"Tida usah."
*****
tak sepenuhnya ingin makan siang dengan Gerald.
"Kenapa mobilnya tidak jalan?"
"Wajahmu murung. Aku tak suka membawa seseorang dengan raut wajah seperti itu. Setidaknya tersenyumlah walau itu hanya sebatas kepalsuan," ujar Gerald.
Agatha menoleh pada Gerald. Ia tersenyum. "Kau puas?" tanya Agatha dengan wajah datarnya kembali.
Gerald mengangguk. "Ya. Walau senyummu hanya beberapa detik tapi dapat aku maklumi. Ok, kita pergi." Gerald mulai menjalankan kendaraan itu.
Di dalam perjalanan hanya ada iringan lagu yang diputar Gerald. Pria itu juga bernyanyi pelan.
"Ternyata, suara Gerald tidak buruk juga," gumam Agatha.
"Terima kasih atas pujiannya, Mrs. Nelson."
"Hah? Apa?" tanyanya.
"Tadi kau bilang 'ternyata, suara Gerald tidak buruk juga' aku benar kan?" tanya Gerald yang menoleh sekilas pada Agatha.
"Siall. Dia mendengarnya." Kali ini Agatha berucap dalam hati. Ia tak ingin Gerald mendengarnya.