Dua hari berlalu semenjak ia tahu siapa dalang di balik tragedi kecelakaan ini.
"Saya juga merasa sangat senang Anda bisa kembali ke rumah," timpal Daval yang tak kalah senangnya. Ia mengemasi barang-barang Rafandra.
Ceklek.
Dua orang yang tengah berbincang terhenti saat mendengar pintu di buka. Mereka menoleh ke sumber suara. Daval maupun Rafandra sama-sama tak menyukai orang yang melangkah ke arah mereka.
"Selamat pagi keponakanku." Zavar tersenyum sumringah. Di tangan kanan terdapat buah-buahan. "Aku senang melihat kondisimu yang membaik. Ini, paman bawakan buah. Dimakan ya." Ditaruhnya di atas nakas.
"Terima kasih atas kepedulianmu Paman." Malas rasanya meladeni manusia bermuka dua seperti Zavar. Namun, apa boleh buat, ia harus tetap bersikap tak tahu apa-apa. Bukan saatnya untuk membongkar kedok pria itu. "Aku akan pulang sebentar lagi. Tak perlu repot-repot menjengukku atau pun membawakan buah."