Ting tong
Pria tadi berhenti tertawa kemudian berdehem. Wajahnya penuh akan keseriusan. "Saya sangat puas dengan kerja sama kita. Produk Anda benar-benar berkualitas tinggi. Jadi, apakah kita bisa bekerja sama dalam bidang lain?"
"Tentu, mengapa tidak,"
Suara bel berbunyi, membuat Aretha yang baru saja mengambil air minum mengalihkan atensinya. Perempuan itu menaruh gelas di meja, lantas membukakan pintu.
Aldrich langsung memeluk Aretha dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Aretha. "Wangi, seperti biasanya."
Aretha bisa merasakan aroma alkohol yang begitu kuat menguar dari diri Aldrich. Baunya hampir membuatnya mual. Perempuan itu melepaskan Aldrich. "Kau mabuk?"
Aldrich menggeleng. Meski begitu, Aretha dengan jelas melihat ekpresi dan tatapan suaminya tersebut. Ia langsung menutup pintu dan memcoba memapah Aldrich.
"Berat sekali. Kau makan apa, hah?" gumamnya.
"Kenapa kau mengganggu pikiranku, Aretha? Perasaan ini sungguh menyebalkan!" racaunya.