Ia memejamkan mata sejanak kemudian membalikan badannya. "Ada apa?"
"Ayo, makanlah dengan kami. Tidak perlu sungak. Tempat ini juga rumahmu. Meskipun tak sebagus dan sebesar punyamu, Nak."
Aldrich menganggguk. "Baiklah."
Entah dorongan dari mana akhirnya pria itu setuju. Mereka masuk. Aldrich melihat Aretha baru saja selesai mengobati bocah tadi dan bocah itu berada di pangkuan Aretha. Perempuan tersebut menyuapinya.
"Denaya yang memintaku. Aku harus menurutinya agar perempuan itu tidak curiga. Kau mengerti maksudku, bukan?"
"Ya, aku mengerti."
"Kakak, aaa lagi." Bocah laki-laki itu membuka lebar-lebar mulutnya. Aretha yang melihatnya pun menyunggingkan senyum.
"Pesawatnya datang." Perempuan tersebut menyuapi dengan memperagakan seolah-olah sendok yang dipegangnya adalah pesawat. Bocak di pangkuannya ini menerima dengan semangat. "Bagaimana, enak?"
"Hmm," jawabnya sembari mengangguk antusias.