"Mau masuk dulu Emma. ?" tawar Fannie.
"Lain kali saja. Masih banyak pekerjaan di rumah menanti."
"Sepertinya Mrs. Wernet orang yang ramah dan mudah akrab dengan sekitar." ucap Twyla setelah kepergian Emma
Dia di sana, berdiri dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya. Tangan kanan memegang segelas wine sedangkan tangan kirinya merangkul pinggang seorang wanita dengan posesif, seolah ingin memberitahukan bahwa wanita itu adalah miliknya. Mereka terlihat serasi. Sesekali gelak tawa mengiringi perbincangan keduanya.
menerangi kegelapan dan kehampaan yang dirasakan. Tetapi sayangnya harapan yang ditungggu-tunggu tak kunjung datang. Satu persatu semua pasrah akan keberlangsungan hidup mereka. Mencoba menerima jika semua tak sama seperti dulu.
Hanya ada kegelapan
Kehampaan
Kesunyian
Penderitaan