"Begini semuanya, aku mengumpulkan kalian di sini untuk menjelaskan sebuah strategi yang akan aku buat untuk bisa mengalahkan kerajaan Singaparna. Aku sengaja memilih dari kalian semua yang benar-benar setia kepadaku," jelas Raja Sutawijaya.
"Karena aku berpikir jika ada musuh dalam selimut yang bisa membocorkan semua langkah kita untuk merebut kembali kerajaan Gilang Gilang," papar Raja Sutawijaya. Semua yang hadir pun paham dan menganggukkan kepalanya.
"Begini semuanya, aku akan jalankan strategi perang gerilya. Di mana kita akan berperang secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. Sebab kini kekuatan kita sedang melemah akibat banyak yang gugur saat diserang oleh kerajaan Singaparna," tutur Raja Sutawijaya.
Ia kemudian memberikan strategi untuk bisa melakukan perang gerilya di setiap arah dan dilakukan secara bergantian. Namun Raja Sutawijaya berharap jika rencana ini tidak bocor kepada siapapun.
Sebab Ia merasa jika ada serigala berbulu domba atau mata-mata kerajaan Singaparna yang bisa saja membocorkan strategi itu kepada musuh, sehingga Raja Sutawijaya harus bersikap lebih waspada.
Oleh karena itu, dia memilih orang-orang terpilih termasuk Brama yang dirasanya bisa menjadi pengikut setia Raja Sutawijaya.
Namun ada kegelisahan di wajah Raden Mardian yang sepertinya dirasakan oleh Brahma.
'Mengapa Raden Mardian sepertinya sangat gelisah? Tampaknya ada yang dia pikirkan,' gumam Brahma. Tetapi ia akan menanyakannya kepada Raden Mardian setelah pertemuan rahasia itu berakhir.
Raja Sutawijaya pun masih menjelaskan strategi perangnya secara detail, karena ia harus menjalankan rencananya dengan matang.
Raja Sutawijaya khawatir jika mereka gagal. Mungkin saja kemenangan akan sulit diraih. Karena kekuatan musuh sangatlah kuat, sehingga Raja Sutawijaya tidak ingin ada korban jiwa lebih banyak pada kubunya itu.
Maka dari itu, Raja Sutawijaya memutuskan untuk melakukan penyerangan secara sembunyi-sembunyi agar tak ada darah tertumpah dari pihaknya.
Penjelasan Raja Sutawijaya bisa dipahami oleh yang hadir di pertemuan rahasia itu, termasuk juga Brama.
Bahkan Brama berpikir untuk ikut terlibat dalam perang gerilya tersebut. Ia ingin bisa membaktikan dirinya kepada kerajaan Gilang Gilang. Apalagi Raja Sutawijaya sangat dekat dengan mendiang ayahnya dulu.
"Baiklah aku akan membagi lagi berapa orang dari kalian untuk bisa memimpin perang gerilya ini. Tetapi aku ingin bertanya terlebih dahulu siapa yang yang ingin mengajukan diri untuk bisa memimpin pasukan dari salah satu arah?" tanya Raja Sutawijaya. Brama pun langsung mengangkat tangannya.
"Ampun Gusti Raja. Kalau hamba diizinkan, hamba ingin bisa memimpin pasukan sesuai petunjuk dari Gusti Raja," seru Brama. Raja Sutawijaya pun tersenyum puas kepada Brama.
Raja Sutawijaya berpikir kalau Brama sangat mirip dengan ayahnya yang selalu penuh inisiatif.
"Baiklah, Brama. Kamu akan memimpin pasukan dari arah utara. Sebab ada jalan rahasia yang menuju Keraton Gilang Gilang. Dan aku perintahkan kamu untuk bisa menghabisi pasukan musuh dari arah utara," titah Raja Sutawijaya. Brahma pun tersenyum mendengarnya dan menganggukkan kepalanya.
Tetapi Raja Sutawijaya pun kemudian melirik kepada Raden Mardian.
"Raden Mardian, bersediakah kamu untuk ikut menemani sahabatmu menyerang dari arah utara?" tanya Raja Sutawijaya. Raden Mardian pun terperanjat mendengarnya.
Sebenarnya, ia merasa rendah diri karena ilmu bela dirinya tidak setinggi Brama.
"Maaf, Ayahanda. Ilmu bela diriku sebenarnya sangatlah kecil dibandingkan dengan kalian semua. Bagaimana jika aku tidak ikut perang gerilya ini. Karena aku tidak cukup mampu untuk menghadapi musuh," jawab Raden Mardian dengan nada pelan.
"Jangan begitu, Raden Mardian. Kamu adalah bagian dari kerajaan ini sudah kewajibanmu untuk membela tanah airmu. Walaupun kamu harus menghadapi seribu musuh pun. Tetapi kamu harus bersikap jantan," tegur Raja Sutawijaya. Raden Mardian pun hanya terdiam.
Wajah Raden Mardian begitu kecut. Ia mengaku jika dirinya adalah seorang pengecut karena ia hanya mengandalkan para anak buahnya saja untuk melindungi dirinya.
Namun Brama kemudian menepuk lembut bahu Raden Mardian.
"Tidak apa-apa, Raden. Ikutlah bersamaku. Kita akan bersama-sama melawan mereka. Aku juga akan melindungimu," kata Brama. Ia berusaha menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri Raden Mardian. Raden Mardian pun hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan ikut dengan Brama menyerang dari arah utara," jawab Raden Mardian dengan mantap. Raja Sutawijaya pun tersenyum lebar.
Lalu Raja Sutawijaya pun kembali menjelaskan serangan gerilya kepada semua yang hadir sampai mereka benar-benar paham apa yang harus dilakukan.
Setelah hari menjelang fajar, Raja Sutawijaya pun membubarkan pertemuan rahasia itu. Namun Brama merasa heran mengapa Raden Mardian masih nampak gelisah.
"Ada apa sebenarnya Raden Mardian? Sepertinya ada yang dipikirkan," tanya Brama. Raden Mardian terkesiap mendengar pertanyaan Brama.
Ia sebenarnya ingin menceritakan apa yang ia rasakan kepada Brama.
'Apakah aku harus bercerita kepada Brama apa yang dikatakan oleh Paman Kalingga?' gumam Raden Mardian. Tetapi ia memutuskan untuk merahasiakan semua itu dari siapapun.
Karena ia juga takut jika Brama mengira kalau Kalingga adalah musuh dalam selimut kerajaan Gilang Gilang.
"Tidak apa-apa, Brama. Aku hanya sedikit kelelahan. Sebab pertemuan rahasia tadi sepertinya sangatlah lama sehingga membuatku lelah," jawab Raden Mardian. Brama tetap merasa jika ada yang disembunyikan oleh Raden Mardian.
Namun ia memutuskan untuk menghormati sikap Raden Mardian yang enggan untuk mengutarakan perasaan hatinya kepada Brama.
"Baiklah kalau begitu, Raden Mardian. Jika kamu membutuhkan teman untuk bisa melupakan semua perasaanmu, aku sangat siap," kata Brama. Raden Mardian pun menganggukkan kepalanya.
Raja Sutawijaya memerintahkan kepada Brama untuk melakukan penyerangan saat lusa. Dan Brama siap dengan hal itu.
Walaupun banyak yang sanksi kepada Brama karena Brama hanya memiliki lengan satu. Namun Brama tidak mempedulikannya.
Sebab ia yakin kalau ia mampu menjalankan perintah Raja Sutawijaya dengan baik. Bahkan Brama juga ingin bisa mengetahui siapa pelaku pembunuhan orang tuanya, sebagaimana tujuan awalnya dulu.
Namun Brama yakin jika suatu hari nanti ia bisa menemukan para pelaku pembunuhan orang tuanya untuk bisa membalas dendam dan mengetahui siapa dalang yang sudah membantai keluarganya.
Brama optimis kalau dalang yang menyuruh lima pendekar untuk menghabisi kedua orang tuanya dan menyiksanya adalah orang dekat dan begitu dikenal oleh Raden Turangga dan juga Lastri.
Dua hari kemudian Brama siap berangkat untuk menuju Keraton kerajaan Gilang Gilang yang sudah dikuasai oleh kerajaan Singaparna.
Namun sayangnya mereka tidak boleh menunggang kuda. Bahkan mereka hanya dipersiapkan gerobak yang ditarik oleh kuda dan menyamar sebagai para pekerja yang ingin ikut membangun kerajaan Singaparna di Keraton Gilang Gilang.
Bahkan mereka pun berangkat juga secara rahasia di tengah malam yang buta. Raja Sutawijaya tidak mau jika sampai ada yang tahu tentang rencana yang sudah dipikirkan nya secara matang.
Tetapi lagi-lagi Raden Mardian tampaknya merasa sangat gelisah sehingga membuat Brama merasa penasaran apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu.