"Sebelumnya aku berterima kasih karena kau telah datang" Kata Baren menatap Geru yang terdiam mendekat.
"Sebenarnya ada apa?" Geru menatap serius.
". . . Kudengar kau tidak bisa menyelidiki tempat itu bukan? Seo yang melapor padaku" Tatap Baren.
"Itu karena tempat itu sudah 6 hari di tinggalkan, itu sungguh sangat lama"
"Yeah aku mengerti, karena hal itu, aku jadi tidak tahu soal kemampuan mu.... Karena aku meminta mu menyelidiki nya agar aku tidak merendahkan mu, sekarang aku tak punya hal yang harus di sebut tantangan membuktikan padamu"
"Jadi kau masih ngebet mau tahu kekuatan ku? Kau pastinya akan kaget karena aku lebih kuat dari apapun" Geru menyilang tangan.
Seketika Baren terkejut mendengar kalimat itu, dia menjadi kesal. "Kenapa malah sombong? Aku tidak membuat mu sombong bukan?"
"Hahha.... Kau hanya tidak sadar bahwa setiap kalimat yang kau keluarkan adalah kalimat merendahkan dan aku tak bisa diam saja merasakan itu. Kau benar benar merendahkan ku bukan, jika kau tahu kekuatan ku nanti kau juga pasti akan ketakutan sama seperti kau lari dari legenda buronan pertama yang kau ceritakan"
"Sialan, kenapa malah menggunakan topik itu terus.... Baiklah, begini saja, kemarin, aku pergi ke hutan terkutuk, tempat nya sungguh agak jauh. Aku ke sana dan tidak bisa menemukan gerbang masuk, jika aku masuk, aku akan tersesat, tujuan ku ke sana adalah mengambil sebuah perisai pelindung sihir, untuk kota ini agar terbebas dari kutukan, tapi sayang nya mengambilnya susah. Bagaimana jika kau buktikan padaku bahwa kau bisa masuk ke sana dan mendapatkan benda itu lalu keluar memberikan nya padaku" Tatap Baren. Nada nya juga masih merendahkan.
Geru terdiam sebentar. "(Hutan terkutuk? Aku tidak pernah mendengar hal itu. Apakah ini semacam hal baru? Apakah tempat itu belum lama di buat? Sepertinya ini menarik....)" Pikirnya lalu dia mengangguk. "Baiklah, aku terima"
"Hah kau yakin?! Orang biasa bahkan tak akan bisa keluar dari sana, jangankan keluar, masuk pun sudah tak bisa! Tapi tak apa.... Kau pastinya juga bakal tersesat jika sudah masuk nantinya" Kata Baren.
"Aku akan berangkat besok, tidak perlu menunggu jika kau penasaran hahaha..." Geru masih bisa mengejek sambil berjalan pergi membuat Baren kesal.
"(Sialan.... Kau pasti akan tersesat di sana, hanya perlu rasakan akibat nya....)" Baren tersenyum licik.
Geru kembali lagi ke penginapan. Dia membuka pintu dan melihat Tania menyelimuti So-in yang tertidur di ranjang. Ia menoleh ketika seseorang masuk yang rupanya itu Geru.
"Dia sudah tidur?" Geru menatap kecewa.
"Yeah, kau terlambat datang.... Aku pergi dulu" Tania berjalan pergi dari kamar itu.
Geru masih terdiam, dia lalu menoleh ke jendela yang memperlihatkan malam.
Tapi So-in bergerak dan menoleh setengah tidur. "Mm.... Master...."
Geru menoleh dan mendekat. "So-in, aku bilang padamu untuk menunggu kan"
"Maafkan aku...." So-in langsung bangun duduk dengan kcewa.
Lalu Geru duduk di samping ranjang. "Baiklah, aku rasa itu baik baik saja... Ayo tidur lagi saja...." Geru melepas baju atasnya dan membuang nya ke lantai membuat nya telanjang dada, dia lalu berbaring.
"Master... Apa master marah padaku?" So-in menatap.
"Tidak, kemarilah" Geru membuka tangan nya lalu So-in mendekat dan tangan Geru memeluknya.
"Master.... Bisa aku bertanya sesuatu?"
"Hm?"
"Apa master memang suka padaku?" Tanya So-in. Di saat itu juga Geru terdiam, dia mengingat sesuatu, soal masa lalu, yakni ketika dia bersama dengan Hannyo yang duduk di bawah pohon merokok dan Geru duduk di samping nya. Dia bertanya pada Hannyo.
"Apa aku bisa mencintai seseorang?"
". . . Iblis tidak mencintai, tapi dibenci"
--
"(Mencintai... Menyukai... Iblis tidak di ciptakan dengan rasa itu secara berlebihan, karena mereka harus belajar dalam hal yang begitu mandiri. Mencari tahu apa itu mencintai dan menyukai... Tapi aku yakin, meskipun aku tidak mengerti cinta, tapi aku bisa belajar sedikit lebih banyak....)" Geru terdiam.
So-in juga terdiam karena Geru tak menjawab pertanyaan nya. Tapi tangan Geru memeluknya erat membuat hangat dan mengatakan sesuatu. "Tetap.... Bersama ku"
--
Esok harinya, Geru berbicara dengan Tania yang terkejut setelah Geru mengatakan seauatu tadi.
"Apa?! Kau akan ke hutan terkutuk? Apa kau yakin? Kudengar tempat itu sangat jauh dan juga, sungguh bahaya.... Di sana, yang membuat hutan terkutuk adalah siluman yang sungguh sangat mematikan"
"Kenapa aku baru dengar hal itu padahal aku sudah banyak mengelilingi hutan di dunia ini... Kenapa baru dengar ada hutan terkutuk?" Geru menatap.
"Jadi kau tidak tahu apa itu hutan terkutuk. Hutan itu adalah hutan yang tidak terlihat, atau bisa dikatakan jika sudah masuk ke sana, kita akan terbawa ke tempat lain. Karena hutan terkutuk adalah sebuah tempat yang tidak bisa di gapai manusia. Jika kita ke sana, kita harus mencari gerbang nya dulu setelah itu kita akan terbawa ke tempat lain, yang pasti bukan di dunia ini. Kau mendengar tidak lama karena Hutan itu baru di buat beberapa minggu yang lalu dan belum diketahui siluman jenis apa yang membuat nya" Kata Tania.
"Ah begitu, lalu pintu untuk ke sana itu apa?"
"Aku juga tidak tahu karena aku belum pernah ke sana.... Tapi aku bisa menemukan gerbang nya dengan sihir pendeteksi" Kata Tania dengan semangat.
"Oh begitukah, kalau begitu ayo segera pergi" Geru menatap.
"Kita harus membawa So-in, dia kecewa karena kau selalu pergi tanpa dia"
"Iyalah, aku memang mau membawanya" Kata Geru lalu Tania mengangguk.
Setelah itu, tampak mereka bertiga mulai berjalan di hutan. Sungguh menghabiskan tenaga dan waktu jika berjalan dan pada akhirnya mereka berhenti.
"Istirahat dulu... Kita dari tadi belum menemukan nya" Kata Geru.
"Tunggu, sepertinya tempat nya memang dekat di sini, biarkan aku menggunakan sihir pendeteksi ku" Kata Tania, dia lalu berjalan di tengah tengah dan menutup mata. Seketika ada angin pelan menerpa tubuhnya membuat rambut dan bajunya terangkat sedikit. Dalam penglihatan nya, dia menggunakan sihir deteksi seperti sebuah lingkaran yang perlahan membesar. Lalu berhenti ketika ada titik temu yang dia rasakan.
"Di sana, bagian utara" Dia langsung berjalan ke sana. Lalu Geru mengikutinya dengan So-in.
"Itu dia!!" Tania menemukan sebuah sumur yang tua.
"Sumur tua? Untuk apa?" Geru bingung. Tak hanya tua, sumur yang terbuat dari batu itu tampak banyak sekali adanya benang dari sarang laba laba.
"Ini, ini adalah pintu menuju hutan terkutuk...."
"Apa kau yakin?" Geru bingung.
"Itu memang tempatnya, master.... Jadi ayo pergi" So-in meyakinkan nya.
"Lihat, So-in saja percaya, jadi cepatlah masuk"
"Ya kenapa aku duluan.... Aku yang harusnya terakhir..."
"Ck, baiklah, aku mulai duluan, ayo So-in" Tania mengulur tangan dan So-in menerima nya dan di saat itu juga mereka berdua melompat masuk ke sumur itu.
Geru terdiam, dia melihat sekitar lalu melompat masuk sumur. Tapi di dalam tak ada apa apa, hanya sumur bekas saja.
"Hah?! Apa maksud nya ini?!" Dia kesal. Namun yang membuat nya terkejut adalah banyaknya tengkorak kering di sana dan juga sarang laba laba tanpa adanya serangga sedikit pun.
"(Apa itu?! Apa mereka tersesat dan lebih memilih mati di sumur ini.. Hii....)" Geru tampak pucat melihat itu.
Tapi suara memanggil dari atas sumur.
"Master.... Naiklah, ke atas sumur" Rupanya So-in.
"(Apa?! Bagaimana bisa?!)" Geru terkejut mengetahui So-in ada di atas. Ia lalu keluar dari sumur.
"Selamat datang master...." So-in menyambutnya dengan wajah manis.
"Hah? Gimana gimana? Aku bingung?" Geru menatap tak mengerti. Karena tempat nya sama seperti tadi.
"Itu tempat nya, hutan terkutuk" Tania menunjuk belakang Geru membuat Geru menoleh dan rupanya benar, di sana ada sebuah sihir gerbang yang pastinya itu pintu masuk hutan terkutuk.
"Tapi, tunggu dulu.... Bukankah kita tadi masuk sumur, tapi kenapa pas keluar, kita sudah ada di depan pintu hutan terkutuk?" Geru masih tidak mengerti.
Lalu Tania menghela napas panjang sambil menggeleng. "Sebenarnya, sumur ini adalah sumur pintu masuk pertama yang membuat kita perhi ke dimensi dimana hutan terkutuk berada, kita nanti kembali pun juga melalui sumur ini" Kata Tania.
"Ah begitu, aku mengerti" Geru mengangguk mengerti.
"Master..." So-in memanggilnya membuat Geru menoleh.
"Ada sesuatu di kepala mu" Tatap So-in in.
"Huh.... Dimana?" Geru bingung.
"Di sini" So-in menunjuk kepalanya.
Geru masih bingung, dia lalu mendekat dan langsung menggendong So-in.
Lalu So-in mengambil sesuatu yang rupanya benang laba alah di kepala Geru.
"Ah terima kasih, kalau begitu ayo...." Geru langsung berjalan pergi duluan masih membawa So-in. Masuk ke hutan terkutuk itu di ikuti Tania. Ketika mereka masuk ke gerbang, mereka sudah menghilang begitu saja.
"Tempat ini sungguh sangat sama seperti hutan bukan" Tania menoleh ke sekitar.
"Bagaimana jika kita menggunakan penanda. Kita akan tahu jika kita mengulangi jalan yang sama, karena aku merasa bahwa kita tersesat tadi" Kata Geru.
"Master, gunakan ini" So-in melepas kain penutup kepalanya yang menutupi tanduknya. Lalu Tania menerima nya tapi ia terdiam. ". . . Kenapa kamu... Sangat manis dengan tanduk itu?" Dia baru tahu.
"Hahah.... Aku yang membuat nya manis" Geru langsung begitu dan mencium pipi So-in yang tertawa membuat Tania seeprti nyamuk.
Lalu Tania mengikat kain itu di sebuah batang pohon. "Baiklah, ayo lanjut"
Lalu mereka berjalan melanjutkan perjalanan. Tapi rupanya benar, mereka tersesat karena kain itu mereka dipertemukan lagi.
"Cih, jika begini, aku harus menggunakan sihir pendeteksi lagi" Kata Tania sambil mengambil kain itu dan memberikan nya pada So-in.
Lalu Tania menggunakan sihirnya tadi, melakukan hal yang sama dan dia kali ini juga menemukan sesuatu yakni sebuah titik temu.
"Di sini..." Tania berjalan perlahan dengan masih menutup mata dan Geru mengikuti nya sambil membawa So-in.
Hingga mereka benar benar menemukan tempatnya, sebuah tempat luas berbentuk lingkaran tanpa apapun dengan pohon mengelilingi nya dan ada satu pohon yang besar di tengah tengah itu dengan akar yang sungguh sangat banyak. Tapi yang aneh adalah, di sana banyak sekali sarang maupun benang laba laba.
"Lagi lagi, benang laba laba, tapi aku tak menemukan hewan nya, apa jangan jangan ini ulah siluman?"