Chereads / Dear Harapan / Chapter 5 - Patience

Chapter 5 - Patience

Seperti biasa setelah pulang sekolah Rima melakukan aktifitas mencuci di rumah Rey, sebenarnya dia ingin mencari pekerjaan lain, tidak ingin bekerja di rumah Rey lagi soalnya kata - kata Rey selalu menyakitkan, tidak pandang bulu baik itu di rumah maupun di tempat keramaian Rey sering membentaknya, mungkin karena Rima sudah dianggap pembantu di rumahnya.

"Rima kenapa kamu diam di situ? kamu kerja! enak saja kamu pulang sekolah baru kerja, banyak yang ingin bekerja selain kamu, pakaian sudah busuk baru kamu datang! Enak dong kayak kamu, bisa nikmati dua - duanya, sekolahlah, bekerjalah, Hem taktik kamu juga bagus, sampai kapan pun orang miskin akan jadi miskin!"

"Rey, jangan kasar kamu nak, kasian Rima kamu marah marah terus dengan dia, belajarlah untuk menghargai orang nak, belum tentu kita seperti ini, ada saatnya akan berubah, sekali lagi jangan ya nak kamu bentak Rima, lihat parasnya kelihatan kelelahan, aku dengar suara kamu lho dari luar." ucap ibu Rey, sambil membelai rambut Rey.

Rey pun beranjak pergi setelah mencium tangan ibunya.

"Maaf ibu, aku pergi dulu ke rumah teman."

Begitu lembut ibu Rey, tetapi mengapa hati Rey kayak batu? kasar tidak seperti ibunya, kelakuan anak yang kasar Khan biasanya karena didikan orang tuanya kasar terhadap dirinya, mungkin karena pergaulan Rey dengan teman-temannya sehingga wataknya seperti ini.

"Terimakasih ibu, aku merasa tidak enak hati dengan ibu, karena ibu yang selalu membela aku setiap Rey marah, aku tidak bisa berbuat apa - apa untuk ibu." Rima merasa berterima kasih kepada Ibu Rey, karena dialah yang sering menolongnya, ibu Rey begitu lembut, dia tidak pernah membentak Rima walaupun kesalahan apapun yang dia lakukan, paling dia nasihati.

"Tidak apa-apa Rima, maafkan Rey ya? soalnya Rey itu anaknya memang begitu, mungkin karena bergaul dengan teman-temannya, maklumi saja ya, anak seumuran itu seharusnya sudah memiliki tingkah yang bijaksana."

"Tidak apalah Bu, aku sudah biasa dengan hal itu."

Rima pun kembali mengerjakan pekerjaannya, dan kembali melupakan kejadian yang barusan terjadi.

Di lubuk hatinya ingin mengakhiri pekerjaan ini, namun apalah daya tidak mungkin semudah itu, sambil mencuci pakaian Rey, Rima memeriksa semua kantong baju Rey takutnya ada hal penting yang disimpan.

ternyata betul dalam kantong baju Rey ada foto cewek, entahlah foto siapa itu, Rima cepat- cepat menyimpan foto itu di meja, takutnya Rey datang dan memarahinya lagi.

Perjalanan hidup yang begitu melelahkan, membuat hati dan perasaan begitu sakit, hinaan dan caci maki yang hampir tiap hari didapatkan menjadikan Rima duduk terdiam di serambi, andaikan hidup ini menjadi pilihan aku akan menjadi orang kaya semuanya serba ada tanpa kerja keras seperti aku.

Hanya bintang dan bulan yang menyaksikan kesedihan Rima seakan merasakan penderitaan anak gadis itu, dihadapkan dengan beban hidup tidak seperti gadis sebayanya.

Tetapi tidak apalah biarlah penderitaan ini menjadikan aku dewasa, mampu menjalani semuanya baik itu susah maupun senang, tidak semua orang mampu menghadapi kenyataan seperti ini, sambil menyanyikan lagu face Reality

Sometimes it is hard to face Reality ( oh oh )

Even thought you night get mad at me ( oh oh)

sometimes it is hard to face Reality

don't be afraid to stand outside the door alone...