Sehari sebelumnya, saat keberangkatan Anneliese dari Southern Kingdom….
Kereta kuda Anneliese, meskipun disamarkan sebagai kereta kuda biasa, tetap mendapatkan pengawalan penuh dari pengawal Southern sampai di perbatasan. Sesampainya mereka di perbatasan, pasukan Northern akan mengambil alih pengawalan.
Bergerak pelan, kereta kuda yang ditumpangi Anneliese melewati desa demi desa di Southern sampai akhirnya menembus Hutan Terlarang di perbatasan. Hutan Terlarang ditumbuhi pepohonan lebat dan luasnya mencapai seperempat dari wilayah Southern dan Northern. Di masa lalu, Hutan Terlarang menjadi tempat tinggal bangsa Siluman dan menjadi tempat pertahanan terakhir sebelum mereka dinyatakan punah.
Seandainya Bangsa Siluman Agung belum punah, meraka pasti membangun kerajaan yang indah di hutan ini, pikir Anneliese sedih.
Dari apa yang dipelajari Anneliese, Bangsa Siluman Agung dan Penyihir Suci dari Southern Kingdom telah mengikat perjanjian untuk menjaga tempat tinggal mereka. Sejak Bangsa Siluman satu demi satu lenyap karena diburu manusia-manusia dari Northern, Southern Kingdom pun melemah. Begitu lemah hingga hanya tersisa sebagai sebuah kerajaan kecil.
Selama ini orang-orang Southern menantikan penyelamat mereka, titisan Penyihir Agung, yang akan menyelamatkan kerajaan dari lubang kehancuran dengan menyatukan kekuatan bersama keturunan Siluman.
Sayangnya, aku yang diramalkan sebagai titisan Penyihir Agung, tak mampu melakukan apa pun ketika pasukan Northern menyerbu, keluh Anneliese dalam hati.
Perasaan Anneliese terasa berat, meninggalkan kerajaannya saat keadaan sedang sulit. Namun dia pun tidak punya pilihan. Ancaman Emperor Gunrr sangat jelas: menjadi sekutu atau musuh.
Terdengar suara roda-roda kereta berdecit. Di tempat yang telah disepakati, rombongan Anneliese berhenti, menunggu kedatangan pengawal dari Northern Imperial. Anneliese bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri, di sela-sela gemerisik dedaunan. Aroma hutan tercium tipis-tipis oleh hidung Anneliese.
Tiba-tiba terdengar suara pekikan, mendekat dengan kecepatan tinggi. Sesuatu menghantam kereta kuda Anneliese, membuatnya menjerit tertahan.
Aku tidak boleh takut! Aku Princess Anneliese Lorraine Ashyurr tidak akan takut pada apapun! Tekad Anneliese menguatkan hatinya.
Pintu kereta dibuka dengan paksa menampakkan wajah-wajah kasar yang menghardik Anneliese. "Keluar, Penyihir Pengkhianat! Kau akan menyerahkan diri dan kerajaanmu ke tangan Imperial Northern? Pengecut!"
Anneliese berusaha keras agar tidak terlihat takut tapi tidak mampu menjawab ucapan kasar yang didengarnya. Seseorang menarik tubuhnya dengan kasar, membuatnya berdiri di tengah-tengah gerombolan yang menyerbu kereta kuda.
"Siapa kalian?" tanya Anneliese sambil tetap memastikan dagunya mendongak.
Seorang lelaki berbadan paling tegap diantara yang lain mendekati Anneliese. Wajah lelaki itu tertutup topeng hitam, tapi Anneliese bisa melihat sepasang mata yang menyala penuh amarah.
Jangan sampai mereka mengira aku takut, batin Anneliese.
"Yang Mulia tidak perlu tahu siapa kami. Yang Mulia hanya perlu tahu bahwa kami tidak akan membiarkan Yang Mulia keluar dari Southern."
"Tunggu dulu, kalau kalian tidak mau memberitahu nama, setidaknya kita bisa berunding!" sahut Anneliese tegas.
Wajah-wajah di depan Anneliese saling berpandangan dengan ragu. Tampaknya mereka tidak menyangka bahwa Anneliese akan cukup tangguh untuk bicara dengan mereka.
"Omong kosong! Setelah kedua pewaris Southern takluk pada musuh, lalu apa yang tersisa untuk kami?" bentak lelaki bertopeng.
"Aku masih pewaris kedua Southern Kingdom setelah kakakku, dan aku pergi ke Northern bukan sebagai tawanan, melainkan sebagai tunangan Pangeran Ivorein," ucap Anneliese dengan ketenangan yang selama ini tidak pernah dia bayangkan ada di dalam dirinya.
Beberapa orang dari gerombolan itu mulai ragu dan menarik lelaki bertopeng ke belakang. Sepertinya sebagian besar dari mereka tertarik untuk berunding dengan Anneliese.
Anneliese merasa bangga dengan dirinya sendiri karena berhasil bersikap tenang. Sekarang, setelah ancaman atas dirinya berhasil disingkirkan, Anneliese bersiap untuk berunding.
"Apa yang kalian inginkan sampai berani menghentikan kereta istana? Apa kalian tahu hukuman untuk para pemberontak?" Giliran Anneliese memojokkan para penyerangnya.
Mereka semua kembali saling pandang.
"K-kami m-mengira i-ini satu-satunya cara agar T-tuan Putri tidak berkhianat…" Salah seorang lelaki yang tampak paling berumur memberi jawaban.
Anneliese menggelengkan kepala kuat-kuat dengan putus asa. Bagaimana mungkin usahanya untuk menjaga agar pasukan Northern tidak meluluhlantakkan negerinya dianggap sebagai pengkhianatan?
"Apakah kalian tahu Emperor Gunrr akan menyerang lagi jika aku tidak berangkat ke Northern?" tanya Anneliese.
Orang-orang menggelengkan kepala mereka dengan bingung. Lelaki bertopeng mulai gelisah karena Anneliese berhasil mengambil alih kawanannya.
"Sekarang kalian tahu alasan sebenarnya kepergianku. Percayalah, dengan cara ini, aku tetap berangkat sebagai pewaris kedua Southern, dan tidak akan takluk di bawah musuh kita."
"Omong kosong! Jangan dengarkan perkataannya! Semua yang dikatakannya! Setelah dia tiba di istana Northern, dia akan melupakan semua yang terjadi di sini karena….ahhhh!" Ucapan lelaki itu terhenti oleh sebuah gerakan cepat yang menyapu tubuhnya.
Tiba-tiba saja lelaki itu telah terkapar bersimbah darah.
Di hadapan mereka berdiri sosok bermantel gelap yang menjulang tinggi. Wajahnya tertutup oleh tudung mantel tapi sinar kemarahan memancar dari padanya.
Mata itu!
Mata berwarna keunguan yagn selama ini datang ke mimpi-mimpi Anneliese. Tangan Anneliese mengepal erat. Apakah ini juga mimpi?
Terdengar suara auman bergema.
Orang-orang lari ke semua penjuru. Namun beberapa tetap terpaku di tempat mereka berdiri, tak mampu bergerak, sama seperti Anneliese.
Sosok itu kembali mengaum. Tubuh besarnya melompat dengan lincah dan tanpa kesulitan menerkam gerombolan yang menyergap kereta kuda Anneliese.
Mulut Anneliese ternganga melihat korban berjatuhan di depan matanya tanpa bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba sosok itu melemparkan mantelnya ke arah Anneliese, membuat penglihatannya diselimuti kegelapan.
Dengusan berat terdengar di telinga Anneliese. Meskipun matanya tertutup oleh selubung gelap, Anneliese tahu dengusan itu berasal dari sosok yang barusan dilihatnya. Jeritan terdengar dari mulut Anneliese ketika tubuhnya terangkat.
Anneliese merasakan angin menembus mantel yang menyelubunginya. Sosok itu menyelamatkannya dari para penyergap dan membawanya pergi. Kini Anneliese dibawa berlari menembus hutan, tapi bukan oleh manusia. Karena manusia biasa tidak akan bisa bergerak secepat ini.
Siapa?
Dan kenapa?
Anneliese terhenyak. Satu-satunya yang memiliki kekuatan sebesar itu hanyalah Bangsa Siluman. Anneliese telah menemukan salah satunya.
Tubuh Anneliese terayun pelan ketika dia dibawa menerjang pepohonan. Aroma hutan makin kuat terhidu olehnya. Anehnya, Anneliese tak lagi merasa takut. Dekapan kuat yang dirasakan Anneliese membuatnya merasa aman.
Namun kemudian ayunan yang dirasakan Anneliese makin kencang, tak beraturan, membuat tubuhnya terguncang-guncang. Rupanya mereka dikejar!
Desingan benda terdengar. Sesuatu melayang di dekat kepala Anneliese, rupanya mereka menyerang dengan panah!
Raungan kemarahan kembali terdengar.
Tubuh Anneliese diturunkan di atas tanah yang dingin. Anneliese meronta, membuka mantel yang menutupi kepalanya. Anneliese ingin melihat penyelamatnya.
Apa yang terjadi? Apakah dia terluka?
Ketika selubung mantel yang menutupi mata Anneliese terbuka, Anneliese melihat sepasang mata besar keunguan menatapnya.