CKRINGGG!
Time Fracture terjadi, dunia tiba-tiba berubah menjadi warna merah.
Hannah dan Ira saling bertatapan tajam. Meskipun mereka berdua adalah teman di dunia nyata, tapi bila di saat ini. Mereka adalah musuh yang harus saling menghancurkan.
Keadaan semakin memanas, Randy harus segera menghentikan mereka.
"I-ira... ada baiknya jangan menyerang Hannah, menger-
Brakkk!
Hannah menyerang dengan membuat pedang dari sihirnya yang diayunkan ke arah Ira. Ira hanya menghindar tanpa membalas serangannya karena terkena perintah dari Randy.
"Randy... perintahkan dia juga!" Ira terus menghindari serangan-serangan Hannah yang sangat cepat dan lihai menggunakan pedangnya.
Randy yang mendengarnya langsung membuka mulutnya. "Hannah! Stop, kau sekarang adalah bagianku! Bukan bagian dari Justiciar maupun Valkyrie!"
Suaranya menghentikan gerakan Hannah dengan cepat. Ira yang sudah kelelahan dan hampir terbelah menjadi dua oleh serangan Hannah hanya bisa bernafas lega.
"Aku bukan bagian Justiciar maupun Valkyrie?" Ucap Hannah dengan pelan sambil melihati refleksi dirinya dengan pedangnya.
"Kau mungkin masih Justiciar, tapi kau saat ini sudah berjanji akan membantuku, kan?!" Randy menegur gadis itu.
Ira mencoba lepas dari serangannya Hannah yang masih belum mengembalikan posisinya.
"Lalu, apa yang kita lakukan di sisimu?" Hannah bertanya.
Ira yang sudah bebas menatap Hannah dan membantu Randy menjawab pertanyaan Hannah.
"Kau hanya perlu mencari informasi di kubu Justiciar, sedangkan aku mencari di kubu Valkyrie." Ira menyilangkan tangannya sambil memasang wajah sombong.
"Informasi apa?" Tanya Hannah yang masih belum mengerti.
Ira hanya menahan keningnya dan menjawab pertanyaan Hannah. "Tentu saja, lokasi monster yang muncul di Time Fracture! Bukannya kita harus mengumpulkan mereka dan membuka kedok Apate?!" Ira melipat bibirnya saat mengatakan itu.
"Monster? Bukannya mereka akan muncul di sawah dekat menara internet di desanya Farida?" Hannah memegang dagunya sambil berpikir kenapa kedua orang itu malah menanyakan hal itu.
Ira jelas terkejut setelah mendengarnya. "Hoi, kau sudah tahu?! Kenapa tidak bilang?!" Ira menggoyang-goyangkan bahunya Hannah.
"Bukannya para Valkyrie biasanya tahu?" Hannah bertanya bingung.
"Eh itu, sebenarnya..." Ira tersenyum malu.
Apa yang terjadi, dari mana Valkyrie tahu informasi para monster selama ini.
"Dari mana informasi itu, Ira?" Randy memaksa Ira menjawab.
"Sebenarnya, kami dapat dengan memasang pelacak ke tubuh para Justiciar." Ira mengatakan itu sambil tersenyum kecut.
Hannah jelas kaget setelahnya. "A-apa?! Pelacak, di tubuhku?! Mana?! Mana?!" Dia spontan melihat-lihat bagian-bagian tubuhnya untuk mengecek adanya sihir pelacak tertanam didirinya.
Tapi seberapa sering dia mencarinya, dia tidak menemukannya. "Mana, aku tidak menemukannya?!" Dia protes ke Ira.
Ira juga terlihat bingung setelah menyadari kalau pelacaknya hilang. "Bagaimana bisa benda itu hilang? Padahal itu sihir tingkat tinggi." Ira mengecek tubuh Hannah yang masih belum berubah menggunakan pakaian khasnya yang dipenuhi zirah.
Randy tiba-tiba berkucuran keringat setelah menyadarinya. Sihir itu hilang setelah Randy menggunakan Magic Seal pada Hannah. Bahkan dia melakukannya lebih dari sekali.
Randy hanya menatap ke bawah sambil bersiul berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi.
'Hey, Randy. Apa elu gak bakal nemuin itu monster?' Dalor tiba-tiba mengitkan Randy trntang tujuannya.
Randy langsung menyuruh kedua dari mereka yang masih bercanda untuk bergegas. "Kalian berdua, kembali ke kubu kalian masing-masing! Aku akan berjalan dalam bayangan supaya tidak diketahui!"
Ira memasang wajah kecewa setelah mendengarnya. "Kenapa, aku ingin bersamamu?" Ira merengek dengan masih memegangi tubuh Hannah yang tersipu.
Mereka seperti pasangan Yuri jika dilihat-lihat lagi.
"Mereka akan curiga jika kau tidak datang, begitu juga untuk kau, Hannah!" Randy menegaskan kepada mereka berdua.
Hannah yang tadi merona karena dipegangi oleh Ira dengan cepat mengembalikan postur tubuhnya dan memberi hormat pada Randy. "Siap laksanakan!" Dengan begitu, Hannah mengaktifkan zirah Justiciarnya dan meninggalkan perpustakaan itu.
Kini ruangan itu hanya ada mereka berdua, Ira menatap khawatir Randy. "Tenanglah, aku sudah terbiasa dengan ini." Randy menangkan Ira dengan memainkan pipi siswi itu.
Dia memasang wajah tersenyum manis ke pecundang itu. "Baiklah, kalau begitu." Ira berjalan ke pintu dengan senyumnya sambil mengaktifkan pakaian Valkyrie-nya. " Dada!" Dia pergi meninggalkan Randy sendirian.
Randy menatap kepergiannya.
"Elu sekarang sendirian, apa yang bakal elu rencanaian sendiri kayak begini?" Dalor bertanya pada Randy.
"Menurutmu, monster apa yang bakal keluar?" Randy bertanya pada Dalor.
"Dia adalah makhluk seperti cacing raksasa. Dia yang bisa menenggelamkan kapal yang sangat besar. Dia adalah Charybdis," ungkap Dalor sambil sedikit merinding.
"Kenapa kau merinding, Lor?" Randy merasakan ketakutan Dalor yang tidak biasa.
Memang keanehan jelas terasa, Dalor adalah raja iblis. Kenapa dia gemeteran hanya dengan nama itu? Jelas ada sesuatu yang membuatnya sang raja iblis itu ketakutan.
"Dulu, saat aku berlayar antar pulau Jama dan Kawilanta. Sebuah cacing raksasa dengan hanya mulut keluar dan membuat sebuah pusaran air di sekitar kapalku." Dalor mengatakan itu dengan badan yang gemetaran.
"Kenapa kau ketakutan, bukannya kau punya sayap?" Tanya Randy bingung.
"Aku memang bisa menyelamatkan diri, tapi seluruh awak kapal, orang-orang terdekatku, bahkan keluarag dan hartaku hancur bersamanya." Dalor terlihat sedih saat mengatakannya.
"Dan dialah yang menyebabkan aku bisa tertangkap oleh Dewi Dahlia." Dalor menceritakan kisahnya.
Randy menatap bingung langit-langit itu. "Dewi Dahlia? Siapa lagi dia?"
"Tentu saja yang menyegelku. Aku saat itu sudah sangat lemah, kehilangan segalanya kecuali kekuatan. Aku bersumpah saat keluar dari tempat itu, aku akan mengamuk ke dunia itu dan menghancurkan segalanya." Dalor mengenggam semua tangan kanannya.
Randy tidak menjawab lebih jauh. Dia merasakan kesakitan Dalor meskipun belum pernah merasakan itu, saat ini diam adalah jawaban terbaik.
"Dalor, mau balas dendam?" Randy menatap langit yang merah itu dengan tatapan tajam.
"Kenapa?" Dalor kebingungan.
"Bukankah kau bilang dia yang menyebabkan semua itu?"
"Dia memang yang melakukan itu, tapi Charybdis hanyalah hidup seribu tahun. Dia yang saat itu jelas sudah mati."
"Oh..."
Randy menyadari ketidakbergunaannya.
"Sudah biarkan saja, kau lanjutkan misimu saja. Aku akan membantumu melawan dia." Dalor mengatakan itu dengan nada yang lemah.
Randy merasa kasihan pada iblis ini. Meskipun wajahnya mengerikan, dia juga bisa merasakan kesedihan dan dendam. Tapi sebagai raja iblis, dia tidak memperbolehkan dirinya termakan hal itu. Nama raja bukanlah sebuah julukan saja untuknya.
"Hmm." Randy mengangguk dan mulai mengeluarkan sayapnya dan terbang rendah agar tidak bertemu dengan para J ataupun V.
Di sisi lain, Hannah.
Hannah berjalan menemui Farida yang sedang menunggu di depan sekolahnya. Baju zirahnya yang tebal membuat aura tegas pada dirinya.
"Maaf aku terlambat, Ayunda!" Hannah menyapa cengengesan Farida.
Melihat wajah Hannah yang terlihat tanpa rasa bersalah. Farida langsung menegur siswi itu. "Lama sekali kau?! Dari mana saja?!" Dia berdiri dari kursinya.
"Maaf, tadi ada kendala. Aku bertemu Valkyrie dan harus cepat-cepat menghindar," ucapnya bohong dengan ditutupi senyuman manis.
Farida sudah terbiasa dengan hal ini, baginya bertemu Valkyrie saat diperjalanan bukanlah hal asing yang akan terjadi.
"Lupakan saja, ayo berangkat! Aku harap tidak ada kejadian aneh seperti saat itu!" Farida melewati Hannah dan terbang ke langit sambil mengoceh soal yang terjadi saat itu.
Hannah yang tahu kejadian sebenarnya hanya tersenyum kejam. Dia merasa bersalah saat tidak memberitahunya, tapi ini adalah perjanjiannya dengan Randy, jadi apa boleh buat.
Dengan senyum yang licik, dia mengikuti Farida yanh terbang ke langit.
'Malangnya kau, Farida!' Hannah masih menatap ketuanya dengan rendah.
Di sisi lain, Ira.
"Maaf aku terlambat!" Dengan wajah yang kelelahan seperti habis buru-buru.
Ira menemui para kumpulannya dan mencoba mengambil nafas.
Naura hanya tersipu malu saat melihat Ira yang telat. Dia paham maksudnya kenapa Ira telat. Sedangkan Windy hanya menatap resah gadis itu.
Celicia yang tidak peduli hanya menghela nafas pada kelakuan Windy. Meskipun begitu, dia tetap melanjutkan urusan mereka.
"Mari kita menunggu para Justiciar berjalan. Eye of World!" Celicia mengeluarkan sihirnya dan membuat radar yang mendeteksi hawa keberadaan para Justiciar.
Salah satu titik di peta itu mulai berjalan sendirian ke suatu tempat.
"Lihat itu Farida, dia sepertinya mulai bergerak." Windy mengatakan itu. "Tapi aneh, kenapa dia sendirian?" Kecurigaannya meningkat.
"Je-jebakan?" Naura mencoba menganalisis.
"Mungkin saja." Celicia menyetujui perkataan Naura.
Ira yang sudah tahu kejadian yang sebenarnya hanya terdiam. Sihir pendeteksi di tubuh Hannah telah hilang, mungkin saja saat ini, Farida membawa banyak pasukan dan menuju ke tempat itu.
Dia ingin mengatakan itu, tapi karena takut dicurigai maka dia diam saja.
"Sudahlah, ayo kita jalan!" Celicia memimpin gerombolan itu.
Ira terkejut saat menyadari mereka tidak hanya berempat. Ada sekitar puluhan Valkyrie berjalan ke sana untuk mengejar Farida.
Sepertinya akan terjadi perang dan boss raid besar.