurkan sebuah suara yang sangat melengking hingga terdengar sampai ke telinga para penonton yang jantungan.

Bersamaan dengan itu, orang yang merekam terjatuh dari tangga karena terpeleset. Tubuhnya berkali-kali menghantam anak tangga yang jumlahnya banyak dan membuat tulang tengkoraknya retak serta mengeluarkan darah segar.

Orang itu langsung tertusuk sebuah kayu yang tajam tepat di bagian kepalanya. Tak hanya itu saja, bahkan lampu gantung yang ada di dekat tangga pun juga jatuh menimpanya. Orang itu tewas secara mengenaskan seketika dengan darah yang menggenang di karpet sekolah.

Dan mirisnya, semua penonton menyaksikan kejadian itu melalui siaran langsung dari handphone yang masih menyala. Tak jarang ada yang sampai muntah karena melihat pemandangan yang mengerikan itu dengan mata mereka sendiri.

Siaran langsung tiba-tiba terputus, entah siapa yang mematikannya. Seorang wanita yang menjadi dalang dari kejadian tadi tersenyum puas dari atas tangga. Tubuhnya yang semula hanya berupa asap mulai muncul dan menampakkan diri.

Wanita itu memakai baju seragam guru dengan rok pendek selutut. Tubuhnya penuh dengan luka bakar dan jangan lupakan kulitnya yang mengelupas serta matanya yang keluar dari tulang tengkorak. Ia memegang pipinya dengan tangan kirinya yang berdarah-darah. Bahkan kuku tangannya terlepas dari tempatnya.

Wanita itu terkikik dengan suara yang sangat nyaring dan melengking. Atmosfer di tempat itu memberat seketika. Kabut-kabut mulai menyelimuti tempat itu decara mendadak.

"Ihihihi.... Akhirnya aku menemukan orang yang pantas menjadi suamiku~ Ayo kita menikah di dunia sana~"

.

.

.

.

.

Lalu, bagaimana dengan keadaan teman dari orang itu?

Ia terpisah dengan orang yang merekam tadi, dirinya sekarang sedang berada di kamar mandi.

"Ri, lu yakin mau ke sini?" tanya orang itu sambil menoleh ke belakang. "Ri? Lu dimana?" Ia mencari-cari keberadaan temannya yang tiba-tiba saja menghilang.

"Ri, lu dimana?! Cepet jawab!!" Firasatnya memburuk. Ia sangat khawatir jika teman-temannya bertemu dengan arwah-arwah yang menurut rumor selalu berada di sekolah ini.

"Ri? Lu dimana?" Ia memanggil nama temannya lagi. Sayangnya ia tak tahu jika orang yang baru saja dipanggilnya sudah pergi dari dunia ini.

"Ri? Jangan nakut-nakutin gue, ngapa? Cepet keluar!!" pekiknya dengan was was. 'Duh, nanti kalo dia malah ngilang gimana, nih? Mana gue orangnya penakut lagi... Haduh...'

"Pal, gue di sini." Sebuah suara menyahut, membuat orang itu mengelus dadanya dengan lega.

"Lu dimana, Ogeb? Gue cariin dari tadi, tahu!!" kesalnya sambil melihat sekeliling.

"Gue di sini. Coba liat di kaca."

Sontak orang itu langsung menengok ke arah kaca kamar mandi. "Untung aja lu di sini, Ri—"

Tapi sayangnya, bukan temannya yang ada di sana, melainkan sosok kakek-kakek yang tersenyum mengerikan ke arahnya.

"AAARGGGGHHHH!!!" Orang itu langsung berteriak ketakutan. Dengan kakinya yang lemas, ia berlari menuju pintu kamar mandi.

"Mau kemana, ha?"

"AAAAAAA!!!!" Orang itu kembali memekik kaget kala kakek-kakek tadi berdiri di depannya, menghalangi dirinya menggapai gagang pintu.

"PERGI!! PERGI JAUH-JAUH!! PERGI!! PERGI!!!" teriak orang itu sambil menuju ke sisi kamar mandi yang cukup jauh. Punggungnya terpentok dinding kamar mandi. Ia tak bisa lari kemana-mana lagi.

Kakek-kakek itu hanya tersenyum. Ia tetap diam di tempatnya tanpa ada niat untuk menghampiri orang itu. "Nak, apa kau tahu, Kakek adalah tukang kebun di sekolah ini pada zaman dulu. Kakek selalu membawa arit kemana-mana untuk menyiangi rumput.." Kakek itu melirik ke arah orang yang sedang ketakutan di pojok kamar mandi.

Sebuah arit muncul seketika di tangan kanannya, membuat suara orang itu semakin keras karena berteriak ketakutan. "Tapi sayangnya, Kakek sudah meninggal... Kakek tak bisa memotong rumput lagi..." Ia mengangkat aritnya. "Kau mau, kan, menjadi pengganti rumput demi kakek ini?"

Orang itu menggeleng kuat. "NGGAK!! GUE NGGAK MAU!! PERGI LU!! PERGI!! JANGAN DEKATI GUE!! PERGI!!!" Ia meracau hebat. Seluruh tubuhnya bergetar. Ia ingin lari, tapi tak ada jalan keluar.

Senyum kakek itu seketika luntur. "Anak muda zaman sekarang memang tak tahu sopan santun" hardiknya.

«Zlebb»

Ujung arit itu menembus tenggorokan orang yang masih ketakutan. Bahkan arit itu menembus tenggorokannya hingga menancap pada dinding kamar mandi.

Bau anyir darah segar menyeruak seketika. Darah mengucur dengan sangat derasnya dari tenggorokan orang yang meninggal seketika itu. Darah yang sangat banyak itu membuat sebuah genangan di lantai kamar mandi yang selalu bersih

Kakek itu hanya menatap datar. "Inilah akibat karena kau sudah melawan orang tua." Kakek itu pun menghilang bagai butiran debu.

.

.

.

.

.

Kejadian seperti ini bukan hanya sekali dua kali terjadi. Sudah puluhan tahun kejadian ini membekas bagi orang-orang tertentu yang menyaksikannya secara langsung.

Karena kejadian ini terlalu sering terjadi, pihak sekolah pun memutuskan untuk menutup sekolah sementara waktu. Pelajaran akan dilaksanakan secara online selama beberapa tahun. Mereka ingin menghilangkan jejak masa lalu yang begitu kelam itu.

Karena sekolah itu sudah bertahun-tahun ditutup, tak ada lagi korban jiwa yang mati mengenaskan. Kisah kelam itu pun terkubur di dalam benak orang-orang. Pihak sekolah tak lagi mengkhawatirkan tentang masalah ini lagi, karena mereka yakin tak ada lagi korban yang berjatuhan.

Pada akhirnya, pihak sekolah membuka kembali sekolah elit dengan kasus mengerikan itu untuk kembali mengajar secara normal. Tapi, mereka tak tahu jika para penunggu sekolah itu sudah lama menanti saat-saat ini.

Apakah akan ada lagi korban jiwa setelah sekolah ini dibuka?

Atau malah, ada yang menyelamatkan murid-murid tak bersalah yang tak tahu apa-apa itu?

Yah, masa depan tak ada yang dapat mengetahuinya, kan?....

TBC.