Mama melirik Dhita dengan tatapan yang rumit. Ia tidak pernah menyangka kalau anaknya bakalan punya pacar, apalagi itu adalah orang yang telah menolongnya kemarin.
"Dhita bener kamu udah punya pacar?" tanya mama dengan wajahnya yang sudah ancang-ancang mau senyum selebar lebarnya.
"Apa sih ma, percaya banget sama Daffa," duh jadi gugup gini Dhtia jawabnya, kulit wajahnya aja udah mulai merah merona.
"Kalau memang iya juga gak apa apa sih, mama malah senang! itu artinya kamu sudah mulai tumbuh lebih dewasa," jawab mama sambil berjalan ke arah Dhita dengan tangan yang di buka lebar karena mau meluk anaknya.
"Yang penting kamu bisa jaga diri, lagipula dia anak baikkan?" bisik mama sambil memberikan pelukan hangat pada Dhita.
Dia sangat mengenal anaknya. Dhita bukan tipe cewek yang suka menye-menye sama cowok jadi agak sulit buatnya untuk bisa kenal lebih dekat dengan teman lawan jenis.
Dan ia tidak pernah berpikir kalau Dhita akan punya hubungan dengan cowok secepat ini, karena dia tu kutu buku banget.
Ambisinya untuk menjadi yang terbaik di akademis menyita banyak waktunya, jadi mana mungkin dia mau luangin waktu buat pacaran.
"Iya ma," seketika mulut Dhita jadi gagu.
Kenapa mama jadi kayak gini sih? euforia banget tau gak. Apa emang mama udah nungguin aku punya pacar ya makanya sampek seneng banget kayak gini?
"Yauda mama mau pergi dulu, kamu ambil mobil sama pacar kamu ya?" melepas pelukannya dari Dhita, mama mulai mengelus rambut putri kesayangannya itu.
Jika di lihat dengan seksama dari dekat begini terlihat sedikit kedewasaan yang tumbuh pada anak gadis satu satunya ini.
"Tapi--" Dhita sangat ingin mengklarifikasi yang sebenarnya tapi karena mama udah kesenangan dia gak di kasi kesempatan buat ngomong.
"Oh iya, kebetulan papa nanti malam mau berangkat ke luar kota, ajak dong pacar kamu makan malam di rumah biar mama bisa sekalian kasi ucapan terima kasih.
Udah dua kali loh dia nolongin kita, jadi harus balas budi dikit," mama langsung memotong padahal Dhita belum siap bicara. Efek kesenangan nih!
"Makan malam di rumah?" mau nangis aja rasanya kayak gini, Dhita gak bisa berbuat apa apa lagi karena abis ngomong itu barusan mama langsung pergi.
"Daffaaaaaa!" begitu mama keluar, Dhita lanngsung meluapkan segala emosinya pada Daffa.
Dialahh dalang dari semua ini!
"Ak-aku, aku keceplosan kak, gak sengaja!" keringat dingin mulai mmembasahi pelipis dan punggungnya, kakak kalau udah marah ngeri lho.
"Lo ya Daf," Dhita menggenggam tangannya karena kesal sama adiknya ini.
Ting!
Bel rumah mereka berbunyi! padahal baru aja mau kasi pelajaran sama adik gak ada akhlak ini, ganggu banget tu bel.
Daffa langsung berlari membuka pintu, sangat bersyukur bel itu bunyi di saat yang tepat. Nasibnya terselamatkan hari ini.
Membuka pintu, ternyata yang datang adalah teman teman kelompoknya Daffa.
"Eh kalian udah datang, silahkan masuk!" Daffa menyambut dengan ramah.
Dhita yang melihat itu bertambah kesal, 'Daffa! liat aja lain kali gue bakal kasi lo pelajaran!' gumamnya dalam hati sambil melirik Daffa yang memimpin teman temannya naik ke lantai 2.
Dia menghempaskan tubuhnya kembali ke sofa dengan malas.
Membuka ponselnya, ia mulai bimbang ni ajak Dina sama Anjani aja atau ajak Zayyan.
Kalau dia ajak Dina sama Anjani udah pasti dia juga yang bakal repot buat ambil tagihannya, kawannya gak bisa di andelin untuk yang begituan.
Nah kalau dia aja Zayyan mungkin bisa di andelin buat ambil tagihannya, tapi apa mungkin Zayyan mau? kan dia lagi marah gara gara di kantin tadi.
"Oke, Dhita! relax! kita ajak Dina sama Anjani aja ya? huuft!" Dhita mengatur napasnya, entah kenapa dia jadi galau gini.
Padahal biasanya kalau butuh apa apa emang Dina sama Anjani doang yang di hubunginya tapi gara gara mama suruh ajak Zayyan dia jadi rada galau gini.
Dhita mulai membuka whatsapp, rencananya mau telpon Dina dulu tapi tiba tiba ada panggilan masuk.
"Zayyan"
Nama kontak dari panggilan masuk yang sedang memanggilnya adalah Zayyan!
"Duh apalagi sih ini? kenapa tiba tiba nelpon mi orang? angkat gak ya?" napasnya udah kayak orang yang grogi di atas panggung, hampir ngos-ngosan.
Perlahan tapi pasti ia menggeser tombol hijauh ke atas, ya! dia menjawab panggilan itu.
"Halo Dhita?" duh lembut banget Zayyan manggil namanya, bukannya dia lagi marah ya?
Pikiran Dhita udah treveling sampek lupa jawab.
"Dhita! ooo Dhita!" Zayyan mengeraskan suaranya.
"Ish iya lho! gue dengar, gak perlu pake teriak teriak!" jawab Dhita, malah jadi ketus tiba tiba si Dhita.
"Adik lo chat gue ni katanya ada masalah sama orang yang nabrak mobil nyokap lo kemaren, beneran tuh?" tanya Zayyan dari balik telepon.
"Hah? enggak kok," jawab Dita.
Kaget dia karena ternyata Zayyan nelpon karena pengen mastiin itu, kirain ada apa.
"Jadi kenapa Daffa suru gue datang ke rumah lo ni? katanya temenin kakak ambil uang tagihan mobil yang kemarin," Zayyan masih berusaha memastikan.
Dia sedang duduk santai tiba tiba dapet kabar kalau Dhita ada masalah sama om om yang kemaren, ya mau gimanapun Dhita pacarnya jadi dia sedikit khawatir.
"Iya sih nyokap gue suruh gue ambil uang di sana!" Dhita berusaha mengatasi kecanggungan didalam dirinya, padahal Zayyan biasa aja tuh.
"Yaudah gue otw, tunggu ya!" Zayyan salah paham, dia kira Dhita kena masalah waktu ambil uang itu makanya dia langsung otw.
"Eh bukan gitu, gak perlu datang Za!" Dhita gak nyangka kalau Zayyan bakal respon kayak gitu.
Dan baru aja dia mau jelasin tapi telponnya udah mati.
"Abislah gue!" Dhita menepuk dahinya.
Entah apa dosanya sampek semuanya jadi kayak gini. Tadi mama yang tau dia pacaran dengan Zayyan dan sekarang Zayyan yang datang ke rumahnya, dan nanti? apalagi yang akan terjadi?
***
Daffa dan 3 orang temannya sedang belajar di teras kamarnya Daffa, teras itu langsung mmenghadap ke parkiran depan rumah, jadi siapapun yang datang mereka bisa melihat dengan jelas dari atas.
Saat mereka sedang asik belajar dan buat beberapa video untuk tugas dan tentunya untuk kontes sosial media, mereka mendengar ada kendaraan yang masuk ke dalam parkiran.
"Siapa tu?" tanya Maya, temannya Daffa.
"Kayaknya kak Zayyan deh! bentar ya?" Daffa menjawab sambil tersenyum, ia sudah menduga kalau Zayyan pasti akan datang, dia kan orang baik.
"Kak Zayyan?" Maya melebarkan matanya, pipinya pun mulai memerah. Dia adalah salah satu orang yang sangat mengagumi ketampanan abang kelas yang satu ini.
"Gila gak tu? pasangan paling cocok di sekolah kita, yakan?" sahut Andi salah satu teman Daffa yang lain. Sedangkan Daffa udah turun ke bawah.
Sementara itu di lantai bawah tepatnya di ruang keluarga, Dhita melihat kedatangan Zayyan lewat jendela, "Duh dia beneran datang lagi! gimana dong?" Dhita mulai gelisah.