Chapter 30 - JAYDEN NICHOLAS

Keesokan paginya, seperti biasa Amelia harus pergi ke pemotretan.

Jayden Nicholas, dia baru saja tiba dari Amerika dan berkeinginan untuk melihat Amelia yang saat itu debut di bawah kepemimpinannya.

Agensynya itu sangat besar. Dengan wajah tampan dan kemampuannya sebagai sutradara juga, membuatnya menjadi rebutan para wanita walaupun dia sama sekali tidak pernah menaruh perhatian pada salah satu dari mereka.

***

Tok. Tok. Tok.

"Nona, kita akan segera pergi ke tempat pemotretan selanjutnya. Apakah Nona sudah bersiap-siap?" Tanya seorang wanita yang saat itu ditugaskan secara khusus oleh Aiden untuk menjadi sekretaris pribadi Amelia saat dirinya tidak ada di sana.

"Hmm?" Wanita cantik yang saat itu telah bersiap-siap, sontak mengalihkan pandangannya pada wanita yang saat itu berdiri dan masih belum masuk ke dalam kamarnya. "Oh, iya! Sebentar lagi aku akan segera keluar. Terima kasih banyak." Amelia sontak bergegas untuk segera keluar dari dalam kamarnya.

Sebenarnya, sejak malam dia sama sekali tidak bisa tidur. Apalagi ketika Aiden telah pergi untuk melaksanakan perjalanan bisnis selama beberapa hari ke depan.

"Cih! Padahal aku sudah mengatakan padanya bahwa dia sama sekali tidak harus berpamitan padaku seperti itu. Dia pikir dia siapa? Apakah dia menganggap dirinya itu sebagai kekasih asliku?" Wanita itu sedikit berpikir kemudian ia pun membuyarkan kembali pikirannya sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak! TIDAk! Tidak mungkin dia sudah menganggapku seperti itu. Pasti, itu hanya bukti dari keprofesionalannya ketika kami telah menandatangani kontrak sebagai kekasih palsu ini. Ya, tapi ... Kenapa terasa sepi, yah?" Wanita itu bertanya di dalam hatinya sambil melihat keluar mobil.

Ya, Aiden adalah salah satunya pria yang pernah memperlakukannya sebagai itu.

Walaupun dia sering berpikir bahwa pria itu adalah pria yang sangat arogan dan juga narsis tinggi, akan tetapi dia memiliki banyak kepribadian baik lainnya yang sama sekali tak bisa diabaikan oleh Amelia sendiri.

Ketika pria itu pergi, entah kenapa Amelia merasa seperti ada sesuatu yang berbeda dan juga menghilang darinya.

Setiap pagi pria itu selalu saja datang ke kamarnya tanpa permisi, seperti seorang pelayan yang hendak untuk membangunkan Nona mudanya pergi kerja.

"Aku masih bingung, padahal pekerjaannya itu begitu banyak dan juga membeludak. Tapi, kenapa setiap pagi dia selalu saja memiliki waktu untuk bangun terlebih dahulu dan membangunkan diriku?" Amelia merasa sesuatu telah menghilang saat itu, dan tanpa disadari mereka pun telah tiba di tempat di mana ia akan melakukan proses pemotretannya yang kedua.

***

Tap. Tap. Tap.

"Nona, saya akan menunggu di sini sampai Nona selesai. Setelah itu, saya akan mengantar Nona pulang ke rumah," ujarnya sembari menatap Amelia saat itu.

Namun, wanita cantik yang saat itu berada di hadapannya, seakan tak mendengarkan apa yang ia katakan karena sedang memikirkan sesuatu.

"Nona?" Panggilnya sekali lagi.

"Ah, i-iya baik! Apakah hari ini aku bisa pulang saja ke apartemenku yang lama? Aku ... Ingin bertemu dengan manajer ku di sana." Katy memang saat itu telah pulang dari kampungnya, makanya Amelia memutuskan untuk menatap saja bersama Katy ketika Aiden tidak berada di rumahnya.

"Baik, nanti saya akan laporkan dulu kepada Tuan muda. Kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu, Nona!" Wanita itu kemudian pergi meninggalkan Amelia dan menunggu di tempat biasanya.

Padahal, Aiden selalu melihatnya dari dekat. Akan tetapi tentu saja wanita baru yang diperintahkan oleh pria tampan itu untuk menemaninya sama sekali tidak sama dengan dirinya.

"Ya, untuk apa juga wanita itu menemaniku dari. Lagi pula dia sama sekali bukanlah manajer ataupun sahabatku. Bukan pula kekasih palsuku seperti pria itu. Baiklah, kalau begitu aku akan langsung saja-"

Brak!

Baru saja wanita itu hendak berbalik kemudian melangkah pergi ke tempat di mana ia akan melangsungkan pemotretan, dia pun tak sengaja menabrak seorang pria tampan yang saat itu mengenakan baju casual tapi tetap rapi.

"Awww!" Wanita itu jatuh ke bawah tanpa sadar. Dan pada saat yang sama, sebuah tangan pun tanpa disadari menyodor padanya.

"Hmm?" Amelia mendongakkan kepalanya. "Ma-maaf. Saya tidak sengaja!"

"Oh! No problem!" Pria itu menarik Amelia bangkit, sambil menampilkan senyum mereka pada wajah tampan. "Apakah kau tidak apa-apa?"

Amelia membuka matanya lebar-lebar. "Ya, aku tak apa!" Karena penampilan orang itu yang terlihat casual, Amelia mengira bahwa dia adalah salah satu staf yang bekerja di sana.

"Tuan, apakah Tuan hendak masuk ke dalam? Apakah Tuan salah satu staf di sini? Bisa antarkan aku ke ruangan pemotretan. Ternyata, hehe, aku lupa bertanya pada orang yang datang bersama denganku. Dia sudah pergi kembali ke mobil terlebih dahulu. Dan aku, lupa bertanya."

Pria itu sama sekali tidak menjawab apa yang Amelia katakan dengan cepat. Karena saat itu ia sibuk memperhatikan wajah wanita yang saat itu sedang berbicara dengan polosnya padanya.

Dia tidak pernah bertemu dengan seorang wanita pun yang tidak mengenal dirinya.

"Oh, apakah kau ingin pergi ke tempat pemotretan? Kau ... Salah satu model yang disewa oleh perusahaan ini?" Dia bertanya sekali lagi dengan senyuman pada wajahnya. Dan pada saat yang sama Amelia juga menebarkan senyumannya karena ingin terlihat lebih sopan di hadapan pria itu.

"Ya, salam kenal."

"Baiklah, Ayo! Aku adalah staff di perusahaan ini. Kau ... Bisa bergantung padaku."

"Baiklah!" Saat itu Amelia merasa sangat lega. Karena selain dipertemukan dengan para model terkenal yang suka bergosip miring tentangnya, ternyata masih ada staff disana yang baik hati yang dengan senang hati menolongnya.

***

Saat itu mereka berdua pun terus melangkah hingga tiba di tempat di mana Amelia akan segera melaksanakan pemotretannya.

Ketika mereka baru saja, seluruh mata pun tertuju pada pria yang saat itu memasuki ruangan luas di hadapannya dengan elegan.

"T-Tuan-" baru saja salah satu dari bawahan pria yang memasuki ruangan itu hendak mengucapkan kata 'Tuan Jayden' pria itu pun langsung mengisyaratkan dengan jari telunjuknya untuk menutup mulut mereka sambil tersenyum.

"Um!" Mereka semua pun langsung mengikuti apa yang diperintahkan oleh Boss mereka, dan mengunci mulut mereka rapat-rapat.

"Baiklah, kita sudah sampai di tempat ini. Kau, bisa langsung bersiap-siap di. Mari aku antar!"

Amelia pun terus tersenyum saat itu. "Te-terima kasih," balas Amelia.

Amelia saat itu sangat merasa senang. Akan tetapi kenapa dia merasa ada sesuatu yang berbeda dari sikap para staff lainnya. "Hmm? Kenapa mereka semua langsung menunjukkan sikap seperti itu, yah? Aneh sekali." Akan tetapi untuk beberapa saat kemudian ia pun langsung membuyarkan pikirannya. "Baiklah, aku rasa tidak perlu memikirkan semua itu. Aku akan langsung bersiap saja."