Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Being Yours Is Hurt

🇮🇩Endangpurwaningsih
--
chs / week
--
NOT RATINGS
9.1k
Views
Synopsis
Bagaimana jika sesuatu yang kau jaga selama ini terenggut hanya dalam waktu satu malam? Clara Putri Mahalini adalah wanita berhati dingin yang tidak ingin berurusan dengan cinta, tapi bukan berarti dia wanita cupu yang tidak tahu apa-apa. Kedua sahabatnya, Cintya dan Amy adalah wanita-wanita bebas yang mengikuti perkembangan zaman, termasuk dirinya. Nahasnya, malam itu di hari ulang tahun Cintya keadaan tidak berpihak padanya. Clara dengan sukarela menyerahkan keperawanannya pada seorang pria dingin menyebalkan bernama Andika karena pengaruh alkohol yang diminumnya. Sialnya, Andika adalah pria yang dicintai Cintya, sahabatnya. Bagaimana Clara menghadapi kesalahan satu malamnya saat mengetahui perasaan Cintya terhadap Andika, Sementara di dalam perutnya telah bersemayam sosok mungil hasil kesalahan satu malamnya?
VIEW MORE

Chapter 1 - Malam Yang Berbeda

Seorang wanita muda berusia dua puluh tiga tahun sedang berjalan sempoyongan, tanganya berusaha menggapai tembok dinding, tangga dan beberapa barang lainnya untuk menopang badannya yang mulai tidak terkontrol. Satu botol minuman yang diteguknya beberapa jam yang lalu telah membuat kesadarannya sedikit demi sedikit mulai menghilang meskipun belum sepenuhnya, kepalanya berdenyut nyeri, perutnya merasakan mual yang begitu hebat.

Minuman sialan yang diberikan sahabatnya begitu menyiksa, membuatnya harus bekerja ekstra untuk tetap sadar, dia tidak mungkin menginap di bar tersebut, juga tidak mungkin pulang dalam keadaan mabuk berat seperti sekarang. Ayahnya akan membunuhnya jika dia pulang dalam keadaan mabuk, selama ini wanita itu diberikan kebebasan untuk melakukan keinginannya.

Tapi, satu pesan ayahnya yang harus dia ingat adalah jangan sekali-kali mencoba minuman berakohol. Dan dia telah melanggar perjanjian mereka demi membuat sahabatnya senang di hari ulang tahunnya. Sial, apa yang harus dia lakukan sekarang?

Wanita itu duduk di salah satu kursi bar karena tidak kuat dengan kepalanya yang terus berdenyut, kakinya juga seperti terbang. Rambut sebahunya berantakan menutupi seluruh wajahnya, wajah cantik wanita Asia, dengan hidung yang tidak terlalu mancung, mata coklat yang tajam juga bibir tipis yang terlihat ranum. Kecantikan sempurna ditambah ketegasan di wajahnya.

Musik DJ masih mengalun keras memenuhi ruangan tersebut, banyak manusia yang masih menikmati tarian di lantai dance. Tapi, tidak ada satu pun pria yang berani mendekati wanita itu. kebanyakan dari pria di sana adalah teman kampusnya karena tempat itu memang sudah dibooking oleh sahabatnya untuk acara ulang tahunnya yang ke dua puluh tiga tahun.

Siapa pria yang berani mendekati wanita itu jika sikap dinginnya selama di kampus begitu popular? Ditambah dengan level ekonominya yang memang berada ditingkat atas. Bersyukurnya, wanita itu bisa menjaga diri dengan sikap dingin yang selama ini dia miliki, apalagi di tempat laknat seperti ini. Meskipun kedua sahabatnya entah sedang berada dimana.

"Sialan, seharusnya aku tidak meminumnya," monolognya.

Tidak kuat lagi menopang kepalanya wanita itu meletakkan kepalanya di atas meja bar. Sialnya, pandangan matanya semakin kabur. Wanita itu sedikit menghawatirkan malam ini.

"Clara, biar aku bantu."

Tiba-tiba suara seorang wanita mendekatinya kemudian berusaha membantunya bangun. Clara sama sekali tidak tahu siapa wanita itu, tapi suaranya mirip dengan sahabatnya yang sedang berulang tahun, Cintya. Meskipun Clara juga tidak begitu yakin.

Wanita itu menggunakan topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya, rambut panjangnya tergerai indah sangat mirip dengan penampilan Cintya. Bedanya jika tadi Cintya menggunakan pakaian yang terbuka wanita itu justru menggunkan jaket hitam yang menutupi kemolekan tubuhnya. Samar-samar Clara memang melihat senyum sahabatnya dibalik topi hitam tersebut.

"Thanks," kata Clara pada seorang wanita yang sedang mambantunya bangun dari kursi, dia masih berpikir bahwa wanita itu adalah Cintya. "sepertinya aku tidak akan pulang malam ini, kepalaku sangat pusing. Tolong hubungi orang tuaku dan carikan alasan untukku!"

Wanita itu hanya mengangguk, meletakkan sebelah lengan Clara pada pundaknya kemudian membantu Clara berjalan. Mereka berjalan terseok-seok karena keseimbangan Clara yang berantakan, bahkan mereka hampir jatuh di pertengah tangga menuju lantai atas jika wanita itu tidak segera mencari tumpuan. Anehnya, kenapa mereka tidak menggunkan lift menuju lantai atas?

Clara benar-benar mabuk berat, dia terus saja mengoceh disepanjang koridor menuju kamar yang disediakan bar tersebut. Entah apa yang sedang dia bicarakan, Clara hanya mendumel tidak jelas. Namun, wanita yang sedang membantunya hanya diam membisu, berusaha mencari tembok sebagai tumpuan mereka supaya tidak jatuh ke lantai bar yang dingin.

Suara musik yang awalnya mengalun keras menjadi samar-samar terdengar, itu menandakan bahwa mereka sudah jauh dari bar dan dekat dengan fasilitas penginapan yang ada di bar tersebut. Jujur saja, Clara tidak sabar untuk segera sampai di kamar itu. kepalanya tidak bisa diajak kompromi, mual di perutnya semakin menjadi membuat Clara ingin segera memuntahkan apa yang ada di sana.

Clara tidak lagi memikirkan kedua orang tuanya yang mungkin saja mengkhawatirkannya di rumah karena putri semata wayangnya belum juga pulang, otak cerdasnya tidak bisa diajak berpikir, yang ada di kepalanya saat ini adalah segera merebahkan tubuhnya di atas kasur berharap bahwa besok keadaannya jauh lebih baik.

Clara menyesal telah menuruti keinginan Cintya, minuman sialan itu justru membuatnya tidak berdaya. Clara tidak akan lagi meminumnya, cukup malam ini saja dia menyesali perbuatannya, tidak lagi.

"Kau benar-benar menyebalkan Cintya, aku tidak akan lagi menuruti maumu," celoteh Clara pada wanita di sampingnya.

Sebuah kamar dengan nomor 305 telah terbuka lebar, wanita yang membantu Clara yang membukanya. Mereka berdua memasuki kamar tersebut meskipun ruangan dalam keadaan gelap, sorot cahaya dari luar kamar memantul ke dalam kamar tersebut karena jendela kaca yang tidak tertutup.

Clara harus menyesuaikan matanya dengan suasana remang-remang di dalam kamar tersebut, dia juga terlempar di atas kasur setelah wanita yang membantunya menjatuhkan tubuhnya tepat di tengah-tengah tempat tidur. Sepertinya Clara juga tidak peduli ketika wanita itu meninggalkannya sendiri di dalam kamar itu.

Tepat setelah wanita itu keluar Clara melihat siluet bayangan keluar dari dalam ruangan yang dia sendiri juga tidak tahu ruangan apa itu. Sakit di kepalanya membuatnya tidak bisa fokus, meskipun sirine bahaya telah menyala terang di dalam otaknya. Sungguh saat itu, jika bisa Clara ingin segera berlari keluar kamar. Sayangnya, alkohol yang dikonsumsinya tidak membiarkannya lepas begitu saja. Efeknya masih sangat terasa.

Entah apa yang terjadi pada tubuhnya sendiri, sekarang ini Clara merasa lemas. Hawa panas tiba-tiba menguar dari dalam tubuhnya, membuatnya sedikit menggesek-gesekkan punggungnya pada kasur di bawahnya. Sial, kenapa gerakannya seperti mengundang seseorang untuk tidur dengannya.

Clara tidak pernah melakukan itu sebelumnya, dia adalah wanita terhormat dengan harga diri yang tinggi. Sampai sekarang Clara masih menjaga keperawanannya meskipun dia bergaul dengan kedua sahabat yang begitu bebas. Cintya dan Amy. Tapi, sepertinya malam ini akan berbeda, perasaannya tidak karuan. Takut, cemas dan tidak berdaya telah Clara alami malam ini, malam yang seharusnya bisa membuatnya bahagia karena hari ini adalah ulang tahun sahabatnya.

Tiba-tiba Clara merasakan lumatan pada bibirnya, bibir bertemu bibir, setidaknya itu yang otaknya tangkap. Semakin lama lumatan tersebut semakin menuntut. Clara ingin memberontak, tapi gagal. Posisinya terhimpit kasur dengan tubuh seorang pria di atasnya. Ya, seorang pri. Clara jelas merasakannya.

Nahasnya, otak dan tubuhnya tidak sefrekuensi. Saat otaknya berusaha melawan justru tubuhnya seolah mengundang, menginginkan perlaku yang lebih besar lagi, begitu kontradiktif.

"Siapa kamu?" Clara hanya ingin bertanya, tapi yang keluar justru seperti desahan.