Semoga kalian suka dengan ceritaku ini. Happy reading.
*****
"Jangan dipikirkan. Lagi pula, kau juga tidak akan berbincang atau bertatapan lagi dengannya. Dia itu orang berpengaruh. Banyak orang yang ditemuinya dan kau hanyalah sebutir debu yang tak berarti. Pria itu pasti akan lupa padamu." Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Ia memerhatikan penampilan dirinya di cermin toilet. Perempuan itu merapikan rambutnya dengan jari-jarinya. Mengoleskan sedikit lipstik agar tidak terlihat pucat. "Selesai."
Aretha memerhatikan dirinya sekali lagi kemudian mengangguk. "Lupakan lah Aretha dan mulai lah bekerja. Semangat!"
Ia keluar dari toilet restoran dan berpapasan dengan Alice. "Hei, Aretha. Aku pikir kau tidak datang."
"Tentu aku datang. Ini 'kan tempat kerjaku. Aku masih membutuhkan pekerjaan. Memangnya kau, punya kekasih yang siap membiayai hidupmu," jawab Aretha.
