Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 12 - Bab 12. Tatapan tanpa Mata

Chapter 12 - Bab 12. Tatapan tanpa Mata

Sebuah monster cacing dengan mulut yang besar dan dipenuhi gigi tajam yang melingkari mulutnya berjalan di tengah sawah itu. Dia menggeliat mencari air untuk dia gunakan sebagai habitatnya. Entah apa yang terjadi, kenapa cacing laut itu bisa terdampar di tengah sawah yang minim air.

Para Justiciar mulai berdatangan dan mengitari Charybdis itu. Satu persatu dari mereka mengeluarkan lingkaran sihir ke arah monster itu. Jumaln lingkaran sihir yang terbuat sebanyak 7 buah san dibutuhkan 5 orang untuk membuat lingkaran sihir raksasa itu.

Farida yang merupakan pemimpin mereka mengangkat tangan kanannya untuk memberi aba-aba.

"Monster itu masih belum bisa melakukan apa-apa!" Dia tampak tidak mengetahui kengerian Charybdis di masa lalu.

Charybdis yang saat ini masihlah lemah karena tidak memiliki air. Tapi meskipun di sawah sekalipun, bila dia marah, maka tempat yang ada di sekitarnya akan menjadi lautan yang dalam dan mengerikan.

Keuntungan mereka yang bisa terbang sekalipun tidak dapat menyelamatkannya. Sesuai dengan cerita Dalor, monster itu adalah yang paling berbahaya dari semua monster yang akan keluar.

"Tembak!" Farida memerintahkan para Justiciar menembaki sihir mereka ke arah monster itu.

Berbagai macam sihir dari api, es, listrik, kegelapan, kayu, imaginer, sampai psikis dikeluarkan oleh mereka hanya untuk menghancurkan monster itu. Ini semuanya hanya demi menjaga sebuah kunci kecil yang mereka pikir akan melindungi dunia dengan itu.

Di sisi lain, Randy merangkak di antara padi-padi tinggi. Wajahnya belepotan terkena lumpur namun dia memghiraukannya. Dia malah menatapi kengerian monster itu dari sana.

"Sebuah kengerian yang tiada duanya." Randy takjub bercampur ngeri saat melihatnya.

"Sudah gue duga, memang Charybdis yang berbeda." Dalor menatap kecewa monster itu.

"Hmm." Randy hanya mengangguk sedih saat Dalor mengatakan itu.

"Jadi, apakah kita bisa menangkapnya?" Randy bertanya sambil menggarukkan rambutnya.

Makhluk itu terlalu mengerikan untuk dilawan. Memang saat ini dia tidak terlihat berbahaya, tapi bila sudah mengamuk.

"No comment deh kalau dia ngamuk." Randy mengelap keringat yang ada di wajahnya.

"Dalor, apakah kita bisa melawannya?" Randy yang tidak percaya diri mencoba menanyai iblis yang ada di dalam dirinya.

Dalor hanya meregangkan keempat tangannya dan menatap melas ke atas. "Untuk saat ini, aku tidak bisa. Kita cari monster yang lain saja, aku yakin Ira dan Hannah juga akan baik-baik saja meskipun kita tidak ada di sana." Dalor memberi saran pada Randy.

Mencari monster lain memanglah mudah, tapi jika membiarkan monster ini bersama para J dan V. Mungkin hal buruk akan terjadi pada mereka.

Jika Dalor saja saat itu dia mengatakan masih kesulitan saat melawannya, apalagi mereka yang bahkan tidak melihat ancaman dari monster itu.

"Jadi elu mau apa?" Dalor menanyai apa yang ada di dalam otak anak itu.

Tak lama setelah itu, para Valkyrie tiba menyusul para justiciar.

Tatapan terkejut tidak bisa Celicia sembunyikan. Dia yang awalnya mengira kalau Farida berjalan sendirian, rupanya malah juga membawa gerombolannya bersama dengannya.

"Jadi kau sudah tahu, ya?!" Celicia menatap kecut Farida.

Farida masih tidak paham dengan yang Celicia katakan, namun dia paham kalau kali ini dia akan dihancurkan malam ini juga.

"Aku tidak paham apa maksudmu? Tapi aku tidak akan membiarkanmu berulah lagi!" Farida dengan tegas mengeluarkan tombaknya dan dipenuhi rasa curiga.

Sebuah perang terjadi di antara dua kubu itu, dan lagi, mereka melupakan monster yang seharusnya mereka lawan.

"Bila dilihat-lihat mereka seperti diatur seperti itu." Randy menatapi ke atas pertarungan itu.

Di langit, tampak seperti ada pertunjukan kembang api yang dahsyat. Sayang sekali yang bisa melihat ini dengan santai hanyalah dirinya.

"Apa maksud elu diatur?"

"Apakah tidak aneh bila merek terus bertarung dan melupakan tujuan mereka?"

"Hmm, ya memang aneh sih kalo didenger-denger lagi."

"Ngomong-ngomong sudah berapa kunci yang mereka dapat?"

"Menurut gue sekitar, 3 untuk Justiciar dan 6 untuk Valkyrie."

"Sudah sebanyak itu?!"

Randy terkejut dan meninggikan suaranya. Beruntungnya suara keras dari pertarungan di atas membuat suara Randy terdengar kecil.

"Yo pasti, mereka udah ngelakuin ini sekitar 2 tahun."

"2 tahun?!" Randy terkejut lalu menundukkan kepalanya. "Sungguh bodohnya aku, selama 2 tahun tidak menyadari itu." Dia merasa sedih karena tidak tahu kalau Farida memegang rasa sakit yang cukup dalam selama ini.

"Udahlah, gak usah bersedih... Sekarang rencana elu apa? Itu monster kayaknya sudah mulai kesal." Dalor mengejek Randy yang bersedih.

"Ya ya ya, dengarkan baik-baik... Telepathy!" Randy mengucapkan nama sihirnya.

"Oh, sihir itu... emangnya mau elu buat apa?" Dalor langsung menanyakan.

"Lihat saja dulu, Ira! Hannah! Bisa dengar aku?!" Randy memanggil mereka berdua menggunakan telepathy.

"Maaf, sedang bertarung!" (Ira)

"Ada apa?" (Hannah)

Mereka berdua memberi tanggapan yang berbeda, tapi itu tidak masalah bagi Randy.

"Kalian berdua, menghindarlah secepatnya dari sana!" Randy meneriaki mereka.

"Kenapa?!" (Hannah)

"Aku sedang bertarung, bagaimana bisa meninggalkan tempat ini?!" (Ira)

Akan sulit bila Ira terus berada dalam pertempuran.

Randy terlihat emosi dengan kedua kubu itu. "Pokoknya, pergilah dari sana! Aku akan memisahkan kedua kelompok itu!" Randy dengan Justice of Word membuat kedua siswi itu patuh dan meninggalkan peperangan dengan paksa.

"Katanya gak mau pakai kekuatan itu untuk memaksa mereka?!" Dalor menegur Randy.

"Mau bagaimana lagi, mereka berdua dalam bahaya!" Randy mengeluh padanya dengan raut muka yang kesal.

NGORRRRRK!

Charybdis yang mereka hiraukan tiba-tiba mengerang dan membuat kedua kubu itu menghentikan pertarungannya.

"Sial! Aku terlambat!" Randy berdiri dari tempatnya dan menatapi langit itu.

Di saat yang bersamaan, Hannah dan Ira tiba menemui Randy. Padahal Randy hanya menyuruh mereka meninggalkan area, bukan menemuinya.

"Randy?!" Mereka berdua memanggil nama anak itu dengan kebingungan.

"Apa yang terjadi? Apa kau tidak menangkapnya?" Tanya Ira dengan khawatir padanya.

"Apakah monster itu sangat kuat, tapi dia kelihatan tidak bisa apa-apa sekarang?" Hannah bertanya dengan raut muka bingung.

Randy hanya bisa menarik nafas dan menatap mereka berdua dengan raut yang ketakutan.

"Berlindunglah! Air Dome!" Randy memukul lumpur di sawah itu.

Sebuah perisai menyerupai kubah membentuk di sekitar mereka bertiga. Sontak mereka berdua semakin bingung.

"Apa yang terjadi?" (Hannah)

"Kenapa kau ketakutan?!" (Ira)

Randy hanya bisa mengatur nafas sambil memperingatkan mereka. "Sebentar lagi, tempat ini akan jadi lautan. Tidak usah khawatir dengan yang lainnya. Mereka akan aman karena kita akan menjadi umpannya." Randy menjelaskan rencananya.

"U-umpan? Apa maksudmu?" Hannah tiba-tiba ketakutan.

Dengan refleks, Ira memegang bahu Hannah dengan lembut. "Tenanglah, Randy, aku, dan kau sudah cukup untuk mengalahkannya." Ira menenangkan Hannah yang ketakutan.

"Mereka(J dan V) tidak akan bisa menyelam ke laut yang akan muncul saat ini karena sangat berisiko." Randy menjelaskan keadaannya.

GWARRR!

Charybdis akhirnya memuntahkan air laut yang sangat banyak di sawah itu. Seketika, sawah yang tadinya berlumpur kini sudah menjadi lautan. Bila diperkirakan, sekitar 5 desa mengalami kebanjiran karena muntahan darinya.

Sebuah perasaan ngeri mereka rasakan. Berada di dasar lautan yang gelap saat Time Fracture sungguh memberikan perasaan yang membuat bulu kuduk berdiri.

"Light of the Evil!" Randy memberi penerangan untuk mereka bertiga.

"Bersiaplah! Dia pasti akan terpancing oleh cahaya ini!" Ira mengeluarkan pedangnya dan bersiap menebas siapapun yang datang ke lingkaran itu.

"Hmm, tapi a-aku ma-masih agak merinding. Di sini gelap sekali. Belum lagi monster yang kita lawan bentuknya sangat mengerikan." Hannah mengikuti Ira mengeluarkan senjatanya.

Dengan bersiap, mereka bertiga siap untuk melawan makhluk itu.

Dalor pernah bilang, kalau melawan monster itu mustahil. Tapi bila mereka menggunakan prinsip mereka yang selalu melawan dengan melukainya sedikit demi sedikit. Maka sudah pasti, makhluk itu bisa dikalahkannya.

Tidak harus menang sekarang, yang penting saat ini adalah selamat terlebih dahulu.

Akhirnya, sebuah monster bergigi tajam yang tumbuh disekujur mulutnya muncul. Dia mulai menampakkan wajahnya secara perlahan.

"Dia datang! Bersiaplah!" Ucap Randy sambil memgeluarkan kampaknya.