Chereads / Legenda Buronan Pertama [HIATUS] / Chapter 68 - Chapter 68 Rokuro Bakeneko

Chapter 68 - Chapter 68 Rokuro Bakeneko

"Aku sudah mempelajari nya, rupanya ada kata mantra di sini dan aku berhasil menenangkan kutukan ini dan aku benar benar sudah mendapatkan rumah ku kembali wuhu!!" Smirna senang berdiri, ia melempar buku kuno itu pada Rokuro yang terkejut menerimanya. Lalu Smirna dengan gembira berlari keluar dari rumah nya dan di ikuti Rokuro yang masih tak mengerti. 

Smirna masuk ke dalam rumah besar itu dan tampak di sana, rumah besar itu tidak terlihat seperti rumah tua yang di tinggalkan, dari sana Rokuro mengerti. "(Ah aku mengerti, jadi kotak ini sebelumnya tidak mendarat di tempat terbangkalau tapi di rumah Smirna yang besar dan dia sekarang sudah mendapatkan rumahnya kembali)" Rokuro menjadi tersenyum kecil. 

Lalu Smirna mendekat. "Terima kasih" Ia membungkukan badan. 

"Tidak, tidak yang harus nya berterima kasih itu aku, kotak itu akan masuk ke koleksimu dan jadilah peramal handal" Kata Rokuro lalu Smirna mengangguk.

"Kalau begitu, aku titip gadis drakula itu padamu" Tambah Rokuro. 

"Eh, kamu mau kemana?" Smirna menjadi bingung. 

"Aku akan pergi, aku harap aku tidak pergi lama dan ajarkan dia sihir dukun mu yah" Kata Rokuro. Tapi siapa sangka, bahwa Reikan mendengar nya dan langsung berteriak tak percaya. "Kau bilang apa tadi?!"

Membuat Rokuro menoleh. 

"Sampai jumpa, aku akan pergi sebentar saja hehe" Kata Rokuro. 

Lalu Reikan menghela napas panjang dan menyila tangan. "Pergilah saja dan jangan lupa untuk kembali, carilah pecahan itu dimana pun kau berada dan jangan pikirkan kami" Kata Reikan. Lalu Rokuro terdiam bingung. "Kau yakin? Kau membiarkan ku pergi? Bagaimana jika nanti merengek sama seperti ketika aku meninggalkan mu di Kerajaan padang pasir" Tatap nya. 

"Cih, itu karena aku tak mau bersama dengan keluarga kerajaan itu, Smirna lebih baik di banding siapa saja, aku bisa nyaman ada di sini tanpa memikirkan mu" Balas Reikan, Smirna yang mendengar itu menjadi tersipu malu. 

"Haha, baiklah, kalau begitu aku tidak perlu khawatir lagi untuk balik lagi ke sini memastikan kau benar benar membiarkan aku pergi" Kata Rokuro. 

"Sebelum pergi, bawalah ini" Smirna memberikan satu artefak menyala berbentuk kotak kecil. 

"Oh, sangat cantik, apa ini?"

"Itu artefak kuno, ada banyak, banyak orang mengatakan, jika kamu berhasil mengumpulkan artefak itu dalam jumlah yang banyak, maka akan ada keajaiban muncul" 

"Ah begitu, baiklah, aku akan mencarinya, Terima kasih" Kata Rokuro menerimanya. Lalu ia tersenyum lebar dan melambai pada mereka berdua. Petualangan nya di Kota ROQI telah selesai dan ia akan pergi ke kerajaan pedang. 

Setelah Rokuro pergi, Reikan terdiam menurunkan bibirnya. Smirna yang ada di saab menjadi menoleh. "Reikan, ayo masuk, aku ajak kamu berkeliling rumah ku" Tatapnya, tapi tiba tiba ia terkejut karena melihat air mata mengalir dari pipi Reikan, rupanya Reikan menangis membuat Smirna terdiam. "(Sepertinya dia tak bisa merelakan nya pergi, mau bagaimana lagi, dia sudah bilang akan tetap di sini saja.... Seperti nya aku juga harus bekerja keras meyakinkan nya....)"

Untuk ke kerajaan pedang, perlu menempuh waktu 2 hari untuk manusia, tapi dia bisa menggunakan sayap cepatnya dan sampai di sana kurang lebih 2 jam. 

Sesampainya di kerajaan pedang ia melihat ada penjual anting-anting yang sangat indah dan aksesoris lainnya. Ia mampir untuk mendekat dan melihat-lihat.

"(Wah wah bagus sekali anting-anting di sini, aku jadi jelas teringat pada Shiroi, dan gelang-gelang ini aku benar-benar teringat pada Geru. Rasanya semua sama dan aku ingin kembali bertemu dengan Ketua)" Pikirnya, yang ia maksud ketua adalah Hannyo.

"Tuan, silakan dilihat-lihat Tuan, di sini sangat murah-murah semua, anda mungkin bisa menghadirkannya pada orang-orang yang disayangi atau orang yang di dekat anda" Kata si penjual menatapnya.

"Wah terima kasih atas tawarannya, tapi aku sudah tak memiliki itu" Balas Rokuro membuat Penjual itu terdiam. Lalu Rokuro berjalan pergi, tapi siapa sangka, ada banyak pengawal kerajaan datang dengan senjata pedang di arahkan pada Rokuro yang terdiam bingung. 

"Siapa kau? apa kau pendatang baru? apa kau ingin bertemu dengan putri Yuki?" Tatap Mereka dengan serius. 

"Ah iya, ini ... (Jadi namanya Yuki?)" Rokuro menunjukan surat undangan yang di berikan wanita kemarin yang bernama putri Yuki. 

Tapi tiba tiba ada yang memukul kepalanya hingga ia terkejut. Memukul kepala nya dari belakang dengan sangat cepat dan keras. 

"Akhhh sialan!!" Rokuro memegang kepala belakang nya sambil menoleh ke orang yang memukul. Orang itu juga berwajah terkejut. "Kenapa tidak pingsan?!" 

"Sialan!! Caramu itu salah!!" Rokuro menatap marah. Tapi tiba tiba ada karung hitam menutupi wajahnya membuat Rokuro memberontak, tapi tubuhnya terikat rantai banyak dan segera di bawa banyak orang tadi. Sepertinya dia sedang di culik. 

Tak lama kemudian, penutup kepala Rokuro terbuka dan ia sudah merasakan bahwa ia duduk di kursi dengan rantai terikat di tubuhnya dan penutup mata yang masih menempel. 

"(Aku tak bisa melihat apapun?)... (Tunggu, apa ini?)" Ia merasakan sesuatu di mulutnya. 

Di saat itu juga penutup matanya terbuka dan ia terkejut karena di depan nya, Yuki berdiri sambil memasukan ujung pedang ke mulutnya membuat Rokuro terkejut sekaligus bingung. 

"A... e....?" 

Lalu Yuki menarik pedang nya lepas dari mulut Rokuro, tadi hampir saja merobek mulutnya. 

Lalu Yuki meletakan tangan nya di kepala Rokuro membuat Rokuro semakin bingung dan seketika tangan Yuki mengelus kepala Rokuro membuat Pupil mata Rokuro besar. "(Oh, ini sangat nikmat)" Ia menikmatinya seperti kucing yang sedang terbelai. Tapi tiba tiba ia tertampar. "Plak!!"

"(Aduh.... Di tampar? Aneh sekali)" Ekspresi Rokuro hanya bisa tertekan karena tubuhnya juga terikat. 

"Apa kau benar benar seorang manusia?" Tatap Yuki dengan tatapan yang sangat dingin dan datar menatap Rokuro yang terdiam. 

"Kau bahkan tak terlihat seperti manusia" Tambahnya lalu ia menatap sebuah kalung di leher Rokuro. Dengan cepat ia menariknya membuat Rokuro terkejut. 

"He... Hei tunggu, jangan sampai patah" 

Tapi terlambat, kalung itu patah ketika di tarik oleh Yuki yang se enak nya, tatapan nya pun masih tak peduli, ia menatap liontin itu. 

Hal itu membuat Rokuro terpaku melihat itu, dia tak percaya kalung itu putus. 

"Apa ini milikmu, ini bisa menjadi barang yang bisa saja menjadi saluran kekuatan mu, katakan padaku siapa kmu sebenarnya, apa kau siluman?" Tatap Yuki dengan sangat dekat. 

"Kenapa kau bertanya begitu padaku?" Tatap Rokuro. 

". . . Kau terlihat lebih kuat dan ketika bawahan ku memukul kepalamu, kau tidak pingsan" 

"Yah itu karena ketahanana dan kekuatan manusia itu jelas sekali berbeda, jadi jangan heran jika aku begitu" Rokuro membalas dengan tenang. 

" . . . Baiklah, jadi kau benar benar tidak mau mengaku huh? Ini pasti hanya liontin murahan, aku akan membuang nya saja kalau bagitu" Kata Yuki, ia berjalan ke jendela membuat Rokuro berwajah terkejut. 

Ia menodongkan kalung itu keluar jendela. Dengan wajah seperti menyiksa Rokuro. Sepertinya dia sedang memojok Rokuro agar mengaku. 

"Hei, Hei... Tunggu, tunggu... Aku akan lakukan apapun!! Jangan buang itu!!" 

"Baiklah, kalau begitu, lakukan yang aku minta, cari kalung ini" Kata Yuki, seketika ia melepasnya jatuh keluar jendela membuat Rokuro tambah terkejut. "Tidak!!! Sialan!!" Teriaknya. 

Seketika rantai yang mengikat tubuh Rokuro, patah dan hancur karena dia melepaskan nya. Ia terlepas dari ikatan itu dan langsung berlari keluar melewati jendela itu, Yuki menjadi terkejut melihat itu. "Dia memang bukan manusia" Gumam nya. 

Beberapa lama kemudian, tampak Rokuro dengan panik mencari kalung nya. "Dimana.... Dimana....." Ia mencari ke halaman sekitar kerajaan pedang karena jatuhnya tepat di sana. 

Tapi ia tak menemukan nya sama sekali. "Sialan...." Ia putus asa lalu melihat sekitar. "(Halaman ini luas juga, dengan pagar pembatas, aku tadi juga langsung meloncat dari jendela dan dia hanya menatap saja, pastinya dia sedang melakukan tugas nya tanpa mempedulikan dia membuang kalung ku" Pikir nya. Lalu ia semakin berjalan ke belakang kerajaan dan tak di sangka sangka, ia melihat putri Yuki telanjang membelakangi nya yang ada di sungai untuk mandi. 

"Astaga!" Rokuro terkejut sendiri langsung membalik badan. "Maafkan aku"

Lalu Yuki menoleh, tampang nya seperti biasa saja lalu ia memakai handuk nya dan keluar dari sungai, ia mengambil sesuatu lalu menunjukan nya pada Rokuro. "Lihatlah ini"

"Pakailah sesuatu dulu"

"Berbalik lah!!"

"Haiz...." Lalu Rokuro berbalik dan melihat, ia terkejut ketika di tangan Yuki ada kalung nya. 

"Hah, berikan padaku, sialan!!" Dia akan mendekat tapi ia baru sadar Yuki hanya memakai handuk saja. Ia lalu berhenti dan menghela napas panjang. 

"Sekarang katakan padaku, apa yang kau miliki dengan senjata?" Tatap Yuki. 

". . . Aku tak memiliki senjata, aku hanya bertarung"

"Kalau begitu aku akan memberikan mu pedang"

"Hah?! Ti... Tidak tidak... (Aku tidak pantas menggunakan pedang) Baiklah, aku seorang penembak jarak jauh, kecepatan cepat dengan teknologi tinggi" Kata Rokuro. 

". . . Peluru?"

"Ya" Balas Rokuro, lalu ia mengambil pistol Gapen dari tangan nya, ia menunjukan nya pada Yuki. 

"Tembaklah pohon itu" Tunjuk Yuki menunjuk pohon yang ada agak jauh dari mereka. 

"Itu gampang" Rokuro menodongkan pistolnya ke pohon itu dengan jarak yang jauh dan hanya menggunakan satu tangan nya saja. 

Seketika peluru keluar dengan cepat, menembus pohon itu bahkan peluru itu menembus hingga berhenti di pagar tebal kerajaan membuat Yuki terdiam. 

". . . Apa kau membuat itu sendiri?"

"Yah, aku merancang nya sendiri. 100 persen bubuk mesiu, 200 persen kecepatan tanpa batas dan juga, 1000 persen kesakitan tanpa henti jika kena" 

"Wah wah... Itu bagus, bagus... Biarkan aku meminjam nya" Yuki mengukur tangan. 

Lalu Rokuro tersenyum kecil dan memberikan tembakan nya. 

Lalu Yuki akan mencoba menembak pagar, tapi ketika ia memegang dengan dua tangan nya dengan kuda kuda, ia menjadi bingung karena ia tak kuat menekan pelatuk nya. 

Ia bahkan menggunakan kedua jari telunjuk di tangan kanan maupun kirinya. Tapi ia tetap tak kuat. "(Apa?! Kenapa tidak bisa?!)"