"Sejak kapan pertengkaran itu bagus?"
"Maksudku, pertengkaran tanpa kekerasan. Baik fisik atau pun verbal. Kadang kadang perlu adanya pertengkaran, barulah apa yang ada di hati langsung keluar. Kalau dalam keadaan baisa, kadang ego lebih mendominasi untuk tidak mengungkapkan kebenarannya."
Dirga menatap dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Mendengar perkataanmu, sepertinya kau sangat pengalaman sekali ya."
Agatha menoleh pada Aldrich. "Tt-tidak!" Wanita tersebut segera mengalihkan pandangannya. "Aku pernah membaca buku dan aku mengulangi apa yang tertulis di sana. Itu saja."
Aldrich menarik sudut bibirnya ke atas. "Ngomong ngomong, kapan kita akan pergi dari sini? Mereka berdua sudah pergi."
Agatha menatap gantian ke arah depan dan Aldrich. "Ii-iya." Agatha segera menjalankan kendaraan roda empatnya tersebut.
Aldrich memandang omelet dan kentang rebus di depannya. Ia tersenyum melihat hasil kerja kerasnya selama tiga hari ini.