Pria itu menyalakan shower. Tangannya ia tempelkan pada tembok. Ia menengadah ke atas. Meresapi setiap tetesan air yang jatuh ke kulitnya. Matanya terpejam. Tangannya menyentuh rambut kepala dan menggerakkanya ke belakang, merapikan helaian rambut yang mebutupi keningnya.
Sepasang tangan melingkar di tubuhnya.
"Jika saya menabrak maka akan menimbukan masalah baru, Bos. Lebih baik saya yang mengalah."
Aldrich tersenyum miring. "Kau tahu Robert? Saat pertama kali aku melihatmu dan potemsimu itu kukira kau akan menjadi anak buahku yang paling kejam, tapi justru kebalikannya." Aldrich kini duduk di sofa. "Apa kau akan terus berdiri? Ayo duduk!"
Robert menuruti perkataan bosnya. "Penampilan bisa saja menipu, Bos. Terkadang apa yang dilihat mata bisa memanipulasi segalanya."
"Ya, mungkin kau benar." Aldrich menaruh kedua kakinya pada meja. "Mana dokumennya."
"Ini," Robert menyerahkan benda yang diminta pada Aldrich.