"Bukan dengan alasan khusus. Paman hanya ingin berkunjung."
"Ohh."
"... tapi sepertinya kamu tidak ingin diganggu. Sebaiknya paman pergi." Zavar pun pergi.
"Pamanmu terlihat tak senang," ujar Adhisti setelah beberapa saat hening.
"Tentu saja. Paman Zavar ingin aku menikah dengan wanita pilihannya."
"Sarah?"
"Benar."
Rafandra mengambil sebuah kotak dari kantong celana. Ia membuka benda tersebut. "Ini untukmu."
Adhisti menatap kalung di depannya. "Untukku? Kelihatannya sangat mahal. Aku tidak bisa menerimanya. Aku kan hanya berpura-pura menjadi kekasihmu."
"Kalung ini juga bagian dari kepura-puraan."
"Begitu ya? Hmm, baiklah aku terima."
"Biar aku yang memasangkannya." Tanpa menunggu jawaban Adhisti, Rafandra mengenakan benda tadi. "Terlihat cantik untukmu. Jangan dilepas. Itu akan berguna."
"Berguna? Maksudmu?"
"Nanti kamu akan tahu sendiri. Yang jelals jangan pernah lepaskan kalung itu dan jangan memercayai pamanku. Mengerti?"
"Ya, aku mengerti."