Chereads / Segel Cinta Zayyan / Chapter 27 - Boncengan Naik Vespa

Chapter 27 - Boncengan Naik Vespa

Daffa turun dengan semangat dari atas karena orang yang datang ke rumahnya kali ini adalah idolanya, penyelamatnya!

"Eh cepet banget sampeknya bang?" Zayya baru aja mau ketuk pintu tapi Daffanya udah nongol bukain tu pintu.

"Iya kebetulan lagi nongkrong di deket deket sini tadi," Zayyan menjawab dengan ramah, dia mulai nyaman dengan tingkah laku adiknya Dhita ini. Asik aja gitu orangnya.

"Masuk dulu bang, biar aku yang panggilin kakak!" Daffa memimpin Zayyan masuk ke rumahnya dan mempersilahkan Zayyan duduk di ruang tamu.

Rumah Dhita tidak kalah besar dengan rumahnya, memiliki interior yang sangat elegan dan nyaman dipandang oleh mata.

Duduk di salah satu sofa tamu Zayyan mengamati beberapa poto keluarga yang menghiasi dinding sembari menunggu Daffa dan Dhita.

"Jadi bener ibu kemarin itu mamanya Dhita," melihat poto ibu yang dia tolong kemarin berpose dengan suami dan 2 anaknya, Zayyan terkekeh pelan.

Rasanya lucu aja gitu bisa bisanya yang dia tolongin ternyata mamanya Dhita. Ternyata dunia tidak seluas yang ia kira, mana kemarin ngaku ngaku jadi anaknya lagi.

Sementara itu Dhita udah kembali ke kamarnya, mondar mandir karena bingung harus ngapain.

Tok! Tok! Tok!

suara ketukan terdengar dari arah pintu kamarnya

"Kak, bang Zayyan udah datang." udah di duga, pasti itu suara adek gak ada akhlak itu.

"Gue males temuin dia Daf! lo aja yang pergi sama dia!" jawab Dhita ketus dari dalam, masih badmood sama adeknya ini.

"Terus nasib kawan kawan gue gimana dong? tugas kami belum selesai nih," belum juga setengah jam kawan kawannya tiba di sini masak udah mau di tinggal aja kan gak enak.

Dhita hanya bisa menghela napas panjang dari dalam, tidak menjawab sepatah katapun.

"Yauda gua balik ya? jangan lama lama tu pacar lo nungguin!" ucap Daffa sambil bercanda setelah tidak mendengar jawaban dari Dhita.

"Huuuft! Dhita, tenang! jangan panik oke?" dia sendiri gak tau apa yang buat dirinya sampek segrogi ini, padahal biasanya kalau jumpa sama Zayyan dia biasa aja malah berantempun keseringannya.

Setelah sekitar 10 menit, Dhita akhirnya datang menemui Zayyan yang tengah duduk santai di kursi tamu.

"Za?" panggil Dhita, agak kaku suaranya gak kayak biasanya.

"Oh dah siap lo? jadi dimana ambil tagihannya itu?" Zayyan sedikit terkeju, apalagi ketika melihat Dhita yang sangat beda hari ini.

Ia sangat jarang melihat Dhita dengan baju bebas karena mereka jarang bertemu di luar, jadi melihat Dhita tidak mengenakan baju sekolah seperti ini seperti melihat orang yang sama sekali berbeda dengan yang ia temui pagi tadi di sekolah.

"Lo serius mau temenin gue?" Dhita bertanya, dalam pikirannya Zayyan masih marah karena perkataannya pagi tadi pas di kantin.

"Seriuslah! lagipula gue udah terlibat dalam masalah ini jadi ya gak masalah kalau gue yang selesaiin kan?" jawab Zayyan dengan santai.

"Masalah? tapi ini sebenarnya gak ada masalah lagi lho Za," Dhita duduk di kursi tepat di depan Zayyan, ia ingin mencoba menjelaskan yang sebenarnya jadi Zayyan gak salah paham.

"Gak ada masalah gimana maksudnya?" Dia bingung, karena tadi si Daffa bilangnya ada masalah pas Dhita mau ambil uangnya.

"Ya sebenarnya mama cuma nyuruh gue ambil tagihan ke perusahaannya oom yang nabrak itu tapi gue gak berani sendiri," dengan senyum canggung Dhita menjawab.

Asli kaku banget dia sore ini, padahal biasanya lentur banget tu lidah ngocehin Zayyan.

"Yauda gue temenin," jawab Zayyan sambil tersenyum, ini tulus loh ya bukan modus modusan.

Selama Dhita gak mendebat dan mengomentari setiap yang dia lakukan sebenarnya dia akan damai damai aja sama ni cewek.

"Serius?" mata Dhita melebar, jawaban Zayyan diluar dugaannya.

Ia pikir Zayyan akan langsung pergi karena dia salah paham dengan chat adiknya, tapi rupanya dia nawarin bantuan dengan senang hati.

'Apa dia beneran sebaik ini ya aslinya?' jantung Dhita mulai berdegup dan mulai mencari sudut pandang lain untuk menilai seorang Zayyan.

"Serius dong? ia kali pacar gue lagi kesusahan gak mau gue bantu?" mulai jahilnya ni si Zayyan, gak bisa serius bentar biar romantis dikit.

Bawaanya becanda terus.

"Gak usah bawa bawa status kali," jawab Dhita sambil memalingkan wajahnya.

"Mau ngobrol doang ni gak pergi pegri? keburu sore loh nanti tutup tu kantor," sahut Zayyan sambil melirik alrojinya.

"Yaudah bentar gue ambil ceknya dulu," jawab Dhita, kemudian ia pergi ke ruang keluarga buat ambil cek sama bill tagihan yang di kasi mamanya.

"Kita naik mobil aja ya?" kembali ke ruang tamu, Dhita ngajak Zayyan biar pigi naik mobil aja.

Bukannya gengsi naik motor tapi dia gak mau jumpa temen temennya, bisa kesebar gosip gak enak nanti yang memaksa dia harus semakin dekat dengan Zayyan di sekolah.

"Boleh aja, tapi di persimpangan deket rumah lo itu lagi macet parah karena ada Fuso pecah ban, jadi ya pasti lama kita sampeknya," jawab Zayyan dengan santai.

"Seriusan?" wajah Dhita berubah cemberut. 'Masak iya dia boncengan dengan Zayyan sih?

"Kalau gak percaya boleh di tes sendiri, tapi gue gak tanggung jawab kalau kita telat sampek ya?" tambah Zayyan sambil tertawa pelan.

Udah biasa dia dengan sikap Dhita yang gak percaya dengan omongannya.

"Iss! Yaudah deh, kita naik motor. Tapi gue gak mau naik motor lo nanti lo ngebut!" Dhita tau kali gimana zayyan bawa motor di jalanan, bisa copot jantungnya kalau di bonceng Zayyan naik motor itu.

"Jadi mau naik motor mana dong?" ribet amat ni cewek. Mana mungkin dia ngebut kalau bonceng orang di belakang, overthinking banget jadi orang.

"Bentar gue pinjam Vespa Daffa, biar lo gak bisa ngebut!" jawab Dhita sebelum ia naik ke atas manggil Daffa buat minjem Vespanya.

'Dia pikir Vespa gak bisa ngebut apa?' gumam Zayyan dalam hati.

Turun dari lantai dua Dhita melempar kunci Vespa pada Zayyan, "ayok!" serunya sambil melempar kunci.

"Lo pengen romantis romantis gitu ya makanya milih pergi naik Vespa?" goda Zayyan dari belakang saat mengikuti langkah Dhita menuju pintu.

"Apaan sih! gue masih pengen idup makanya naik ini, kalau naik motor lo itu bisa tegang di tengah jalan gue!" membayangkan kecepatan Zayyan pas bawa motor aja udah buat dia ngeri sendiri, apalagi kalau dia di bonceng.

"Kirain pengen romantis sama gue biar jalannya pelan pelan," satu Zayyan sambil tersenyum kecil.

Trengtengtengteng! (suara mesin Vespa)

Zayyan udah naik tapi Dhita masih sibuk dengan tali helmnya yang gak bisa ke kunci.

"Sini gue bantu!" Zayyan mengulurkan tangannya membantu Dhita mengunci tali helmnya.

Menatap Zayyan sedekat ini membuat jantungnya berdegup kencang sekali lagi, mana tangan mereka bersentuhan lagi pas Zayyan megang tali helmnya.

'Dhita sadar! lo kenapa sih?' gumamnya dala hati.