Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 50 - Bab 11. Bukan Hanya Mereka

Chapter 50 - Bab 11. Bukan Hanya Mereka

Ini masih pagi buta, dan keluarga Randy sudah kedatangan tamu yang tidak terduga-duga.

Kini mereka menyiapkan hidangan untuk kedua tamunya di dapur. Tunggu, apakah Rina dihitung?

"Ah... Sial, kenapa adikku Dina dan Rina datang ke sini?! Apa mereka mau memamerkan hasil taruhan mereka lagi?! Gyahhhh! Kesalllll, lagian... Kenapa dia bisa selalu menang, bukankah seharusnya pemenangnya itu selalu acak?!" Ibu memotong-motong cabai dengan membawa perasaan kesal itu.

Randy yang membantu dan berdiri di sampingnya hanya bisa diam sambil memasang wajah bodoh pada bagian yang dia kerjakan. Sebagai anggota keluarga, Randy jelas tahu permasalahan setiap keluarga dengan saudara-saudaranya.

Contohnya ibunya saja, dia kesal pada Dina bukan karena sering diledek atau dihina sama adiknya, namun karena keirian wanita itu pada keberuntungan yang dimiliki adiknya.

Siapa yang tidak iri, setiap taruhan, judi, datau perbuatan semacamnya. Dina tidak pernah kalah sama sekali. Tebakannya selalu berakhir tepat dan benar.

Ibu Randy akhirnya tergoda karena kehebatan Dina. Dia mengira kalau keberuntungan itu adiknya itu akan menyemprot ke dirinya juga. Namun, bukannya untung, tapi malah buntung. Itu yang Randy tahu. Ayah Randy sampai marah besar karena uangnya dipakai untuk hal yang tidak bermanfaat.

("Ingat, kalau bukan demi membeli kebutuhan hidup, atau jimat. Maka Ayah akan menolak permintaan Ibu!")

Bodohnya Randy masih mengingat bagaimana Ayahnya memarahi ibunya dan apa yang dia katakan.

'Dasar pemuja jimat...' tanpa sadar, Randy yang sedang memotong-motong bahan seketika berpikiran seperti itu.

***

Ding!

Masakan sudah siap dan tinggal dihidangkan.

Randy membawa makanan ke ruang tamu dengan berhati-hati, sedangkan ibunya akan langsung duduk menghadap Dina yang notabenenya dia benci pakai gak pakai titik.

"Maaf menunggu lama..." Ucap Ibu sambil duduk dengan memasang senyuman kecut.

Di saat yang sama pula, Randy membawa nampan yang berisikan makanan-makanan cemilan untuk di makan di sela-sela pembicaraan.

"Silahkan dimakan..." Randy memberi ijin pada mereka dan langsung menghilangkan diri.

Jika ditanya kemana, dia akan menjawab. Kedunia yang tidak akan ditemui siapapun di sini.

Ini hanyalah hal yang normal bila seseorang datang berkunjung dan anak dari tuan rumah bersembunyi.

Bagaimanapun juga, sama seperti ibunya, Randy juga tahu siapa Dina dan Rina itu. Bisa dibilang mereka adalah adik-kakak kembar namun memiliki perlakuan berbeda dari kedua orang tuanya.

Hal itu bisa langsung dilihat bagaimana Dina yang datang ke sini menggunakan pakaian serba mewah bahkan memiliki mahkota emas yang menyerupai bando, sedangkan Rina datang hanya menggunakan pakaian pelayan biasa.

***

Buk!

Randy menjatuhkan dirinya ke atas kasur. Dia tidak mau lagi terlibat dengan kedua tamu itu, baru bertemu sebentar dengan mereka saja sudah langsung menguras energi laki-laki itu.

"Hah(menghela nafas)..."

"Lololo, kok elu dah capek cuman karena gituan?" Dalor tiba-tiba menghina laki-laki itu.

"Maklum, lawannya saudara. Kalau orang yang gak kukenal pasti fine-fine aja..."

"Hahaha, apakah segitu takutnya elu dinilai sama keluarga elu?!"

"Enggak, aku cuman takut..."

"Takut?"

Arah pembicaraan tiba-tiba berubah dari yang tadi penuh gurau menjadi serius.

"Elu ngerasakan, ya?"

"Hmm(mengangguk)..."

Mereka berdua merasakan, kalau baik Dina maupun Rina memiliki kekuatan itu. Namun ada yang sedikit berbeda dari mereka berdua.

Aura yang mereka pancarkan berbeda dari Justiciar atau Valkyrie yang Randy ketahui. Aura yang dirasakan laki-laki itu sangatlah asing, bisa dibilang malah tidak sama sekali.

"Gue bahkan gak bisa yakin kalau mereka berdua itu J atau V..."

"Dalor, apakah ada faksi lain selain Justiciar dan Valkyrie?"

Randy mencoba mempertanyakan itu. Dalor pernah menyinggung soal nama Dewi lain selain Apate, jika tidak salah namanya Dewi...

"Tidak, dari yang gue tahu gak deh, gak pernah ada."

"Lalu soal Dewi Dahlia."

Randy tiba-tiba menyinggung nama Dewi yang sangat ditakuti Dalor.

Bahkan setelah Randy menyebut namanya, tubuh Dalor seketika membeku layaknya patung, keempat tangannya terlihat bergetar, mata hijaunya yang bersinar di kegelapan terlihat seperti terkena guncangan.

"... Apakah dia juga sama? Memberikan kekuatan ke para gadis agar mereka mau bertarung di sisinya?"

Pertanyaan Randy terdengar sangat cukup untuk menghentikan siapapun yang mencoba mengelak.

Dalor yang mendengar pertanyaan itu dengan hati yang sangat berat mencoba menyantaikan tubuhnya yang terkaku. Kini dia duduk bersila sambil menyilangkan keempat tangannya, matanya yang hijau menatap lilin yang ada di kegelapan, kedua sayangnya menutup. Dia sedang memikirkan sebuah jawaban yang tepat dan mudah dimengerti oleh laki-laki itu.

"Sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan apapun lagi padamu. Kejelianmu membuatku tersontak dan tak kusangka aku akan dibuat tersudut hanya dalam sebuah permainan kata."

Cara bicara Dalor berubah menjadi formal.

Ini akan memasuki pembicaraan yang serius.

Randy yang tadi baring tengkurap seketika membalik badannya dan berjalan ke arah meja belajarnya.

Dia menatapi cerminan dirinya di sana.

Dengan memfokuskan dirinya, dia langsung masuk ke alam bawah sadar dan bertemu Dalor dengan empat mata.

Kini, Randy dan Dalor berada saling berhadap-hadapan dan duduk bersila di ruangan yang gelap dan hanya ditemani oleh lilin.

"Katakan, Dalor..." cara bicara Randy terdengar bagaikan angin yang menebas baja.

"Setiap Dewi, memberikan kekuatan mereka masing-masing, dan menamai bawahan mereka sesuka hati mereka."

"Jadi... Ada faksi lain selain Justiciar dan Valkyrie?"

Dalor mengangguk pelan, caranya mengangguk seperti memberikan fakta yang masih belum terungkap sepenuhnya.

"Justiciar dan Valkyrie, seperti yang diketahui mereka adalah bawahan dari Dewi Apate. Jika dilihat dari sudut pandangmu kelihatannya seperti itu..."

"Hah?!" Randy kebingungan dengan maksud perkataan raja iblis itu.

"Begini saja, setiap Dewi hanya punya satu nama bagi bawahan mereka, namun apakah kau tidak merasa aneh saat Dewi Apate bisa punya dua?"

Mendengar pernyataan itu, Randy seketika tertegun dan menelan ludahnya sendiri. Dia baru saja merasakan keanehan itu setelah dijelaskan oleh iblis yang ada di depannya.

"Jadi..."

Jadi siapa yang bukan bagian dari bawahan Dewi Apate?

"Justiciar..." Jawaban singkat, padat, dan jelas itu langsung membuat Randy terdiam seribu bahasa.

"Apakah insiden Rena saat itu-" (Dalor langsung memotong kalimat itu)

"Ya, dia tidak menjadi Deviant seperti yang mereka pikirkan, justru Rena-lah yang kembali jadi Justiciar yang seharusnya."

Tubuh Randy langsung bermandikan keringat dingin dari wajah sampai punggung, tidak ada yang bisa selamat dari terpaan keringat itu. Dia mencoba bertanya lebih lanjut, namun bibirnya dan jemarinya tidak kuat untuk itu, semuanya bergetar seperti kedinginan.

"Rena bukanlah Deviant Justiciar, melainkan mereka(para Justiciar lainnya)?"

"Hmm(mengangguk)..."

"Sungguh, ini pasti candaan yang tidak cocok dilakukam bila kau tidak serius..."

Randy meledek Dalor karena fakta itu, bibirnya tersenyum bagaikan orang yang kehilangan kewarasan.

"Apakah kau ingat pasukan tentara salib yang pernah dipakai Rena saat itu?"

"Ya, kalau tidak salah, mereka memakai senapan mirip shotgun, bukan?"

"Itu adalah kekuatan asli dari para Justiciar, mereka bertarung demi melindungi nama baik seseorang."

"Nama baik seseorang?"

Siapa orang yang dimaksud?

"Dewi Dahlia."

"Huh?!"

BUK!

Saat tersontak, seketika Randy terlempar kembali ke dunia dan menghantam meja belajarnya dengan sangat keras.

"Aduh! Kenapa aku terlempar?!"

Sambil memegangi keningnya, Randy mencoba melihat kondisi kening yang menghantam keras meja kayunya dengan cermin yang berada di dekatnya.

Namun, sesuatu tertangkap di baliknya.

Seseorang dengan pakai pelayan, berambut pendek, dan rambut bor di depan kuping yang menyerupai RNA sedang berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya, wajahnya memasang wajah yang tajam bahkan membuat Randy langsung tidak bisa bergerak.

"Jadi prediksi Nona rupanya benar..." Rina menatap Randy melewati pantulan cermin. "Kalau ada pengacau Di dunia Gadis Penyihir ini, dan orang itu adalah kau."

Bulu kuduk Randy berdiri...

Dia seketika berbalik dan menatap Rina yang memasang wajah jijik padanya.