Hari selanjutnya di kota HAGA, mereka sudah kembali. "(Jika di pikir pikir aku sudah bosan memakai rantai yang di kendalikan ini, mungkin aku ingin mencoba rantai biasa saja, seperti nya sih bagus)" Dia tersenyum sendiri, lalu sampai di tengah kota HAGA.
"(Aku juga agak penasaran dengan rumor kota satu ini, sangat lah aneh, kudengar ada yang bicara sesuatu terjadi di hutan selatan, ah mungkin hanya siluman biasa...)"
Sebelum nya ia berjalan ke hutan terlebih dahulu, anehnya, ia melepas rantai nya dan gelang rantai yang selalu ia pakai kemudian meletakan nya di atas barang pohon.
"Semoga tak ada yang menemukan mu, asal kau tahu aku hanya mencoba bermain saja... Bay... Ubachen" Dia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan rantai nya itu. Entah ada maksud apa dia melakukan hal itu, padahal rantai termasuk senjatanya dan gelang adalam pemberian berharga untuk rantainya.
Di dalam kota, ia masuk ke kedai penjual senjata, di dalam sudah ada pria pandai besi.
"Yo bang, mau lihat senjata atau beli?" Tatap nya.
Geru mendekat berjalan. "Apa kau punya rantai?" Tanya Geru.
"Rantai? Kenapa harus rantai? Bukankah ada yang lebih bagus dan mudah, jika senjata, pedang kunci nya, aku punya banyak pedang yang sudah aku buat, kau akan cocok menggunakan nya"
"Aku tidak pantas menggunakan pedang, berapapun biayanya, aku akan membayar nya. Aku ingin rantai yang panjang nya.... 12 meter"
"12 meter?! Bang, kau yakin itu tidak kebanyakan. Itumah terlalu panjang dan waktu penyelesaian nya pasti sangat lama"
"Memang nya berapa lama?"
"Sekitar 2 hari"
"Tak apa, aku akan menunggu" Balas Geru, lalu ia berbalik dan berjalan pergi membuat orang tadi terdiam masih bingung. "(Kenapa dia mau rantai sepanjang itu?)"
"(Hm... Jika aku menggunakan rantai biasa, apa aku juga bisa mengendalikan nya? Sepetinya begitu, aku bisa mengendalikan nya.. Kita lihat saja nanti)" Geru keluar dari sana dan melihat kota itu. Kota HAGA yang benar benar luas dan tenang. Lalu kembali berjalan, tapi ada sesuatu yang membuat nya berhenti yakni teriakan seseorang dari jalanan luas membuat nya langsung menoleh.
Di sana sepi karena bagian sana memang sepi tak ada apa apa. Ia melihat seorang wanita yang berteriak dari seberang jalan melihat seorang pria yang berlumur darah. "Ahh!!! Tolong!!" Dia berteriak karena melihat pria itu tak hanya berlumur darah tapi ia memegang kepala manusia. Tatapan pria itu benar benar sungguh sangat kosong.
Geru segera kesana. "Hoi!! Sialan!! Apa yang kau lakukan di tempat umum!?" Geru berteriak dari seberang.
"Berisik... Berisik!!! Akhhh!!" Pria itu malah melemparkan kepala orang itu hingga menggelinding dan darahnya kemana mana.
"Apa itu?" Geru malah melihat ke kepala itu yang terus menggelinding. Hingga wanita tadi berteriak. "Awas!!"
Geru menoleh pada pria tadi yang rupanya melesat dengan pisau akan membunuhnya.
--
--
Sementara itu, Tania dan So-in ada di sebuah penginapan. Mereka bermain uno yang terbuat dari kayu kecil.
Ketika Tania akan menambah satu, uno itu menjadi jatuh dan berantakan. "Akhh tidak!! Aku kalah..." Dia kecewa.
"Ahaha.... Nona Naga kurang tenang" So-in menatap.
"Ck, jika soal seperti ini aku memang tidak bisa mengendalikan emosi ku deh..." Kata Tania. Tapi siapa sangka. Tiba tiba saja ada yang berteriak.
"Berita baru!! Berita baru!! Gelombang suara muncul!!"
Hal itu membuat mereka berdua bingung dan langsung berjalan keluar dari penginapan. Melihat banyak nya orang yang mengerubungi sebuah papan berita di tengah kota.
"Apa itu?" So-in menatap bingung.
"Seperti nya ada berita di papan pemberitahuan, kita lihat setelah mereka semua pergi" Kata Tania. Tapi siapa sangka, semuanya langsung lari begitu membaca sebentar dari berita itu. Mereka lari ke dalam rumah dan mengunci pintu sehingga di sana menjadi sepi membuat Tania terdiam bingung. "Ada apa sebenarnya?"
"Nona Naga" So-in memanggilnya dan rupanya dia sudah ada di depan papan pemberitahuan itu yang tidak ada orang. Lalu Tania mendekat dan membaca berita itu.
"Sebuah gelombang suara di temukan di hutan bagian selatan yang sangat dekat dengan kota HAGA. Baru saja ada kejadian bahwa salah satu petualang yang melewati tempat itu menjadi kembali dengan gila dan sekarang dia sedang di buru oleh orang orang untuk di tangkap. Dia membunuh satu sekolahan"
"Hah astaga?!" So-in terkejut mengetahui itu.
"Gelombang suara? Bagaimana bisa ada gelombang suara?" Tania menjadi bingung.
"Apakah itu ulah siluman?" So-in mwnatap.
"Mungkin.... Tapi yang aku dengar, gelombang suara hanya akan muncul di berbagai tempat, apa kau tahu pulau siluman? Pulau itu datang di berbagai tempat dan hanya muncul satu kali. Jadi mungkin gelombang suara ini juga, datang sekali saja setelah itu akan pindah tempat, meskipun begitu, itu akan tetap bahaya jika tidak menyelidiki nya" Kata Tania.
"Lalu sekarang, bagaimana dengan orang yang menjadi korban itu, bukankah Master masih ada di luar? Bagaimana jika orang itu menyerang nya dengan gila!"
"Jangan cemaskan orang itu, badai saja bisa dia kendalikan.. Yang seharusnya dipedulikan adalah kita sendiri, sebaiknya kita menetap di dalam... Jangan berkeliaran dulu" Kata Tania lalu mereka masuk kembali ke penginapan.
Di sisi lain, Geru memukul orang tadi hingga dia terjatuh. Tak sampai sana, dia menginjak dada orang itu agar tidak bangun. "Gila, kamu sudah gila ya... Apa yang baru saja kamu lakukan di kota besar ini huh?!"
"Hoi!" Tiba tiba ada yang berteriak dan memanggil nama nya. "Geru-san!"
Geru menoleh dan rupanya itu Seo dengan seorang pria. Mereka mendekat. "Geru-san, biarkan Baren menangkap nya" Kata Seo.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Geru menatap. Lalu pria tadi mengikat tangan orang gila itu.
"Hei, nama ku Baren, siapa kau? Berani sekali melawan nya?" Pria itu melemparkan tatapan tajam. Siapa sangka, itu adalah Baren, orang yang dulu pernah menantang Hannyo.
"Aku geru" Geru membalas.
"Geru-san, Baren adalah Beast Hunter ketiga.... Setelah kejadian kedua Beast Hunter mati tanpa mayat, dia yang bertanggung jawab" Kata Seo memperkenalkan Baren. Rupanya dia juga Beast Hunter dan tempat tinggalnya pastinya di HAGA.
"Oh, senang bertemu dengan mu" Geru mengulurkan tangan.
Lalu Baren menerima nya, tapi senyumnya merendahkan sekaligus sombong. "Hmp, aku merasakan aura kuat dalam diri mu, tapi aku meragukan nya, Seo, bukankah dia tingkat rendah dalam Work Fandation?" Baren menatap Seo yang terkejut dan terpaksa mengangguk.
"Eh, kenapa bang, kenapa jika aku paling rendah? Kamu meremehkan ku?" Geru menatap.
"Ah tidak, hanya saja.... Kau harus membuktikan padaku bahwa kau kuat. Soal kematian kedua rekan ku, ada laporan mereka di bunuh iblis dan tak ada saksi mata apapun. Aku susah mau mempercayai nya atau tidak, mau bagaimana lagi, iblis di dunia ini sudah tak terlihat, tapi sedikit pemberitahuan" Baren mendekat dan berbisik.
"Aku bertemu legenda buronan pertama. Kami berduel tapi aku terpaksa harus mundur karena dia terlalu kuat, jika aku mati siapa yang akan menjadi Beast Hunter karena ujung nya, kedua tekan ku tamat" Kata Baren sekali lagi membuat Geru terkejut.
"(Hah, dia pernah bertemu dengan Hannyo?! Sebaiknya aku pura pura kagum) Benarkah begitu, kau berteku dengan nya... Yeah tak masalah jika mundur, lebih sayang nyawa saja..."
"Yeah, lalu, apa kau suka jika aku meminta tantangan untuk mu, aku ingin kau membuktikan bahwa kau bukan tingkat rendah, aku tahu kau kuat karena aku bisa merasakan aura mu"
"(Wah gawat, ada yang bisa merasakan aura nih.... Aku harus berhati hati dalam mengeluarkan aura iblis....) Jadi, mau minta apa supaya aku bisa membuktikan nya?"
"Seo" Baren menatap ke Seo yang menjadi panik dan kemudian bicara sesuatu. "Um.... Ada sebuah bencana di hutan selatan dan yang membuat pria ini gila adalah dia baru saja berpetualang melewati tempat itu dan langsung terkena gelombang suara itu dan menjadi gila. Kami ingin mengatakan siapa yang mau menyelidiki tempat itu karena belum ada sama sekali sejarah yang dapat melihat dari mana gelombang suara itu... Tapi mereka tak mau karena terlalu takut menjadi gila, karena jika sudah gila seperti ini, maka tidak ada obatnya.... Jadi mungkin, jika Geru-san berkenan mau melakukan nya, itu akan lebih baik" Kata Seo.
"Oh begitu, jadi itu caranya agar aku bisa membuktikan nya, tapi bukankah kau mengerjakan sendiri juga bisa karena kau Beast Hunter" Geru menatap ke Baren.
"Sebenarnya aku ada pekerjaan setelah ini, jika aku mengerjakan nya setelah menguruskan pekerjaan, gelombang itu akan pergi dan malah ke tempat lain sehingga tempat ini tak bisa menyelidiki nya"
"Hm.... Baiklah kalau begitu, tapi jika aku tidak menemukan nya bagaimana?"
"Yasudah, mungkin memang sudah pergi seperti pulau siluman.... Tapi lebih baik jika kau mengungkap nya" Kata Seo.
Geru terdiam sebentar lalu dia mengangguk. "Baiklah, aku akan segera pergi... Jadi sampai jumpa" Dia berjalan pergi.
Seo berwajah khawatir tau Baren tertawa. "Hahha.... Peringkat rendah memang bisa apa.... Paling dia juga bakal kembali dalam keadaan gila...."
"(Geru-san, kembalilah dengan selamat)" Pikir Seo yang benar benar khawatir.
Geru pergi ke penginapan. Ia membuka pintu dan melihat Tania dan So-in ada di sana.
"Tania, kau harus ikut aku" Kata Geru.
"Eh... Ikut kemana?" Tania bingung.
"Soal gelombang suara itu? Apa kau tidak penasaran?"
"Ah, aku ingin melihat nya.... Apa kau akan melihat nya?"
"Yeah,.... sebaiknya cepat"
"Tunggu, aku ingin ikut" So-in menatap.
Geru menoleh. "Tidak, tidak boleh, kau tidak bisa ikut.... Maaf So-in" Geru mendekat berlutut.
"Tapi.... Master..." So-in menatap kecewa.
"So-in, aku mohon, tetaplah di sini.... Jangan kemana mana" Kata Geru lalu dia berjalan pergi.
Tania mendekat ke So-in. "Jangan khawatir, dia memiliki maksud tertentu, dia tidak mau kamu terluka" Tatapnya. Lalu dia berbalik dan berjalan pergi menutup pintu membuat So-in terdiam. "(Apa itu benar?)"