"Baiklah, Pak Prayoga. Saya akan laporkan ke Duta Besar dan akan mencari rekaman dari stasiun TV itu nanti untuk memastikan dan meminta copy-nya. Sementara, Pak Prayoga tenang dulu karena Bapak masih sakit."
Sambil berusaha menenangkan Prayoga, Singgih berjalan ke arah pintu dan memanggil masuk seorang staf kedutaan. Dengan bahasa isyarat, ia meminta orang itu untuk merekam siaran langsung yang ditayangkan di layar TV.
"Saya rencana ke luar rumah sakit hari ini aja, Pak. Saya dan teman-teman akan menyusul ke New York," kata Prayoga dari ujung sambungan telepon.
Mendengar itu, Singgih tercengang. Sementara staf kedutaan yang disuruh merekam siaran langsung, langsung menyambungkan perlengkapan rekaman ke TV.
"Sabar, Pak Prayoga. Kan masih sakit? Berbahaya kalo terjadi apa-apa dengan Pak Prayoga. Percayakan pada kami untuk mengurusnya melalui Kedutaan."
Begitu siaran langsung yang sedang ditayangkan di layar TV berhasil tersambung dan sedang direkam, staf kedutaan itu memberi isyarat kepada Singgih. Dengan mengacungkan jempol, Singgih mengucapkan terima kasih.
"Ini siaran langsungnya sedang kami rekam untuk disampaikan ke Duta Besar dan telekonferesi dengan Jakarta. Pak Prayoga tenang dan untuk perjalanan pulang, Kedutaan sudah menyiapkan anggarannya."
Prayoga hanya terdiam mendengar perkataan Singgih. Pandangannya tertuju lurus ke layar TV. Rangga dan Bisma yang ada di kanan kiri sofa, memerhatikan siaran langsung itu sambil sesekali memandang Prayoga.
---
"Una vez más! Sueltas a Domingo el Blanco y preparas los helicópteros para que podamos escapar, de lo contrario, disparamos a los rehenes aquí uno por uno!"
Pimpinan para pelaku sabotase bandara internasional di kota New York untuk ke sekian kali berteriak memberi peringatan. Ia berbicara melalui sebuah alat pengeras suara di meja operator bandara. Alat tersebut terhubung dengan kabel ke speaker di dinding gedung. Saat itu, ketegangan terasa seperti mencekik leher para sandera. Mereka tetap dibiarkan tiarap di lantai dengan menelungkupkan kepala. Tak ada yang bisa dilakukan selain diam dalam ketakutan.
Paramitha adalah satu di antara mereka yang dikumpulkan di dekat si pemimpin para teroris pelaku sabotase. Dengan dijaga sekelompok lelaki bersenjata api, Paramitha berdiri sambil menggigil takut. Sementara di seluruh ruangan gedung di mana Paramitha berada, teroris pelaku sabotase bandara ini pun berjaga dengan senjata api yang ditodongkan ke sandera.
"Have you got the position? How many hostagees are close to the main group there?" tanya seorang lelaki berseragam hitam dengan penutup kepala.
Bersama sekelompok lelaki lainnya yang juga berseragam hitam, ia mengendap-endap di sebuah saluran air bawah tanah bandara. Di rompi anti-peluru yang mereka kenakan tertera tulisan SWAT. Temannya yang ditanya itu, sedang memegang sebuah alat kontrol. Tangan kanan memegang tuas dan tangan kiri memegang papan panel. Di panel, ada layar kecil yang sedang ia amati.
Saat itu, bandara internasional kota New York memang telah dalam pengepungan polisi dan militer. SWAT sebagai satuan anti-teror semi-militer dari kepolisian Amerika Serikat, langsung mengambil alih penanganan. Mereka menggunakan teknologi nirawak berbentuk robot mobil yang dikendalikan dari jauh. Robot mobil itu diselinapkan masuk melalui pintu di saluran air bawah tanah ke dalam gedung menuju tempat di mana Paramitha disandera.
"The hostages close to main group of terrorists are ... eleven oh ... twelve. They include one woman who stands close to Rodrigo Nuno. The terrorists close to Rodrigo are three, with automatic rifles and spread around," jawab temannya yang ditanya.
Rodrigo Nuno adalah tangan kanan Domingo el Blanco. Di dalam Kartel De la Cochoya, ia adalah sepupu yang merangkap orang kepercayaan sang pemimpin. Secara tak sengaja, pada saat baru tiba di Bandara Internasional New York, Paramitha yang mengira Rodrigo Nuno sebagai polisi, menanyakan kepadanya di mana letak loket pembelian tiket ke New Mexico.
"Turn around the camera and take a view of the place where the doors out are."
Kemudian lelaki yang tadi bertanya, memberi perintah. Ia sedang merencanakan sesuatu . Di tangannya ada secarik kertas. Ia membuat denah sebuah ruangan di situ. Sambil bertanya, ia berjongkok bersama para anggota tim yang lain. Dari belakangnya, alat bantu penerangan diberikan untuk dapat menggambar karena lorong saluran air bawah tanah itu sangat gelap.
"The door out is about ... five meters from the closest hostages. The left side of that door out ... is the direction to international departure gate and the right side is the international arrival gate. The terrorists collect them in that main room of building," jawab temannya lagi.
Lalu dengan cepat pula lelaki yang bertanya tadi, menggambarkan situasi yang dikatakan itu di kertas. Mereka yang berjongkok di belakangnya, bergerak mendekati untuk mengetahui situasi di dalam gedung bandara yang ada di atas.
"The terrorists concentrate the position in the central of building, so that they are close to the international departure gate and the international arrival gate."
Lelaki yang tadi menggambar di kertas, memanggil teman-teman timnya memerhatikan. Ia menjelaskan posisi para teroris dan sandera. Dengan meletakkan kertas itu di lantai lorong saluran air, jari kedua tangan bergerak mengatur rencana. Teman-teman tim yang mendengarkan, menyimak dengan serius. Begitu selesai, lelaki itu meminta yang lain untuk memeriksa persenjataan yang dibawa. Lalu, kertas itu diberikan ke seorang teman terdekat untuk dipelajari.
"North unit, respond repeat!"
Sambil menunggu kesiapan teman-temannya, lelaki itu berbisik ke alat komunikasi yang terpasang di helm. Sementara kertas yang digambar itu digilir satu per satu untuk dilihat. Bergantian mereka yang berdiri, segera berjongkok untuk memerhatikan dengan lebih jelas.
"North unit here, over!"
Tiba-tiba terdengar suara dari ujung sambungan alat komunikasi menjawab.
"We will come up to the main room of international building. The attack will be focus on that direction where Rodrigo Nuno collects the hostages. South unit covers the left side where the gate of international departure they have taken control looks less people. We attack from the right side which is international arrival gate. Then all hostages will be gathered in the main room of international building. Over!"
Setelah mengatakan, ia menjelaskan rencana serangan ke semua lelaki berseragam hitam yang ada di saluran air bawah tanah itu. Kemudian, mereka berdiri. Senjata api yang masing-masing dipegang pun dikokang dan mulai kembali berjalan. Sampai di bawah sebuah penutup saluran air yang bertangga naik ke atas, mereka perlahan ke luar.
---
Di depan hotel, Prayoga dan kedua temannya berdiri menunggu. Semua peralatan dan perlengkapan memanjat telah dimasukkan Rangga dan Bisma ke dalam carrier bag. Tak lama, sebuah mobil jenis off road berhenti. Bergegas mereka mengangkut masuk ke dalam. Saat Prayoga membungkuk, akan membantu membawa barang-barang masuk ke dalam mobil, Rangga dan Bisma melarang.
"Gak apa-apa,Bang. Abang masuk aja. Kita harus sampai dengan selamat ke New York. Semoga Kak Paramitha baik-baik aja."
Rangga yang melihat itu, bergegas menghampiri Prayoga. Ditinggalkannya apa yang akan diangkat bersama Bisma dan mengambil kembali apa yang akan diangkat sang pendaki yang sedang terluka di bahu dan punggung itu. Dengan wajah tersenyum, Rangga mencoba memberi pengertian.
"Iya, Bang Yoga. Abang masuk aja. Abang itu masih sakit tapi maksa ke luar rumah sakit karena situasi Kak Paramitha," kata Bisma menimpali.
Mendengar itu, Prayoga menegakkan badan kembali. Dengan wajah haru. sambil membuka pintu mobil, ia tersenyum memandang. Ia menghela napas panjang sambil kemudian melangkah naik ke dalam. Bahu yang terbungkus kain penutup luka, membuat punggungnya menggembung. Sementara sopir mobil yang duduk menunggu di depan kemudi, tidak mengerti apa yang mereka sedang bicarakan. Ia hanya menoleh sekilas, melihat barang-barang yang dimasukkan ke dalam mobil.
"Let's go to New York, Bang Yoga!"
Bersama Bisma, Rangga telah meletakkan carrier bag ke dalam mobil. Sebelum menutup pintu , ia berteriak menyemangati. Prayoga yang melihat kesetia-kawanan kedua ofisial yang adalah teman akrabnya itu begitu semangat, tersenyum. Staf hotel yang mengendarai mobil pun mulai menjalankan kendaraan melintasi kota Farmington, San Juan New Mexico menuju kota New York.
"Aku gak bisa nunggu sampe Pak Singgih dan orang kedutaan datang dulu, Rangga-Bisma. Pikiran akan terjadi apa-apa dengan Paramitha, sangat mengganggu. Maafkan kalo kalian berdua harus ikut dalam perjalanan yang penuh masalah ini."
Rangga dan Bisma menolehkan kepala ke arah Prayoga. Dengan tersenyum, mereka berdua mengulurkan tangan. Tinju ketiga orang itu dibenturkan, sebagai tanda kekuatan dan persatuan.
---
Bersambung
Terjemahan:
"Una vez más! Sueltas a Domingo el Blanco y preparas los helicópteros para que podamos escapar, de lo contrario, disparamos a los rehenes aquí uno por uno!"
"Sekali lagi! Bebaskan Domingo el Blanco dan siapkan helikopter agar kami dapat melarikan diri atau kami tembak para sandera di sini satu per satu!
"Have you got the position? How many hostagees are close to the main group there?"
"Sudah dapat posisinya? Berapa banyak sandera yang dekat dengan kelompok utama di sana?"
"The hostagees close to main grup of terrorists are ... eleven oh ... twelve. They include one woman who is close to Rodrigo Nuno. The terrorists are three, with automatic rifles and speare around,"
"Para sandera yang dekat dengan kelompok utama teroris adalah ... sebelas oh ... dua belas. Mereka termasuk seorang wanita yang dekat dengan Rodrigo Nuno. Para teroris itu bertiga, dengan senapan otomatis dan bersiap-siaga,"
"Turn around the camera and take a view of the place where the door out is,"
"Putar kameranya dan lihat tempat di mana pintu keluar,"
"The door out is about ... five meters from the closest hostages. The left side of that door out ... is the direction to international departure gate and the right side is the international arrival gate. The terrorists collect them in that main room of building,"
"Pintu keluar sekitar ... lima meter dari sandera terdekat. Sisi kiri pintu keluar ... adalah arah ke gerbang keberangkatan internasional dan sisi kanan adalah gerbang kedatangan internasional. Para teroris mengumpulkan mereka di ruangan utama gedung itu,"
"The terrorists concentrate the position in the central of building, so that they are close to the international departure gate and the international arrival gate."
"Teroris memusatkan posisi di tengah gedung, sehingga dekat dengan gerbang keberangkatan internasional dan gerbang kedatangan internasional."
"North unit, respond repeat!"
"Unit utara, jawab ulangi!"
"North unit here, over!"
"Unit utara di sini, ganti!"
"We will come up to the main room of international building. The attack will be focus on that direction where Rodrigo Nuno collects the hostages. South unit covers the left side where the gate of international departure they have taken control looks less people. We attack from the right side which is international arrival gate. Then all hostages will be gathered in the main room of international building. Over!"
"Kami akan naik ke ruang utama gedung internasional. Serangan akan fokus ke arah itu di mana Rodrigo Nuno mengumpulkan para sandera. Unit selatan mem-back up dari sisi kiri di mana gerbang keberangkatan internasional yang mereka telah ambil kendali terlihat lebih sedikit orangnya. Kami menyerang dari sisi kanan yang merupakan gerbang kedatangan internasional. Kemudian semua sandera akan dikumpulkan di ruang utama gedung internasional. Selesai!"
"Let's go to New York!"
"Ayo kita berangkat ke New York!"