Agnia menepis tangan besar Dirga. "Jangan pegang-pegang. Katakan dulu, apa masalahnya. Siapa tahu aku bisa membantu."
'Siapa tahu aku bisa membantu'. Kalimat itu seakan berputar di pikiran Dirga. Ia terdiam sembari membatin. "Apa Savi bisa membantu, ya? Tapi wanita itu 'kan kelakuannya bar-bar. Kalau bersanding dengan David, bisa-bisa David langsung terkena darah tinggi."
Kaivan masih bergulat dengan pikirannya. Ia tahu bagaimana kelakuan Savita dari a sampai z. Ia tahu kalau Savita bukan seperti kebanyakan wanita yang suka menghamburkan uang.
David memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. Helaan napas kasar beberapa kali terdengar dari bibirnya.
Selama berjam-jam sudah ada banyak wanita yang mencalonkan diri menjadi pasangannya, tapi tidak satu pun yang cocok..
"Kenapa sedari tadi yang datang malah wanita murahan dan mata duitan Van!" David memprotes teman sekaligus asistennya yang mencari wanita-wanita tersebut.