"Lap pipimu yang basah."
"Kau saja yang melakukannya."
"Enak saja! Aku bukan pelayanmu. Masih untung aku kompres."
"Oh, jadi kau tidak rela melakukannya tadi?"
"Bukan begitu. Hanya kesal saja. Kenapa Jennifer dengan berani melakukan tindakan ceroboh itu. Apa dia tidak berpikir kalau karirnya akan hancur?"
Agatha mengedikkan bahunya. "Malah bagus. Sifat dia yang mudah sekali marah dan sulit mengendalikan emosi akan menjadi senjata ampuh kita. Kita harus berpura pura sangat lemah dan tidak berdaya. Orang orang pasti akan menaruh empati pada kita dan membenci Jennifer," jelas Agatha.
Agatha suka ketika melihat raut penuh keterkejutan dari wanita di depannya ini. Kedua bola mata itu melotot sempurna, seakan ingin keluar dari tempatnya.
Agatha bahkan sempat melihat bagaimana tangan wanita tersebut sempat bergetar hingga hampir menjatuhkan ponselnya.
"Sepengaruh itukah saat kau melihatku?" batin Agatha.
"Aa-Aretha. Kk-kau juga mm-masih hh-hidup?" tanyanya terbata bata.