Chereads / Dendam Anak Pungut / Chapter 29 - Bab 29 (Pov Kakek) Meminta Kejelasan

Chapter 29 - Bab 29 (Pov Kakek) Meminta Kejelasan

Melihat Jonathan yang menangis tadi, membuatku semakin iba pada anak itu. Kenapa Yasa masih tetap saja tidak mendengar peringatan dariku, padahal sudah ku perjelas padanya, agar tidak membeda-bedakan Jonathan seperti orang asing dikeluarga ini. Biasanya dia akan akan selalu patuh pada apa yang aku katakan, kenapa malah mengabaikan peringatan dariku?

Setiap anak itu adalah titipan yang harus dijaga, mau itu anak kandung atau bukan. Selama ini aku dan Daliya istriku tidak pernah membedakan-bedakan antara Jonathan dan Gavriel, keduanya adalah cucuku. Meski memang benar Jonathan adalah cucu adopsi, yaitu anak yang ditemukan oleh Yasa dan Sekar saat dulu mereka belum memiliki seoarng anak. Tapi meski demikian, aku selalu menyayanginya seperti cucu kandungku sendiri.

Dulu, aku dan Daliya juga pernah merasakan kehilangan seorang anak, yaitu kakaknya Yasa. Putra sulungku yang bernama Abidanu, dia diculik oleh seorang pria asing yang sampai detik ini aku tidak tau apa motifnya. Waktu itu usianya masih berumur satu tahun, dan karena kejadian itu, aku dan Daliya sangat terpukul. Bahkan aku sudah mengerahkan semua anak buahku untuk mencarinya, dari pihak polisi dan intel juga mengusahakan yang terbaik untuk menemukan putra sulungku. Tapi hasilnya tetap nihil, sampai detik ini pun dia belum juga ditemukan. Dan aku tidak tahu, apakah saat ini dia masih hidup atau tidak. Setiap kali aku melihat anak-anak yang terlantar dijalanan, aku selalu teringat pada Abidanu, rasa takut dan khawatir jika nasibnya akan sama dengan anak-anak dijalanan. Kelaparan, hidup ditempat yang kumuh, diasuh oleh seorang preman, dan tidak bisa menempuh jenjang pendidikan seperti yang lainnya. Apakah hidup dengan baik selama terpisah dengan kami, hanya do'a yang dapat ku panjatkan pada Tuhan. Semoga Abidanu tumbuh menjadi anak yang baik, hidup yang baik, dan dengan didikan yang baik pula. Aku takut kalau sampai dia menjadi seorang penjahat atau preman diluaran sana.

***

"Loh, ternyata ada besan ya!" Ucapku saat sudah berada diruang tamu. Melihat kedua besanku yang terlihat sedang berbincang dengan Sekar dan Yasa, sebenarnya aku sudah tau jika mereka berkunjung. Karena di luar ada mobil terparkir, dan juga Jonathan membetitahuku tadi.

"Wah, kebetulan sekali. Pak Aga apa kabar?" Tanya Cakra padaku, sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman denganku.

Kami memang saling menghormati sesama besan. Sama-sama berasal dari keluarga terhormat, membuat kami selalu menjunjung tinggi nilai tatakrama. Satu hal yang tidak aku sukai dari besanku, yaitu terlalu menjaga image. Hingga pada saat Yasa dan Sekar memutuskan untuk mengadopsi Jonathan, Cakra dan istrinya Restu tidak menyetujuinya. Asal-usul Jonathan yang tidak jelas, dan hanya anak yang ditemukan didepan gerbang rumah Yasa, menjadi alasan mereka tidak setuju.

Bahkan tidak jarang, mereka secara terang-terangan menampakkan sifat tidak sukanya pada Jonathan.

Aku menerima uluran tangan Cakra dengan spontan, " Baik Pak Cakra. Kebetulan sekali ya, kita bertemu disini. Pasti ada hal yang penting sehingga Bapak dan Istri berkunjung ke rumah Yasa!" Ujarku menebak-nebak kedatangan mereka kesini.

"Iya, Pak Aga. Saya dan Istri memang ada perlu pada Sekar dan Yasa. Tapi sudah selesai kami bicarakan kok,"

Apa mungkin Cakra menyampaikan tentang acara keluarga yang dimaksud Jhonathan tadi? Jika memang demikian, apakah mereka juga memaksa Sekar dan Yasa untuk menghadiri acara itu? Lebih baik, aku tidak perlu mengurusi yang bukan menjadi urusanku. Aku tidak ingin bersikap lancang dengan ikut campur apa yang mereka bicarakan dengan Sekar dan Yasa.

Yang perlu ku tanyakan saat ini adalah mengapa Sekar dan Yasa lebih memilih menitipkan Jonathan pada guru pendampingnya, dari pada menemaninya saat olimpiade nanti.

"Oh ya, Yasa. Papa tadi ketemu Jo didepan, dia berlari sambil menangis. Setelah ditanya, dia berkata kalau kamu ataupun Sekar tidak bisa mendampinginya saat olimpiade, memangnya kenapa? Apa ada hal yang mendesak, sehingga membuat kalian tidak bisa mendampingi Jonathan?" Aku secara blak-blakan bertanya, agar besanku juga mendengar secara langsung, siapa tau kalau aku berkata demikian, Besanku juga akan mengatakan perihal apa kedatangan mereka kemari.

Sekar terlihat cemas mendengar pertanyaanku, namun tidak dengan Yasa. Dia tenang dan tidak merasa bersalah sama sekali atas sikapnya yang membiarkan Jonathan sendirian saat olimpiade nanti.

"Sebenernya, Sekar dan Yasa bukannya tidak ingin mendampingi Jonathan Pak Aga, akan tetapi pada hari Jo olimpiade itu bertepatan dengan acara keluarga besar saya. Jadi mereka saya minta untuk hadir, sebab acara ini masih perdana. Untuk Jonathan bisa dititipkan pada gurunya nanti." Cakra menjawab pertanyaanku. Padahal yang ku tanyakan adalah Sekar dan Yasa.

Jelas sekali, jika ketidak inginan mereka untuk tidak mendampingi Jonathan memang berasal dari acara keluarga yang dijelaskan Cakra tadi.

Enteng sekali Cakra berbicara demikian, dia pikir Jonathan sudah dewasa. Hingga bisa dengan mudahnya menerima segala sesuatunya dengan lapang dada, dia masih anak-anak yang butuh kedua orang tuanya. Bukan malah menitipkannya pada guru yang akan mendampingi.

"Tapi Pak Cakra, Jonathan itu masih kecil. Dan teman-temannya juga akan didampingi oleh orang tua masing-masing, anak sekecil itu butuh dukungan dan semangat dari kedua oran tua. Bukan malah semudah itu menitipkan pada gurunya," tegasku pada Cakra agar dia tidak seenaknya bertindak dan mengatur sesuatu seenak hatinya sendiri.

Acara keluarga tidak hanya dilakukan sekali seumur hidup. Lain waktu pasti bisa diadakan lagi, jadi apa salahnya jika Sekar dan Yasa lebih memilih untuk tidak menghadiri acara itu, dan mendampingi Jonathan ketika olimpiade. Dilain waktu mereka juga bisa hadir bukan? Lagi pula jika mereka berdua hadir pada acara keluarga tersebut, lantas apakah Jonathan tidak akan merek bawa. Apa karena Jonathan bukan anak kandung Yasa dan Sekar? Sehingga tidak masalah jika Jonathan tidak ikut serta dalam acara keluarga mereka.

Aku masih menunggu tanggapan Cakra tentang pertanyaanku tadi, sedangkan yang lain seperti sangat enggan untuk ikut andil dalam pembicaraan kami berdua. Bahkan Restu istri dari Cakra tidak memberikan tanggapan apa-apa, biasanya dia yang paling kukuh jika itu berkaitan dengan kepentingan keluarganya.

"Bukan begitu Pak Aga, seperti yang saya katakan tadi acara tersebut masih perdana dilakukan. Jadi semua anggota keluarga wajib menghadirinya, sekaligus nanti biar dicatat nama-nama dalam setiap kepala keluarga, dan juga nanti akan diambil beberapa foto keluarga pada setiap kepala keluarga tersebut. Untuk ditempelkan dialbum besar dan rekap keluarga. Sehingga jika tidak hadir pada saat itu, keluarga Yasa dan Sekar tidak akan tercatat. Karena pencatatan ini hanya dilakukan diawal pertemuan saja, Pak Aga." Jelas Cakra yang secara panjang lebar menjelaskan alasan keharusan Yasa dan Sekar dalam menghadiri acara keluarga itu.

Bisa diterima akal, namun satu hal yang membuatku sedikit bingung. Cakra bilang kalau ada sesi foto keluarga pada setiap kepala keluarga yang nantinya akan ditempel pada album keluarga besarnya. Lantas, jika Jonathan tidak hadir, maka dia tidak akan tercantum dalam album tersebut . Dia juga anggota keluarga Yasa dan Sekar, yang mana juga menjadi bagian dari keluarga Cakra pula.

"Kalau begitu, anggota keluarga Yasa tidak akan lengkap dong, Pak Cakra. Pada hari itu Jonathan tidak bisa ikut, lalu foto keluarga mereka juga tidak akan lengkap dan sempurna, bukan?"