Pernyataan yang baru aja diutarakan Zayyan benar-benar membungkam semua orang, bahkan Dhita gak sanggup berkata lagi mendengar itu.
"Lo serius, hah?" Dhita bertanya dengan kerutan di kening yang semakin mengecilkan ukuran dahinya.
"Itu janji lo kan? kalau lo bakal pacarin jagoan yang nyelamatin dia, adik lo." dengan senyum tengil Zayyan menjawab santai.
Setelah bicara sebentar dengan Yuda, ia mengerti detail kejadian sebelum kedatangannya dan setelah pikir panjang soal kesempatan yang dibicarakan Yuda, ia berubah pikiran, dan memilih untuk menyelesaikan situasi seperti yang teman-temannya mau.
"Gak! lo pasti punya niat buruk sama gue." Zayyan hanya tersenyum melihat kepanikan miss Perfect sekolah ini.
"Terus lo mau melanggar janji di depan penggemar lo sendiri gitu? atau lo gugup jadian sama cowok paling favorit di sekolah?" tawanya pecah saat itu juga, sehingga membuat wajah Dhita merona karena malu.
"Din, gimana dong?" mengatur nafasnya agar tidak emosi setelah bicara dengan cowok yang paling dibencinya itu, ia menoleh pada Dina untuk meminta saran.
Sementara Dina hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala, dia masih termenung mendengar pernyataan Zayyan yang sangat mengejutkan barusan.
"Za, lo denger ya gue ga pernah punya niatan buat pacaran sama lo." menghempaskan pandangannya dari Dina yang termenung, Dhita menerangkan dengan kesal.
"Emang gue punya? ini tu situasi yang lo ciptain, kok malah kesalnya sama gue, dasar aneh" dengan sorotan mata yang cukup tajam Zayyan menjawab.
"Aneh lo bilang, makin lama makin berani ya lo sama gue, lo pikir lo itu siapa?" Yuda yang melihat itu langsung melerai, sementara Daffa hanya bisa menghela napas dalam dalam.
"Dhita, Zayyan! sadar gak sih kalian lagi jadi tontonan sekarang, tunda dulu dong berantemnya selesain ini dulu." wajahnya memelas agar kedua musuh bebuyutan itu mau mendengarkan dirinya.
"Jadi gimana kak? jadian apa enggak ni?" celetuk salah satu siswa di kerumunan dan suaranya terdengar jelas ke semua orang.
"Iya ni, kan orangnya udah ketemu masak lama banget, jadian terus dong."
"....."
Kalau ada lubang rasanya Dhita ingin mengubur diri disana dan gak bakal keluar lagi, situasi hanya mendorong dirinya menjadi lebih malu.
Zayyan yang mulai iba melihat Dhita yang sudah kikuk begitu ketika diserang pertanyaan dari publik mengambil alih perhatian "jadi gini ya teman teman, memang bener gue yang nyelamatin teman baru kita ini beberapa bulan yang lalu.
Dan kayaknya kakaknya udah tau deh kalau gue orangnya, makanya dia mau ngasih tanda terima kasihnya pacaran, jadi gue harus apa ni?" senyum tengilnya keluar saat mengatakan kata-kata barusan.
Seketika Dhita meledak karena marah saat mendengar itu, tapi ia gak mau meluapkannya di atas podium seperti ini atau namanya bisa jadi trending topik hari ini.
"Jadi gue terima aja ni?" Zayyan masih asik ngobrol sama orang orang dalam aula, kepercayaan dirinya emang ga bisa dilawan.
"Oke, kalau gitu kita dengerin dulu komentar dari saudara Dhita sekarang." senyum tengilnya masih gak berubah ketika ia melihat ke arah Dhita, puas rasanya buat dia kesel hari ini.
Dengan mundurnya Zayyan, otomatis orang jadi terfokus pada Dhita. Sementara Dhita masih kehabisan kata-kata.
Menenangkan dirinya sejenak, ia maju satu langkah sambil menaikkan mic ke dekat bibirnya dengan genggaman erat.
"Oke, gue bakal penuhin janji gue. Tapi ingat gue ga pernah berharap buat pacaran sama orang kayak dia, ini murni kesalahpahaman." bagaimanapun ia haus membersihkan nama baiknya.
Orang itu seenaknya saja mengklaim yang engga-engga, kalau orang sampe menganggapnya buruk itu bisa buat mereka salah paham tentang dia.
Mendengar kepastian yang sudah didepan mata semua orang yang menanti sejak awal bersorak sekali lagi dengan kompak.
"Tembak!"
"Tembak!"
"Tembak!"
'Udah gila, maksudnya apa ni? gue yang nembak Zayyan gitu, tapi kan biasanya cowok yang nembak, gimana sih?' Dhita terbengong hebat melihat sorak sorai yang ditujukan padanya.
"Dah maju lagi gih, bagian seru loh ini." menaikkan sebelah alisnya, Yuda mendorong Zayyan untuk maju kedepan sekali lagi, dan ia berdiri sejajar dengan Dhita sekarang.
"Kenapa, gugup ya karena mau nembak cowok paling dinaksir seantero dunia kayak gue?" pedenya Zayyan ga perlu diragukan.
"Kok jadi gue yang nembak lo? harusnya lo dong, jadi cowok gak gentle banget sih." menjauhkah mic dari bibirnya, Dhita mengendus tidak senang.
'Ni semua gara-gara orang orang ini nih, dia jadi kepedean gitu. Apa kata orang coba kalau gue yang nembak duluan' tak henti-hentinya Dhita mengeluh dalam hati.
"Udahlah Ta, lo mau jadi tontonan lebih lama?, nurut aja napa." menggaruk pelan kening yang tidak gatal, Zayyan menjawab acuh tak acuh, ia risih di pertontonkan begitu lama disini.
"Ga waras lo, apa kata orang kalau gue yang nembak luan?" ketus Dhita ambil mengangkat bahu dengan telapak tangan mengulur terbuka kedepan, gestur orang bingung.
Karena tidak mau memainkan drama ini lebih lama lagi, Zayyan langsung menjalankan otaknya yang encer itu.
"Oke, gue terima!" dengan senyum yang dibuatnya untuk membuat semua orang percaya, ia bicara dengan mic di bibirnya sambil meraih tangan Dhita yang kebetulan mengulur ke depan.
"Uhhh, so sweet banget dah sumpah." salah satu adik kelas yang mengidolakan Zayyan meneteskan air mata melihat adegan romantis di podium acara itu.
"Ternyata ada cinta disela permusuhan mereka." teman satu leting Zayyan dan Dhita menggelengkan kepala tidak percaya, melihat 2 saingan berat selama 2 tahun ini jadian, di depan umum lagi.
"Gue mau dong jadian di depan sekolah kayak mereka berdua nanti."
"Iya ntar gue sogok satpam sekolah buat nembak lo, kalo perlu depan gerbang sekolah malah."
Perbincangan menjadi hangat dan romantis di dalam aula acara, mereka yang menunggu adegan ini akhirnya terpuaskan melihat kedua saingan bisa akur dan menyatu.
Sementara itu, jantung Dhita berdebar tak menentu, setelah 2 tahun sekolah rasanya baru ini ia merasakan kehangatan tangan seorang pria walau itu tidak bertahan lama karena ia segera menghempaskannya.
"Oh. My. God, bener bener lu ya, kapan gue nembak lo Zayyan Arjuna!" rasanya ia ingin menjambak rambut cowok tengil yang menggenggam tangannya barusan.
"Stt, udahlah ga nyaman tau di liatin banyak orang gini. Dah lo tutup acara ini abis itu temui gue di kantin." Zayyan bicara dengan penuh kelembutan, tentu saja agar semua orang semakin terkesima dan percaya dengan hubungan mereka.
Dhita diam tak bergedik, bukannya ia baper dengan kelembutan Zayyan saat bicara barusan. Tapi ia mulai mencium bau-bau rencana busuk pria itu karena sikapnya barusan.
"Ehem, oke bisa kita fokus kembali?" dengan canggung dan kikuk, Dhita mengambil fokus ruangan sekali lagi.