Ivan memandangi pintu kamar yang sejak beberapa jam lalu tertutup tanpa mau terbuka sedikit pun. Di dalamnya terdapat Tiara yang saat ini marah besar padanya.
Ivan menghela napas kasar sambil membatin, "Bagaimana bisa Tiara ada di sana? Setauku Tiara akan pergi bersama teman-temannya."
Ivan lebih mendekat ke arah pintu kemudian ia ketuk. "Tiara, ayo kita bicara. Jangan seperti ini. Aku belum menjelaskan semuanya. Apa yang kamu lihat itu tidak seperti yang ada dalam pikiranmu. Aku sama sekali tidak pernah berselingkuh. Tolong biarkan aku masuk dan menjelaskan semuanya ya, please." Tidak ada jawaban sama sekali. "Tiara ...."
"Pergilah Van. Aku ingin sendiri. Jangan ganggu aku. Aku mohon pergilah kalau kamu tidak ingin aku semakin marah, maka turuti ucapanku!" Sebisa mungkin Tiara menahan air matanya yang siap tumpah ruah. Ia tak boleh menangis. Ia harus kuat, harus!
"Tapi Sayang ...."
"PERGI!"
