"Sebaiknya kita tunggu beberapa jam. Dulu Taylor pernah demam seperti ini dan panasnya turun dalan beberapa jam."
"Yang dikatakan bibi benar. Akan lebih baik jika menunggu sedikit lebih lagi. Lagi pula, aku yakin Bibi Denaya tidak punya uang untuk membawa Taylor ke rumah sakit," batin Agnia.
"Bagaimana kondisi Taylor?" tanya Denaya yang abru memasuki kamar. Ia membawa nampan berisi makanan dan minuman.
"Demamnya belum turun, tapi aku berhasil menenangkannya." Aretha mengusap pelan kepala Taylor. Bocah kecil itu tampak tak terganggu dengan aktivitas Aretha. "Sepertinya, dia kelelahan akibat menangis tadi."
Terdengar napas penuh kelegaan yang terdenagr ileh Denaya. "Syukurlah, tapi bagaiaman dengan makanan itu," tunjukknya dengan dagu.
Aretha melihat arah pandang Denaya, kemudian mengarahkan kembali pada Taylor. "Sebaikanya berikan nanti. Aku khawatir kalau dibangunkan akan lebih susah menenangkannya, Bibi."