"Wooi!!! bangun Dek! Bangun!"
*sfx : Brak Brak Brak
"Ayo Dek! Bangun!! Sudah Pagi Ini!!"
teriak Isal sambil menggoyangkan tubuh Norman menggunakan kaki dan Kusuma sambil gedor gedor pintu kamar Norman
"cuk, masih pagi loh udah teriak teriak" kata Putra yang juga sedikit kesal ketika baru keluar dari kamar mandi
"Huh bajingan, klo bangunin yang bener dong! bikin kaget doang anjing" ucap Norman yang tidur langsung terduduk karena kaget dan kesal pada dua kawannya
Kusuma dan Isal kemudian pergi dari kamar Norman dengan cekikikan ke kamar Isal
Lucky dengan santai menikmati Mie Soto instan di balkon sambil mendengarkan keempat temannya dan video dokumentasi sejarah.
Norman kemudian membuka handphone miliknya untuk melihat waktu, tertera Selasa, 21 Desember 2021, pukul 07:11. Ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka, mengganti kaos abu yang ia kenakan dengan hoodie vans abu miliknya dan mengenakan celana jeans hitam
"wei, nitip sarapan ngga?" Norman menawarkan kepada ke lima temannya
"sarapan apa?" Putra menjawab dahulu
"nascam warung biasa" Norman
"oh ya dah, lauk ayam 1" Putra menjawab dari kamarnya, entah apa yang ia lakukan didalam
"kay... Sal, Nitip gak?! Kus, Luk Nitip juga gak?!" Norman lanjut bertanya ke yang lainnya
"Hah? Iyaa nitip 2 sama Kusuma, penting dibawah 10 ribu" Isal menjawab
"klo naspad lauk telur bali mau aku ehe" Lucky juga pesan, padahal dia sedang memegang mie soto instan di tangan
"padahal udah makan mi loh luk" Putra menambahi setelah keluar dari kamarnya
"oke naspad telur bali satu nascam ayam empat" Norman mengkonfirmasi yang akan dibeli
"Iyoo" ucap Kusuma, Isal, Lucky dan Putra serentak
"kay~"
Norman menuruni tangga lantai tiga, menyapa penghuni kos lain yang ada di lantai dua, lalu menuruni tangga lantai dua, juga menyapa ibu kos yang ada di lantai satu.
-----
"anjing kontak ketinggalan" Norman bergumam dan kesal pada sendiri ketika berada di garasi.
Ia pun naik kembali, penghuni kamar lantai 2 telah menutup pintu masing masing, lanjut ke lantai tiga.
"loh kok naik lagi man?" Kusuma yang di dapur melihat Norman dan bertanya
"kontak gak kebawa" Norman menjawab dengan sedikit kesal
"goblokk" Kusuma mengejek
Norman melanjutkan pergi ke kamarnya yang berada dekat dengan balkon, berseberangan dengan kamar Isal
"loh Man gak jadi?" Ucap Isal ketika melihat Norman kembali ke kamar, Putra juga bersamanya hanya melihat untuk menunggu jawaban Norman
"jadi, kontak gak kebawa" jawab Norman
"Syukuirin" "Man... man..."
Isal dan Putra menjawab bersama.
... Norman pun turun kembali ke garasi ...
menghidupkan motor, setelah kesal sendiri karena naik turun hanya karena kontak, lanjut membuka gerbang dan mengeluarkan motornya, juga kembali menutup gerbang.
Akhirnya Norman berangkat menuju warung makan langganannya.
... ...
"mandi za, nih aku sama Ricca dah mandi" ucap Rista sambil mengusap rambutnya dengan handuk.
"bentarr masih enak di kasur, lagian Ricca habis mandi tiduran lagi" Faiza menjawab, dengan enaknya tiduran sambil scroll Mytube
"penting wangi" Ricca menambahi
"ntar dah" jawab Faiza singkat
Ricca tiba tiba duduk, mengusap perutnya dan menoleh ke Rista, dengan mata sedikit berkaca kaca
"Napa? Laper? sama" Jawab Rista sambil melihat Ricca
"hehe iya, kuy cari makan" ucap Ricca
*sfx : telpon Ricca
"napa nih Norman pagi pagi telpon"
Ricca terheran, tidak biasa untuk Norman telpon pagi pagi
"Halo apa Man?"
"Halo Ca, nitip nasi gak? sama yg dikos tanyain"
"weh kebetulan hehe, beli nasi apa Man?"
"mau naspad apa nascam?"
"hmm.. kalian mau nascam apa naspad?" ucap Ricca pada Faiza dan Rista, sambil menjauhkan handphonenya
"Nascam ayam" Ucap Faiza
"sama" Rista juga
"Man, nascam ayam 3, berapa?" Ricca kembali telpon dengan Norman
"oke Ca, nascam ayam 3 27ribu" Norman menjawab
"siap mas kurir, ditunggu"
*sfx : tut tut tut
"Norman beli?" Faiza bertanya
"iya, Norman, ni total nascam 27ribu" jawab Ricca
"okay uangku dulu dah ni 50ribuan" Rista
"ntar ga ada kembalinya, uang kecil gih" Ricca
"ga ada, aku 100ribuan malah" Faiza menjawab terlebih dahulu
"aku ini aja 50ribu" Rista
"ya udah uangku dulu.." Ricca menghela nafas sambil melihat dompetnya
...
Setelah Norman membeli nascam dan naspad, ia langsung pergi ke kos Faiza dan Rista, rumah Ricca sebenarnya berada di kota yang sama dengan kampus, tetapi ia dari kemarin menginap di kos Faiza karena rumahnya butuh lebih dari 30 menit untuk perjalanan, juga ada praktikum untuk siang ini.
setelah Norman sampai, ia langsung menelpon Ricca
"Ca, dah di depan" Norman
"oke Man" Ricca
..beberapa menit kemudian..
"nih Man 30 ribu" ucap Ricca sambil memberi uang dan menerima bungkus nascam
"oh nih 3 ribu Ca"
"gausah dah, ongkir"
"haha oke deh tenkyu Ca, balik dulu"
"makasih Man, take care ye"
...
"Nascam Naspad dah datang..."
Ucap Norman di lantai 3 kosnya, meletakkan nasi bungkusnya di meja lorong, kemudian ke kamarnya
"lama bener Man, kemana aja?" Isal dengan wajah terheran mendatangi kantong nasi bungkus
"itu ke kos Faiza dulu, nitip mereka" kata Norman, sambil melepas jeans serta hoodienya dan hanya memakai celana pendek, kemudian pergi ke dapur untuk cuci tangan
"oalah" jawab Isal dengan nasi bungkus ditangan, berjalan ke meja balkon.
"berapa man?" tanya Lucky, yang keluar dari kamarnya.
"kamu 7ribu Luk" Norman menjawab
"lah kok ga sama Man? kan ini 9 ribu biasanya" Isal yang mendengar protes
"aku naspad telur bumbu bali Sal, protes aja dulu.." Lucky
"lah kan gatau anjing" Isal
"punyaku mana Man? 9ribu ya" Kusuma dengan earphone terpasang sebelah, keluar dari kamarnya.
"yaa, tuh meja ambil satu" Norman, sambil menjawab, ia masih mencuci tangannya di dapur.
Putra dengan diam sudah mengambil nasi miliknya, dan tentu saja punya Norman ia bawa dan pergi ke kamar Norman, menutup pintunya
"Jangkrik mana nasi punyaku Kus?" Norman bertanya dengan jengkel ketika ingin mengambil nasi bungkusnya di meja sudah tidak ada di tempat.
"Lah di meja anjir, ada dua tadi" Kusuma menyanggah, suaranya mengarah dari balkon
Norman menghampiri Kusuma, Lucky dan Isal yang berada di balkon
"Nasiku mana anjeng?" Norman
"lah gatau, tanya Putra" Isal
"Put!!! mana?!!" segera, Norman mengecek kamar miliknya karena tertutup, ternyata Putra didalam, meletakkan nasi milik Norman disebelah laptop, dengan menonton Ultraman siaran ulang
"wah anjing, malah dibawa" Norman
"Sori sorii" Putra menjawab dengan wajah biasa saja, fokus pada makanan dan Ultraman yang ia tonton
"Tumben ga nonton Ultraman hari sabtu Put?" Norman
"episode ini ga nonton kemaren, males nonton" Putra
"oalah" Norman sambil membuka nasi bungkusnya, sudah menyiapkan manga yang akan ia baca di handphone
...
"ealah Man.. Put.. satunya mangaa terus, satunya Ultraman terus" ucap Isal sambil melewati kamar Norman, menuju wastafel
"ya terus?" ucap Norman sambil menyelesaikan makan
"dah lah…" jawab isal
"eh Put, ga ke kampus? kan praktikum jam setengah sepuluh" Kusuma bertanya, juga berjalan menuju wastafel
"anjer jam berapa sekarang?" Putra menggeser kursor untuk melihat jam di laptop, dan waktu menunjukkan pukul 09:08.
"loh cepet banget udah jam sembilan, belom mandi, belom siap siap lagi" Putra beranjak pergi dari depan laptop Norman, langsung ke kamar mandi
"Cuk, bungkusmu ini loh ga dibawa" Norman kesal karena melihat lipatan bungkus nasi milik Putra dibawah laptopnya
Norman beranjak dari duduknya, ke wastafel, mencuci tangan dan membuang bungkus makan ke tong sampah samping wastafel
Norman kemudian kembali ke kamarnya, menikmati membaca manga dan lagu Mytube
...
Putra baru saja keluar dari ruang praktik, lalu menatap handphonenya, tertera pukul 11:48, dilanjut mengecek pesan yang ia dapatkan, kemudian beranjak ke kantin kampus bersama mahasiswa yang lain
...
Norman, Isal, Kusuma dan Lucky menikmati aktivitas masing2 di kos
Norman tetap membaca manga, Isal melihat candlechart forex, Lucky menonton dokumenter, Kusuma tertidur
...
Ricca, Rista dan Faiza sedang berada di kantin, mereka juga mengikuti praktikum bersama Putra, Rista sebenarnya bukan di jam yang sama, tetapi ia bertukar dengan Norman sehingga dapat bersama dengan Ricca dan Faiza
...
Waktu menunjukkan pukul 11.59 di handphone Norman, ia beranjak dari kasur dan ingin minum, baru selangkah keluar dari kamar, sekitarnya berubah
...
"Lah laptopku mana? sekarang kok di hutan anjing?" ucap Isal, masih dengan posisi tidur miring dengan salah satu tangan menahan kepala menatap dengan penuh tanya ke tempat laptopnya yang seharusnya berada
"Hah kok disekitar malah hutan? gak mimpi ini?" Lucky hanya mengenakan sarung dan kaos setelah dari kamar mandi tadi, mencubit pipinya sambil berdiri menatap Norman
Kusuma yang masih tertidur, tidak sadar dengan apa yang terjadi
"Apa apaan ini? Kok bisa tiba tiba dihutan?" Norman membeku dengan tetap berdiri memegang kusen pin- sekarang batang pohon, karena ia seperti telah menginjak sebuah tombol teleportasi ala manga yang ia baca.
"Sal, bangunin Kusuma, Luck lihat sekitar" Norman mengatakannya sambil melihat sekitar juga, karena berada ditengah hutan secara tiba tiba, itu sangat mengejutkan sekaligus pikirannya berteriak marabahaya karena adanya ancaman dari hewan buas, berasal dari suara menggeram samar yang terdengar dari kejauhan
"Kus, bangun anjing, cuk bangun, lihatlah sekitar" Isal mencoba membangunkan Kusuma dengan menggoyangkan tubuhnya.
"hah? apa?" Kusuma terbangun, menatap heran kepada Isal yang terlihat sedikit panik
"lihatlah sekitar bodoh, kita di hutan" Isal berkata, lalu mencari batang pohon yang dapat dijadikan senjata tumpul, ia menemukan sebuah batang kayu tak terlalu panjang, juga tak terlalu pendek.
"hah? serius?!" dengan nyawa yang belum terkumpul benar, Kusuma mencoba bangun dan menatap sekitar, dengan wajah yang heran dan mengantuk.
"ssh! kecilin dikit anjing suaramu" Norman mengingatkan Kusuma
"gausah teriak cuk! tadi denger suara hewan geram aku" Lucky
"kok bisa di hutan sih goblok?, handphone ku mana?" Kusuma mengomel tapi dengan nada rendah, mencoba mencari handphonenya di saku celana, dan meraihnya
"gatau cuk, tiba tiba aja sekitar berubah jadi hutan" Isal menjawab dengan pentungan di tangan.
"eh sal, ada batang kayu yang lain gak?" Norman menanyakan batang lain setelah melihat yang dipegang Isal
"tuh bawahmu ada, ga dilihat si bodoh" Isal menunjuk ke bawah Norman, terdapat batang kayu seukuran pemukul baseball, hampir sama dengan milik Isal
"Nah nemu juga" Lucky menemukan batang kayu yang agak panjang, cocok digunakan sebagai tombak sederhana
"eh ada sinyal anjir, disini" Kusuma nyeletuk tiba tiba, sambil menunjukkan layar hpnya kepada Isal karena posisinya terdekat.
"tanggal masih sama, jam hanya terlewat 5 menit, eh coba hubungi Putra sama yang lain, kan mereka masih di Kampus" Isal berkata pada Kusuma
"anjir aku ga bawa hp cuk, hp ku dikasur" Norman menatap hp Kusuma, menggelengkan kepala.
"sama Man, Hpku dikasur ga ku pegang" Lucky menimpal
"aku ya ga bawa, ku cas tadi di meja" jawab Isal
"ni batang cukup buat pemukul" Kusuma mengambil batang kayu didekatnya, sambil menunggu telponnya tersambung pada Putra
*sfx : dering telpon
...
Putra masih asik di kantin, lalu didatangi oleh Ricca, Faiza, dan Rista
"eh Put, ayo ke kos mu, mau ke Kusuma aku" Ricca mengatakannya ke Putra
"walah Caa, ga bisa libur apa sehari gitu ga ketemu?" Faiza menyindir
"lah emang kenapa? Haha iri ya ga punyaaa" Ricca dengan bangga menjawab
"Duh praktikum kimia tadi bikin pusing, apalagi pas hitungan anjir" Rista mengomel ke Putra
"iya susah tadi hitungannya, aku aja pusing" Putra menjawab Rista, mengabaikan Ricca yang pamer
"Wei Put, ayo ke kos mu" Ricca mengajak Putra lagi karena tak dihiraukan
"oh iya Caa ayo, balik dulu ya kawan" Putra kemudian menepuk tangan pada teman yang satu meja dengannya dan pergi beranjak dari kantin
Ricca, Faiza, dan Rista mengikuti setelah berpamitan juga dengan teman satu prodi yang bersama Putra
Baru keluar dari kantin, mereka berempat tiba tiba berada di hutan juga, baru saja keluar dari batang pohon yang besar, bagai melewati portal magis yang sering dikisahkan pada novel maupun manga fantasi shounen.
"lah anjir, kok bisa dihutan?" Ricca melihat sekitarnya yang dipenuhi pohon dan semak hijau.
"Anjir kok dihutan? tadi kan baru keluar kantin" Rista sudah panik duluan, terlihat jelas dari wajahnya
"udah jangan panik dulu, jangan kenceng kenceng juga suaramu, takutnya di dengar sama hewan gimana?" Faiza segera menenangkan Rista, karena panik sehingga suaranya terlalu keras
"dah dah, panik sekarang malah bahaya, ayo hubungi Isal dan yang lain dulu" Putra mengucapkannya dengan hp ditangan
"ada sinyal nih, aku hubungi yang lain" Putra melanjutkan
*sfx : dering telpon Putra
"wah Kusuma telpon duluan, bentar ku angkat" Putra
----
"Halo Put, dimana? aku Isal Norman sama Lucky tiba tiba dihutan anjir" Kusuma sambil berjalan menerjang semak bersama tiga orang yang lain
"Hah? di hutan juga? lah aku juga di hutan anjir, gatau diarah mana ini?" Putra menjawab
"bentar bentar, kayaknya dekat deh, tadi denger nada deringmu aku... nah kan bener..." Kusuma yang mendengar suara dan dering hp Putra tadi segera bergerak mendekat, dan ternyata mereka berdekatan
"Lah anjir deket..." Putra mematikan telponnya, ia heran karena mereka berdekatan, hanya saja semak terlalu tinggi sehingga tidak dapat melihat satu sama lain.
"loh kalian dihutan juga? kok bisa?" Faiza bertanya pada keempat temannya yang baru saja keluar dari semak semak
"gatau, aku baru bangun udah di hutan anjing anjing" Kusuma dengan jengkel menjawab
"aku baru keluar kamar tadi baru selangkah malah jadi di hutan, kayak teleport" Norman
"Hwaaaa! gimana inii?" Rista menangis tiba tiba
"heh jangan nangis, suaramu itu loh kenceng, malah mancing hewan anjir" Isal
"udah Ris udah, jangan nangis, ngapain juga, nangis aja ga bisa buat kita balik" Ricca menepuk punggung Rista, menenangkannya
"iya ngapain nangis, udahlah sekarang cari sungai, butuh minum nih" Faiza yang haus mengingatkan mereka bahwa butuh sumber air karena penting
"bener tuh, ayo cari sungai, tadinya aku juga dengar percikan air dari arah sana" Lucky menunjuk ke sisi kanannya
"Put, ini ada tombak, persenjatai dirimu" ucap Lucky melanjutkan, sembari menyerahkan tombak yang ia temukan lagi di balik semak
"oke, Luck, sekarang yang di depan kamu sama Isal, Norman jaga kanan, aku kiri, Kusuma jaga belakang, Rista, Ricca dan Faiza ditengah" Putra menerima tombak dari Lucky, serta mengarahkan yang lainnya untuk membentuk formasi
"kay" "oke" "..."
Norman dan Lucky menjawab, Isal diam tetapi mengikuti instruksi Lucky disampingnya, Kusuma juga langsung menempati posisinya, ketiga cewek juga berada di tengah
Mereka pun bergerak mengikuti Lucky, sebagai pemandu dan satu satunya orang yang mendengar percikan air
...
"ssst!"
Isal tiba tiba mengejutkan mereka, dengan tangan mengepal membentuk huruf L sejajar dengan telinga, menatap tajam kepada Norman yang juga langsung menatap balik dirinya, mengisyaratkan setuju dengan menundukkan kepalanya sekilas
"ada gerakan, sepertinya ada hewan liar diarah kanan, Norman maju, Lucky ikuti belakangnya"
Isal segera mengarahkan Norman dan Lucky, karena senjata Norman hanyalah batang kayu pendek bagai pemukul baseball, Lucky diminta berada di belakangnya karena yang ia bawa adalah ranting tombak dengan ujung yang lumayan lancip
"oke, semua merunduk, ayo Luck" Norman menyetujui apa yang dikatakan Isal, ia segera menunduk, maju secara perlahan dan mengajak Lucky untuk segera mengikuti.
Sisanya sudah merunduk, mereka juga mewaspadai dari sisi yang lain, merasa tegang karena ini merupakan bahaya pertama yang mereka dapatkan di tengah hutan tak dikenal ini.
*grasak grusuk
*gusruk gusrak
"Man hati hati" Lucky mengingatkan ketika Norman telah berada di depan semak yang bergetar itu, sambil berbisik
"oke Luck, aman, cover aku ya, ku hitung" Norman membalas, dengan memerintah Lucky untuk bersiap melindunginya dari belakang, ia bersiap untuk membuka semak yang ada didepannya melalui hitungan
semua terlihat benar benar tegang, karena mereka memikirkan apa yang ada di semak semak, wajah mereka benar benar serius saat ini
Lucky meletakkan tombaknya di antara lengan kanan Norman, dengan ujung depan berada di depan tubuh Norman, sedangkan bagian belakang ia pegang, ujungnya ditempel pada tanah agar tertahan ketika ada yang tertusuk dari depan
semua masih merunduk, Norman memberi aba aba pada Lucky dan seluruh kawannya agar bersiaga kembali
Isal menelan ludahnya menatap pada Norman dan Lucky, Kusuma lebih waspada serangan dari arah kanannya, Putra menjaga belakang, sedangkan Ricca, Rista, dan Faiza bersiap memegang batu untuk dilempar, dengan menatap pada semak semak didepan Norman
"satu"
Norman mulai menghitung dengan, tangannya ia julurkan ke semak semak agar dapat terbuka
"dua"
Tangan Norman sudah siap untuk membukanya, bersamaan dengan hitungan ke dua, Lucky menyesuaikan posisinya sedikit, dan mengangkat sarungnya agar tidak menganggu nantinya
"Luck, masih benerin sarung aja kamu, udah tegang nih" Faiza menatap Lucky kesal
Rista menahan tawanya sedikit,
"ya maap, ni sarung ganggu ntar" Lucky menjawab dengan meringis sedikit, ia kembali memegang tombaknya, menunjukkan jempolnya pada Norman bahwa ia telah siap
Norman melihat Lucky, mengerti Isyaratnya dan segera kembali menghitung
"TIGA!!!"
Norman berteriak sambil membuka lebar semak, tangannya yang juga memegang batang kayu segera diangkat sejajar dengan dada untuk melindungi dirinya
Lucky menurunkan sedikit tombaknya, ia benar benar serius kali ini, matanya tak bergerak sedikitpun, menatap tajam pada apa yang ada di belakang semak
Isal pun juga menatap tajam, segera sedikit maju untuk melindungi yang perempuan
Kusuma menoleh ke arah Norman, ia menatap tajam pada semak yang Norman buka, tetapi badannya tetap menghadap ke arah kanannya, tangannya mencengkram erat batang kayu pemukul
Putra mengalihkan pandangan pada semak juga, bersiaga untuk menyerang apabila dari belakang ada hewan yang lain, badannya tetap membelakangi para cewek.
Ketiga mahasiswi bersiap melempar batu ditangan ke arah depan, berharap juga batunya nanti akan tepat sasaran dan tak mengenai pada Norman dan Lucky
hewan yang ada di semak pun terlihat, ia menatap pada Norman dan yang lainnya, mereka saling menatap selama beberapa detik
hewan tersebut berbulu hitam, badannya kecil, ekornya yang pendek, sesuai dengan badannya, mata bulat besar, dengan kalung merah, dikenali seperti hewan yang ada pemiliknya
"Meong"
Norman dan yang lainnya segera mengenali hewan tersebut, itu adalah si kucing yang ada di kos miliknya, 'si Miko', anak kucing hitam yang baru satu bulan lahir, Isal awalnya membawa Miko ke lantai tiga, merawatnya, dan memberikan kalung merah agar mudah dikenali dan menandakan kepemilikan.
"Alah Jan*okk! bikin tegang aja si Miko" Kusuma segera mengumpat
"Bang*at Miko! huaaaah" Norman mengumpat juga, dan segera menghela nafas dan terduduk
"walah Mikoo.. Mikoo.." Lucky menenangkan jantungnya dengan mengelus dada
"anjing, si Miko ternyata" Isal, juga mengumpat, dan segera menghilangkan kewaspadaannya, ia pun juga terduduk
"Miko itu? oalah koo..." ucap Putra dengan kesal serta menghela nafas
"Anjir Miko ikutan kesini" Ricca segera sadar bahwa kucing peliharaan yang ada di kos para laki-laki, ikut berpindah ke hutan ini
"walah Mikoo, bikin suasana tegang ajaa" Rista meredakan detak jantungnya
"Lah malah si Miko, sini Mikoo pus pus" Faiza, yang sudah tenang, segera memanggil Miko yang terkejut, dan Miko pun berjalan menuju tangannya.
mereka menyesuaikan irama jantung masing masing dengan menarik nafas panjang dan menghembuskannya. mereka juga beristirahat karena ketegangan tadi
"eh suara airnya dah deket tuh, kedengeran" Faiza mengatakannya sambil melihat kawan kawannya yang beristirahat sambil menggendong Miko
"oh iya, aku denger juga, sepertinya dari arah Isal" Rista segera menyetujui Faiza, tentang suara air mengalir yang telah terdengar, dan menunjuk ke arah Isal, lebih tepatnya ke sebelah kirinya
"oke dah habis ini lanjut jalan, kembali ke posisi masing masing" Putra mengatakannya sembari meregangkan lengannya
"nanti jangan langsung ke sungai, sembunyi dulu liat aman ga disana nanti" Kusuma mengingatkan yang lain agar tetap waspada
"bener tuh, ayo Man, kamu depan, Isal sebelah kanan, aku belakangmu kayak tadi" Lucky setuju perkataan Kusuma
"oke Luck, ayo dah"
Norman berdiri, menuju bagian depan kelompok, Lucky membelakanginya, Isal berada di samping kanan, sisanya seperti formasi bertahan tadi
mereka melanjutkan perjalanan sebentar, akhirnya melihat pancaran cahaya yang terang, berbeda dari sekitar mereka yang sedikit gelap karena rimbunnya pepohonan
"ayo berhenti terus sembunyi, lihat depan dan sekeliling" Norman mengisyaratkan untuk berhenti dengan tangannya karena telah sampai di pinggiran hutan, ia segera sembunyi di belakang salah satu pohon yang ada di depannya
mereka juga bersembunyi langsung, Isal merunduk pada semak semak, Lucky sembunyi dibalik pohon samping Norman, Putra berada di paling ujung kiri, merunduk pada semak semak, Kusuma berada di belakang juga bersembunyi di balik pohon, sedangkan Rista, Faiza sambil menggendong Miko dan Ricca sembunyi di semak semak dekat Isal
"eh Norman itu kok udah disungai hahaha" Faiza mencoba menggoda Norman, sambil menunjuk ke arah hewan yang minum sendirian di sungai
"woh iya Man jangan disitu!" Isal melanjutkan dengan suara yang agak tinggi
"Anjir jangan kenceng2, juga aku disini sialan, itu babi hutan cok" Norman kesal karena disamakan dengan babi hutan
"Putra, kamu lempar batu biar babinya kabur" Norman segera meminta Putra mengalihkan babinya
"oke... satu... dua... tiga!" Putra segera melempar batu setelah menemukannya
Batu tersebut meleset dari babi hutan, tetapi babi hutan tersebut terkejut dan segera menatap pada arah kelompok Norman dan yang lainnya
*Ngookkk
"Anjir malah di notis sama si babi, ayo Luck, Putra, keluar" Norman segera mengajak untuk keluar menyerang babi hutan itu terlebih dahulu
"ayo, babi hutan kalo nyerang bakalan lari garis lurus, ga bisa belok" Lucky mengingatkan tentang kebiasaan babi hutan, Lucky ini sering melihat dokumenter tentang bertahan hidup di hutan, dan sebagainya.
"oke luck"
Norman dan Putra menjawab berbarengan
Isal dan yang lainnya tetap bersembunyi.
Babi hutan tadi menghadapkan tubuhnya ke arah Norman, bersiap untuk berlari menyerang kearahnya
"Man, babinya mau nyerang kamu!" Isal berteriak
"Ya ngerti akuu!!" Norman menjawab, sembari berjalan ke depan dengan memusatkan perhatian pada babi hutan
Babi hutan pun berlari dengan kencang ke arah Norman, menundukkan sedikit moncongnya bersiap menyundul
"Man siap siap! Putra juga!!" Lucky berteriak, sambil berlari ke arah kanan dari babi hutan sedikit menjauhi Norman
"Oke!" Putra juga berlari ke arah kiri dari babi hutannya, menyesuaikan dari posisi ia keluar dan larinya babi hutan ke arah Norman
"dah siap!!" Norman menjawab cepat
Babi hutan hanya berjarak satu meter dari Norman, Norman menghindar ke kiri dari babi hutan itu dengan sukses
babi hutan tersebut melewati Norman, ia mencoba menghentikan gerakannya, tetapi terpukul oleh Norman bagian samping pantatnya dengan keras hingga terjatuh
"Luck! Putra! Tusukk!!" Norman segera teriak
Putra dan Lucky dengan sigap menusuk perut babi hutan itu
*NGIIKKKK NGIIKKKK
babi hutan tersebut menjerit kesakitan dan mencoba untuk melawan
Isal segera keluar dari semak, berlari menuju babi hutannya dan memukul pada kepala
Norman juga memukul ke arah perut babi hutan itu lagi
*NGIKK NGIKKK
Darah muncrat dari perut yang tertembus tombak, menodai wajah Norman karena yang paling dekat, mereka terus memukul dan menusuk babi hutan itu hingga mati
babi hutan yang terjatuh tak berdaya pun pasrah dan segera diam kehilangan nyawa
Rista dan Ricca mual melihat adegan berdarah itu, sedangkan Faiza hanya menyipitkan matanya
"widiih! perburuan pertama hahaha" Norman berteriak girang
"Man, cuci muka sana, darah babinya tuh diwajahmu" ucap Rista sambil mendekat dengan yang lain
"hah anjir padahal pukul pukul aja capek" ucap Isal dengan meregangkan tubuhnya, merasa sudah menjadi pria paruh baya yang jarang olahraga
"Cih gitu doang hahaha" Putra menyombongkan perburuan pertamanya sambil meletakkan kakinya di kepala babi, dan tangannya memegang tombak, bergaya seperti seorang pemburu yang professional
"gitu doang matamu, tahan nafas cok liatnya" Kusuma menyanggah Putra, sambil keluar dari hutan
"dah aku mau ke sungai dulu" Lucky mengatakannya sambil berjalan menuju sungai
"Luck ikut" "aku juga"
Faiza dan Ricca mengikuti Lucky berjalan menuju sungai
...
...
Padang rumput setelah rimbunnya hutan
kerikil dan batu hitam putih menghiasi antara sungai dan rerumputan
sungai mengalir dengan bergelombang karena dasar yang tidak rata
sehingga permukaan air berkilauan yang memantulkan sinar surya
ikan ikan berenang melawan arus dengan bangga
langit biru menemani sang mentari
disertai awan awan menaungi terik untuk melindungi
beberapa remaja terlihat bersenang senang disana
ada yang melihat pantulannya di permukaan air
meminum air sungai yang jernih nan sejuk bersama si kucing
membasuh muka karena noda darah yang terciprat di wajahnya
menyombongkan diri dengan bangga pada perburuan pertamanya
dan ada yang duduk menikmati panorama serta melihat kawan kawannya bercanda
...
"sebuah suara yang tak dikenal telah diterima oleh transmitter kita tuan" seorang pemuda berseragam berwarna biru muda sedang menunduk dan memberi laporan kepada pria paruh baya yang duduk di kursi
"oh? apa yang dikatakan?" Pria paruh baya berseragam biru muda juga, tetapi terlihat lebih berwibawa dengan topi ala komandan itu bertanya pada bawahannya
"ini tuan laporannya" pemuda itu memberikan beberapa kertas kepada pria paruh baya
"hmm.. menarik.." ucap pria paruh baya setelah membacanya
"lacak sinyalnya dan segera berangkatkan tim ekspedisi Felon, pastikan untuk hanya mencari dan mengamati dari jauh, tidak berkontak dengan mereka" pria paruh baya tersebut melanjutkan memberi perintah
"Siap laksanakan tuan" pemuda itu menjawab, lalu ia segera pergi dari ruangan tersebut
"aku menantikan laporannya" Pria paruh baya itu menatap kertas laporannya, dan bergumam pada diri sendiri sambil tersenyum.
--------
[chapter 1 tamat]