Beberapa menit sebelumnya, di posisi sudut pandang Hannah.
Gadis berkacamata dengan berambut twintail yang dikepang seperti anak perpus itu berjalan dengan cepat setelah diperintahkan Randy untuk berpencar.
Dia tidak tahu kemana dia pergi, namun dia setidaknya tidak berjalan di arah yang sama dengan kedua cewek lainnya.
Bila kedua gadis itu berjalan ke bawah, maka Hannah mencoba mencari jalan yang lebih tinggi. Tempatnya pergi seakan menjadi tempat yang sempurna untuk memberi seringan kejutan dari atas. Meskipun begitu, pemikiran itu tidak terpikirkan olehnya. Pikirannya sedang ambyar dan hanya mau mengikuti intuisi dan perintah laki-laki itu.
"Apakah aku bisa? Di sini terlalu gelap...!" Ucapnya dengan nafas yang tersentak-sentak. "Meskipun pernah berada di kegelapan, namun kembali ke situasi seperti ini tetap memberiku rasa takut yang sama!" Ini hanyalah masalah trauma.
Akan lama diatasi, namun bila sudah terlalu sering menjadi terbiasa.
*Gubrak!
Dia tersandung sesuatu yang pasti bukan batu. Benda yang membuatnya tersandung terlalu besar untuk dikatakan sebuah batu. Bahkan baju zirahnya saja tidak merasakan ada sesuatu yang keras sedang disentuh.
"Aduh..." Ucapnya sambil memegang keningnya.
Beruntungnya kacamatnya tidak lepas.
"Apa tadi?" Hannah menatap ke tempat dimana dia terjatuh.
Penglihatannya samar, namun dia tahu kalau sesuatu yang telah membuatnya jatuh bukanlah bebatuan ataupun ranting.
Dia berjalan mendekat untuk memastikan. Dan saat melihati itu, wajahnya yang tadi mengkerut karena hati-hati tiba-tiba melentur dan melebar. Dia menemukan sesuatu yang tidak seharusnya dia temukan. Dia terkejut pada tubuh yang terkujur di tanah itu.
"Celi-, " Hannah tidak yakin dengan matanya saat ini.
Cewek yang terbaring di depannya terlihat seperti ketua OSIS itu, namun dari caranya merias wajahnya. Dia terlihat lebih seperti peri dengan wajah sangar.
"Ira sudah bilang kalau Randy telah membebaskan ketua valkyrie ini, namun aku tidak menyangka kalau dia akan menjadi seperti ini." Dia merasa aneh dengan penampilan baru ketua OSIS itu.
Memang pakaian valkyrie akan terlihat menawan bagaimanapun wajah penggunanya, namun seseorang berpakaian serba ketat layaknya peri dunia fantasi malah memiliki paras wajah yang sangar bukanlah sesuatu yang sering dia lihat.
"Hey, kamu... Bangun! Ketua OSIS yang terhormat! Bangunlah! Kita ada di pertengahan pertarungan!"
Beberapa menit kemudian, kelopak mata cewek yang tertidur seperti gelandangan itu bergerak sedikit dan perlahan membuka matanya.
"Hah?! Apa yang terjadi?!" Celicia bertanya dengan panik. Kedua matanya terbuka lebar seperti sebuah danau raksasa.
Tangannya seketika melindungi kedua matanya dari sumber cahaya. "Eh, ada cahaya?"
Dari bagaimana Celicia bertindak saat melihat cahaya, Hannah bisa menyimpulkan kalau Celicia sudah berada di sini cukup lama.
"Tenanglah, kita sedang berada di tengah pertarungan..."
"Ah, iya! Dimana mereka?! Mereka berdua seperti hantu!"
"Lupakan soal hantu! Bantu kami melawan dua saudara itu!" Hannah masih belum tahu situasi saat ini.
Dia hanya bisa mengira sesuatu telah berjalan sesuai keinginan laki-laki itu. Selain itu, percapakannya dengan Celicia membuatnya melupakan pertarungan yang sedang dia hadapi.
"Kami?" Celicia awalnya bingung saat mendengar kata itu, namun matanya seketika melancip dan langsung mengangguk seketika tahu maksudnya.
Namun semua itu terlambat, seketika sebuah cahaya menyinari tanah. Sebuah lingkaran sihir semakin besar dan membesar sampai melewati mereka.
Pusaran angin yang menutupi cahaya malam seketika hilang dan kembali memperlihatkan indahnya langit malam yang bersinar.
***
Kembali ke waktu saat ini.
Celicia dan Hannah berdiri jauh dari mereka semua. Pisau tajam yang dipegang Celicia diangkat sejajar dengan dadanya dan diarahkan ke Dina yang mencoba melawan.
Dian yang terbaring karena luka dan Ira yang berdiri mematung di sana hanya bisa menatapi Celicia dengan diam. Ira tidak melakukan pergerakan karena tidak mau melakukan kesalahn yang sama lagi.
Untuk saat ini, Ira telah mempercayakan semuanya pada Celicia. Jika masalahnya hanyalah sebuah pertarungan yang benar-benar mengandalkan fisik murni, maka dia adalah orang yang tepat saat ini.
Celicia berjalan perlahan mendekati Dina yang masih terdiam. Dina tidak bisa melakukan apa-apa selain mulai perlahan mengangkat tangannya memohon ampun.
Namun, tindakannya itu malah membuat Celicia curiga dengan gerak-geriknya. Alis kanan cewek itu terangkat dan mulai menghentikan langkahnya sambil menjaga jarak dengannya.
"Kenapa kau berhenti?" Jawab Dina yang berkeringat.
Jika diumpakan saat ini, Dina sepertilah aktris yang buruk. Dia bahkan tidak bisa menyembunyikan kebohongannya pada mereka.
"Buang semua persenjataanmu!" Celicia mengangkat pisaunya seperti sedang mengancam.
Namun Dina yang ada dalam posisi di ujung tanduk tidak menghiraukannya. "Apa yang kau katakan?" Dia malah merasa aneh dengan pertanyaan cewek itu.
"Percuma! Aku sudah mengetahuinya!" Meskipun Celicia terlihat sedang mengintimidasi lawannya, namun dia tidak berani sedikitpun bergerak mendekat.
Dia takut akan adanya serangan kejutan dari arah yang tidak dia tahu.
"Lalu kenapa kau tidak periksa sendiri saja?" Ucap Dina dengan mata yang melirik ke kiri sambil wajahnya bermandikan keringat.
Celicia mulai mencoba membuka mulutnya, dan menoleh ke arah Hannah yang ada di sampingnya.
"Tidak perlu!" Namun suara baku terdengar dari arah Dina.
Semua orang menoleh ke arah wanita itu. Dina yang menyadari ada suara lain di dekatnya seketika ikut perlahan memutar kepalanya, namun tepat saat dia hendak melihat wajah dari suara itu...
*Buk!
Sebuah tinjuan melayang ke pipinya. Tubuh wanita itu sampai terjatuh ke tanah dan memegangi pipinya yang bonyok.
Bando emas yang dia gunakan sebagai ikat rambut seketika terlempar ke tanah dan memperlihatkan wujud aslinya yang sudah berubah menjadi benda tajam.
Dia menoleh kembali ke arah asalnya tinju dilayangkan dan kembali melihat wajah Celicia yang masih berdiri di dekatnya.
"Ternyata benar kau memiliki senjata tersembunyi." Ucap Celicia sambil memegang dan mengamati bando emas wanita itu yang bisa berubah-ubah bentuk. "Benda ini cukup multifungsi rupanya."
Tangan cewek itu perlahan mengarah ke saku dan mencoba mengambil benda yang baru saja dia dapatkan.
"Celicia, lepaskan benda yang ada di tanganmu!" Randy yang tadi datang dengan berencana menyergap Dina seketika menahan gerakan Celicia yang dianggap mencurigakan itu.
Dalam hitungan detik saja Randy langsung bisa menangkap lengan Celicia yang hendak mengutil.
"Eh, ternyata kau yang melakukannya, ya?"
"Melakukan apa?" Randy memiringkan kepalanya.
"Tentu saja semua yang terjadi sekarang, semua sihir tersegel karena ulahmu."
Mendengar penjelasan Celicia, Randy perlahan melepas cengkraman tangannya pada lengan gadis itu, dia mulai berjalan mundur secara perlahan.
"Ya, jadi di sini aku adalah yang berkuasa..." Dengan entengnya Randy menjawab. "Jadi kumohon, hanya kali ini saja... Biar aku yang mengurus sisanya."
Semua orang yang ada di sana terkejut dengan permintaan itu, tidak terkecuali Dina yang sedang tersungkur di tanah.
"Sisanya?! Apa kau mau membiarkan mereka membuat kekacauan lagi?!"
"Sasaran mereka hanyalah diriku, lagipula jika aku tadi mencoba berbicara baik-baik dengan mereka hal seperti ini tidak akan terjadi."
Argumen Celicia memang benar, namun apa yang Randy katakan lebih benar. Semua permasalahan ini terjadi karena dia tidak menyadarinya sejak awal. Bila saja sejak awal tidak mencoba bermain kasar, maka hal seperti ini tidak perlu terjadi.
"Lalu, bagaimana bila mereka menyerang kembali?! Atau lebih parahnya malah kembali ke masa lalu?!" Ira yang berdiri di dekat Dian perlahan berjalan mendekati pacarnya itu. "Semua akan menjadi sia-sia!"
"Tenanglah, aku tahu apa yang mereka inginkan..." Randy mulai menatap langit yang dipenuhi cahaya bulan dan bintang. Di seketika itu, dia menyadari ada sesuatu yang lain di langit itu.
"Sebaiknya kita segera berpencar!" Sikap Randy yang seketika berubah membuat semua orang terkejut.
"Heh?! Kenapa?!" (Hannah)
"Para Justiciar dan Valkyrie mulai mendatangi tempat ini!"
"Sinyal dari monster Copycat tadi jelas membawa mereka ke sini!" Celicia mulai menggeram. "Semuanya, berpisah! Kembali ke grup kalian masing-masing, dan Randy..." Saat mau mengatakan itu, perasaannya menjadi berat. "... Kuserahkan dua bibimu padamu!"
Dengan begitu, mereka semua pergi ke jalannya masing-masing.
Randy yang sudah diberi kepecayaan oleh mereka mulai membawa Dina menjauh.
"Randy, aku membantu!" Dian yang tidak memiliki sisi berjalan ke arah Rina dan ikut mengangkatnya mengikuti Randy.