Chereads / Hapus Deleted / Chapter 21 - Chapter 46 Geru Bakeneko

Chapter 21 - Chapter 46 Geru Bakeneko

Di tengah bersantainya di dekat batu, Geru terdiam merasakan sesuatu, tepatnya dia mendengar sebuah suara dari semak-semak di depannya. Ia menatap waspada dan di saat itu juga, rantainya muncul langsung menyerang ke sumber suara itu, tapi ujung rantainya kembali lagi dengan kosong tanpa apa pun membuatnya bingung.

"Perasaan ada sesuatu tadi, aku yakin aku mendengarnya deh."

Tapi rupanya, ada yang muncul dari semak-semak, tepatnya boneka milik Orlin. Geru terkejut, segera menutup wajahnya, namun boneka itu meledak tidak terlalu besar, justru hanya ledakan kecil, tidak sampai mengenai apa pun, membuat Geru menatap dengan bingung. Dan hal yang membuatnya terdiam adalah bentuk ledakan yang mengukir tanah menjadi bertuliskan sesuatu.

"Masuklah ke dalam."

"Hm… Apa kau ingin aku masuk ke dalam, benar-benar wanita licik sekali ya….. kalau begitu terserah lah, aku akan masuk, awas saja jika ada bonekamu lagi..."

Geru akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam gua. Ketika di dalam gua, dia tampak terus waspada agar bisa menyerang sesuatu yang akan datang tiba-tiba nantinya. Di saat itu juga, Geru mendengar sesuatu dari balik dinding yang bisa dikatakan sebuah belokan gua, pastinya di balik sana ada sesuatu yang menghasilkan suara yang bisa didengar olehnya. Ia lalu perlahan mengintip di sana dan rupanya, ada beberapa boneka berbaris dan satu per satu muncul dari balik tong tanah liat. Masing-masing dari mereka memakan sebuah batu bom. Hal itulah yang dapat membuat mereka meledak. Mereka sedang berbaris menunggu teman yang tercipta, setelah itu maju bersama-sama, bukan satu-satu, dan sekarang Geru tahu bahwa mereka pasti tercipta dari tong itu.

"(Tong itu, berisi tanah liat, pintar sekali, jadi dari sana mereka dibuat, kupikir wanita Orlin itu harus membuat satu per satu. Kalau begitu aku harus menutup tong itu…. Tapi bagaimana caraku untuk menutup tong itu, boneka-boneka itu pastinya menyerangku nantinya, dan jika mereka meledak di dalam sini, aku pastinya akan terkubur di sini karena ledakan yang terjadi di dalam gua. Aku pancing saja mereka dulu…)" pikirnya dengan sungguh sangat serius.

Setelah itu dia terlihat memunculkan dirinya. "Hei… halo…" panggilnya pada mereka membuat mereka menoleh dan langsung buru-buru menyiapkan pasukan. Setelah itu dengan cepat, mereka langsung berlari bersama-sama dan Geru menjadi buru-buru berlari kabur keluar dari gua itu.

Setelah keluar, boneka-boneka itu berhenti berlari dan melihat sekitar. Mereka mencoba mencari Geru tapi mendadak, sebuah rantai langsung mengarah ke mereka membuat mereka terpukul dan menjadi rusak, meledak sendiri tanpa kemauan mereka sehingga sudah habis, dan pastinya yang mengendalikan rantai tadi adalah Geru.

Sekarang dia tampak terburu-buru berlari ke dalam gua dan seketika menutup tong tanah liat itu yang akhirnya memang berhenti menciptakan boneka kematian itu. Lalu ia menghela napas panjang di antara engahan napas berat.

"Ha…ha…ha… Benar-benar sungguh sangat lelah, aku terus saja tidak tenang dan sekarang aku harus menghancurkan tong ini..." Dia mengeluarkan rantai dan seketika, ujung rantai itu bergerak mengendalikan tubuh dan ekornya seperti ular yang melilit dengan keras, dan saat itu juga, tong tersebut hancur.

"Hm…hm…hm… Lihat ini gadis Orlin!" Ia tampak sombong, lalu melihat ke dalam gua, berpikir, mungkin dia harus ke dalam sana hingga akhirnya memang benar-benar berjalan ke sana.

Tapi ada yang menghentikannya dengan berteriak dari belakang. "Tunggu…"

Membuat Geru menoleh dan rupanya itu Orlin.

"Oh, kau ada di sana rupanya, ada apa?" Geru menatap.

"Aku akui kau hebat mengalahkan tekotekku… Tapi, sepertinya aku sudah menyerah duluan."

"Hah…" Geru menatap tak percaya. "Apa kau bilang tadi, kenapa aneh sekali…." Geru menatap bingung.

"Sebenarnya, aku sudah menilai bahwa pastinya kau yang akan menang. Dan soal Beast Hunter, aku juga sebenarnya tak mau jika harus bergabung di sana, karena kedua lelaki itu bekerja sendirian, tanpa bekerja sama, lalu sikap rakus mereka yang begitu buruk sekali…" kata Orlin.

"(Ooh rupanya aku benar, dia lebih berpikir dewasa rupanya…)" pikir Geru dengan senyum kecil. "Jadi, jika kau tidak bertarung denganku, apa yang akan kau lakukan? Kembali lagi ke Beast Hunter dan hanya memegangnya dua orang tanpa Zaky?" Tatap Geru.

Lalu Orlin menggeleng, mendadak dan tidak disangka sama sekali, dia memegang topengnya dan membukanya membuat Geru terkejut tak percaya.

Sambil membuka, dia juga berkata sesuatu. "Aku ingin menjadi pengelana sekaligus petualang yang keluar dari kota HAGA…"

Di saat itu juga, wajahnya terlihat, seketika dia memiliki wajah yang sangat cantik dan begitu dewasa membuat Geru terpaku melihat itu. Dia benar-benar tak percaya dengan apa yang ia lihat itu. "(Sial… Wajahnya cantik, jadi dia menutupi wajahnya karena dia cantik…) Apa itu pertama kalinya aku melihat wajahmu?"

"Yah, kau orang pertama yang melihat wajahku. Jadi bisa aku meminta bantuan darimu, aku ingin mengaku bahwa aku berbeda dari mereka, yang aku inginkan hanyalah menjadi seseorang yang dapat berjalan-jalan ke mana-mana. Tapi kedua lelaki itu tidak membiarkan aku pergi dan malah melarangku karena jika aku pergi, Beast Hunter tidak akan punya orang dengan ras sihir langka seperti Orlin sepertiku. Jadi, jika aku meminta bantuanmu, soal katakan pada mereka bahwa iblis telah membunuhku dan Zaky, dengan begitu satu-satunya orang yang ada di Beast Hunter itu hanya tersisa satu, dia sendiri… Jika dia mempercayai aku mati, aku bisa pergi dari kota itu dan ingin berpetualang," kata Orlin membuat Geru terdiam, tapi ia menjadi mengerti dan mengangguk.

"Baiklah, jika itu kemauanmu. Kau adalah wanita yang berpikir dewasa, aku harap masih ada banyak wanita yang seperti mu. Jika kau pergi nanti, dan mungkin jika kita bertemu lagi, kita tidak bisa melupakan masing-masing…"

"Yah… sebelumnya, apa kau memang Geru Bakeneko, legenda kedua?"

"Yah… Jika kau bertemu saudaraku katakan saja pada mereka bahwa kau pernah bertemu denganku."

"Aku mengerti, terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu," Orlin berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Geru yang tersenyum.

Sementara itu, So-in terbangun. Dia bangun duduk melihat sekitar sambil mengucek matanya.

"(Di mana... Di mana Master…)" Ia menatap khawatir.

Tapi ada yang kebetulan mengetuk pintu lalu membukanya, yang rupanya itu Tania. "Oh, halo, apa kamu bangun dari tadi?" tatapnya sambil berjalan mendekat.

"Aku baru saja bangun. Apa Nona Naga melihat Master?"

"Ah, dia bilang padaku mengurus suatu hal, sebentar lagi pasti pulang... Bagaimana jika sedikit cemilan, aku tahu kamu lapar bangun tidur malam-malam." Tania memberikan bakpao rumput pada So-in yang bingung.

"Bakpao? Tapi kenapa warnanya?"

"Haha… Jangan khawatir, ini rasanya enak dan begitu mengenyangkan," tatapnya.

"Um, terima kasih." So-in menerimanya lalu memakannya perlahan. Di pandangan Tania, dia seperti marmut yang lucu makan perlahan.

"Bagaimana kondisi lukamu? Apa itu baik-baik saja?" Tania menatap paha So-in.

"Ah, ini baik-baik saja. Master memberikan Heal padaku." So-in membuka pahanya dan rupanya lukanya bersih tanpa apa pun, itu sangat sembuh.

"Wah… Rupanya kau memang gadis pilihannya. Jadilah dewasa agar kau bisa lebih merayunya," tatap Tania.

"Um… Apa maksudmu, apa Master suka yang dewasa?"

"Hm, soal itu, aku tidak tahu. Mungkin dia lebih menyukaimu, karena dari yang aku lihat, tingkahnya itu sangat membelamu," balas Tania. Seketika So-in berwajah merah.

Namun tak lama kemudian, ada yang membuka pintu yang rupanya itu Geru. Dia terdiam menatap mereka. "Oh, manis, kau sudah bangun? Kenapa bangun malam-malam?" Geru berjalan mendekat.

"Ini baik-baik saja Master, aku hanya… berpikir Master meninggalkanku… Aku kedinginan ketika Master pergi."

"Oh, maafkan aku, aku akan menemanimu lagi," Geru duduk di ranjang.

"Hei hei… Tunggu dulu, kalian berdua ini benar-benar mengesalkan. Sudah tahu aku tak bisa merasakan itu, kalian malah senang-senang…" Tania menatap kesal.

"Jika kau tidak suka, silakan keluar," Geru langsung mengatakan itu membuat Tania terkejut dan kesal. "Cih, benar-benar sangat menjengkelkan… Hmp!!" Dia langsung berjalan pergi.

Setelah Tania pergi, So-in masih memakan bakpao itu.

"Manis, apa itu enak? Aku melihatnya saja sudah seperti apa," Geru memasang wajah aneh.

"Um… Jika dibilang enak, rasanya lebih mengenyangkan…" So-in membalas lalu menghabiskannya. Namun di saat itu juga, terlintas sesuatu di benaknya.

"Um, Master…" panggilnya membuat Geru menoleh. Geru masih duduk di samping ranjang.

"Master, tipe wanita Master… seperti apa? Apa Master suka yang dewasa?" So-in mengatakan itu dengan wajah yang malu dan kecewa menjadi satu.

Geru terdiam sebentar, dia mengerti apa yang dirasakan So-in, tapi ia tersenyum dan memegang pinggangnya untuk mendekat membuat So-in terkejut menoleh.

"Manis, tak peduli kriteria wanita yang seperti apa yang akan datang padaku, tapi jika hatiku sudah terkena tembakan cinta, pandanganku akan buta dan menjadikannya satu-satunya."

So-in yang mendengar itu menjadi tersenyum senang dan langsung memeluk Geru. "Apa itu berarti, aku menjadi termasuk?"

"Bukan termasuk, tapi satu-satunya."

"Terima kasih Master… Aku janji akan melayanimu dengan baik," tatap So-in, lalu dia mendekat mencium pipi Geru.

Geru menjadi menoleh dan juga mendekat mencium pipi So-in.

"Ehehe… Master benar-benar pria yang baik, sangat baik…"

"Haha, terima kasih…" Geru memegang pinggang So-in dan memeluknya, lalu mereka saling menatap dan mencium bibir.

"(Aku benar-benar sangat senang… Aku menjadi satu-satunya… Padahal aku hanyalah gadis Rogk biasa, tapi tak disangka, aku bisa membuat hati Master melekat, sangat melekat.)"

Sementara itu, Tania ada di luar, dia menendang batu dengan kesal. "Cih, menjadi satu-satunya ras naga yang dibilang rata-rata kuat, itu menjadi suatu keburukan untukku… Sikapku yang teguh dan mungkin orang akan memandangku keras kepala… Tapi aku yakin, aku akan mendapatkan pasangan lebih baik. Hmp…" Sepertinya dia kesal karena tadi.