Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 10 - Bab 10. Kepribadian Asli

Chapter 10 - Bab 10. Kepribadian Asli

Randy dan Hannah duduk berhadapan di meja perpustakaan. Hanaah sangat tertarik dengan rencana yang dimaksud Randy. Sayangnya saat ini Randy punya tujuan yang berbeda.

"Jadi, apa yang ingin kau lakukan untuk menghentikan kedua kelompok itu?" Hannah menatap Randy dengan nada serius.

Randy tersenyum paksa sambil berkeringat dingin. Matanya mulai melihat-lihat sekitar. Dia akhirnya menyadari sesuatu dari bangunan ini. Meskipun perpustakaan ini besar, tapi pengunjungnya bahkan hampir tidak ada.

"Itu, kalau boleh. Kita bicarakan ini saat Time Fracture saja." Randy menepis Hannah.

Hannah memasang wajah kebingungan setelah mendengar ucapan Randy. "Kenapa, apakah berbahaya bila dibicarakan di sini?" Tanyanya bingung.

Randy menahan gugupnya, dia bingung, apakah tidak apa mengganti topik serius menjadi topik santai?

Dia menarik nafas dan menatap Hannah. Persiapan untuk menahan malu sudah dia atur. Randy menatap pucat siswi itu.

"Anu, sebenarnya alasanku ke sini untuk ini!" Dia tersenyum menahan malu sambil menunjukkan layar ponselnya yang berisi loker dari Hannah.

Hannah mencoba mendekatkan matanya ke layar karena matanya yang sudah rabun. Dia melihat dengan seksama isi loker itu, sampai akhirnya tersadar kalau itu adalah buatannya.

"Oh, jadi ini tujuan awalmu?" Hannah menatap jijik Randy.

"Hehe." Randy yang sudah siap menahan malu, hanya menggarut pipinya sambil memasang senyum yang menjijikan.

Dia mengembalikan posisi duduknya dan memegang dagunya. Dia terlihat memikirkan sesuatu yang menarik. Senyum aneh terlihat dari wajahnya berkali-kali saat berpikir.

"Anu...?" Randy mencoba memanggilnya, namun tidak ada jawaban.

Tak lama kemudian, senyumnya telah selesai dan menatap Randy sengan bergairah.

Dia menunjukkan kontrak bersamaan dengan buku-buku yang ingin dia translate ke indonesia menggunakan jasa translator. Sayangnya buku yang ia ingin translate bukanlah buku normal.

"Mau kau apakan ini semua?" Randy menatap jijik buku-buku itu. "Pecinta BL?" Mata Randy sekarang menatap jijik Hannah yang tersenyum bersemangat ke arahnya.

"Mau? Aku akan bayar 2 kali lipat jika mau!" Hannah memohon padanya.

'2 kali lipat?! Tunggu, bukankah itu artinya dia sudah minta ke beberapa translator lain?!' Randy menahan keningnya yang tidak bisa berkata apa-apa. 'Bukankah itu artinya, dia ditolak berkali-kali oleh translator lain, dan aku adalah last hope-nya?!' Matanya mengosong.

Randy hanyut dalam pikirannya. Hannah yang melihat itu langsung memasang wajah jahil ke arahnya

"Oh, Randy. Kalau kau takut kena virus BL, aku bisa selalu menemanimu saat mentranslate." Dia memohon paksa bocah itu. "Tentunya dengan berpakaian sebagi laki-laki!" Sambungnya.

Kekesalan Randy yang sudah berada di ujung batas akhirnya mencoba Justice of Word padanya.

"Tanpa kalimat kedua!" Randy memerintahkan Hannah.

"Baiklah!" Dia mengangkat jempolnya sambil tersenyum hebat.

Tak lama kemudian, dia akhirnya sadar kalau tadi dia bergerak sendiri. "Eh, kenapa aku malah menyetujuinya?!" Dia tersipu malu.

"Baiklah, kontrak sudah dibuat. Alat perekam suara juga sudah merekam tadi." Randy mulai menandatangani kontrak yang diberikan padanya.

Hannah mencoba menahan Randy namun sudah terlambat. Randy sudah menandatangini kontrak itu, dan suara rekamannya juga sudah di upload di formulir itu.

Hannah terdiam membeku, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kontrak adalah kontrak, begitu juga dengan tugas.

Randy menatap senang kejadian ini, dia mulai tertawa lepas di perpustakaan yang seharusnya sunyi itu. Sedangkan Hannah hanya menangis atas apa yang terjadi.

'Elu terlihat seperti penjahat sekarang,' komentar dalor padanya.

Merasa tersadarkan, Randy langsung menatap Hannah dengan rasa bersalah. "Tenanglah. tadi itu cuman bercanda." Dia tersenyum yang terlihat tulus tapi sebenarnya busuk pada siswi itu.

Hannah tiba-tiba langsung mendekatkan wajahnya ke Randy dengan cepat. "Benarkah?! Kau gak bohongkan?!" Dia terlihat sangat lega.

Randy sedikit melirikan matanya ke samping(berbohong). "Ya..."

Mendengar itu, Hannah langsung lompat-lompat kegirangangan. "Hore! Hore!"

'Dia ini kenapa?' Ucap Dalor.

"Biarkan saja..."

Randy berdiri dan menyilangkan tangannya, wajahnya dihadapkan ke arah Hannah yang sedang selebrasi itu. "Ingat ya, di sana tertulis aku hanya setuju untuk mentranslate. Dan jika kau melakukan hal aneh-aneh yang merusak mentalku..." Randy menunjukkan rekaman suara ke arah Hannah. "Ini akan tersebar(tersenyum iblis)." Randy yang menahan untuk tidak menjadi jahat malah kebablasan berbuat jahatnya.

Hannah kembali membeku. "Kenapa malah jadi genre blackmail?!" Dia berteriak sambil mengeluarkan air mata.

"Hey dari mana kau tahu genre itu?!" Randy membentak balik Hannah yang mengatakan sesuatu yang terlarang.

Hannah yang sadar akan kata-katanya hanya bisa tersipu malu sambil menutup wajahnya dengan tangannya. "Aku biasanya mencari hal seperti ini!" Meskipun tersipu, dia mengatakan hal yang sebenarnya tanpa dikendalikan oleh Randy.

Randy yang mendengarnya langsung sadar arah bicaranya. "Pasti ada hubungannya dengan ini!" Sambil memegang novel BL.

Hannah hanya tersenyum puas dan memberi jempol ke arah Randy.

'Kemana tadi rasa malunya?!' Dalor pun ikut bingung.

'Dia gadis yang aneh!' Ucap Dalor yang ketakutan melihat sifat Hannah.

Randy mengangkat tangannya untuk menahan lebih banyak basa basi. "Sudahlah, ayo kita langsung kerja." Bila diteruskan gak bakal jalan sama sekali kerjaannya.

Dengan begitu, Randy menghabiskan waktu pulang sekolahnya mentranslate novel-novel itu. Perasaan jijik selalu terlintas dipikirannya, tapi dengan mantra buatan Dalor. Ia bisa mengatasi ketetapan mentalnya, sehingga dia tidak akan belok.

Jam menunjukkan pukul 5 sore, mereka berdua mulai menghentikan kerjaan mereka dan mulai untuk meregangkan badan mererka.

"Sudah jam segini, ya?" Randy menatap jam di perpustakaan itu.

"Hmm, sudah petang." Hannah ikut menyantaikan badannya.

"Sebentar lagi Time Fracture-nya."

"Ti-time fracture... Maaf aku tidak terbiasa mengatakan hal ini bersama para laki-laki." Dia tertawa malu.

Randy tidak terkejut malah membiarkannya. Ini adalah hal yang harus dia anggap biasa, cepat atau lambat.

Saat saling melamun, Randy mengingat seuatu. "Hey, kenapa kau mengutuk Ilham?" Randy menanyakan hal yang hampir dia lupakan.

Tubuh siswi itu bergetar merinding. Dia menoleh ke arah Randy dengan perlahan sambil memainkan jari-jarinya.

"I-itu, aku hanya kesal karena dia menolak aja-

"Stop, aku tidak mau mendengar jawabanmu lebih jauh. Aku sudah mengerti maksudmu." Randy memutus kalimat Hannah karena sudah muak dengan hal-hal seperti itu.

"Bisa-bisanya kau mengutuk seseorang hanya karena itu..." Randy menahan keningnya.

"Habisnya, aku kesal dia menolak ajakan Kak Rizki." Dia tidak bisa berkata apa-apa selain menjelaskan lebih detil kalimatnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau sangat berbeda dari sebelum aku memberi tahumu soal kekuatanku?" Randy menanyakan bingung sesuatu yang aneh.

Dia bingung, bukan hanya Ira. Bahkan kini Hannah memperlihatkan sifat-sifat yang tak terduga. Apakah kekuatan Justice of Word atau Dark Corruption juga berdampak pada kepribadian mereka.

'Tenanglah, kau malah harus senang karena mereka kembali ke semula!' Dalor menjawab kecemasan Randy.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku hanya merasa diriku menjadi sangat ringan sekarang." Hannah yang tidak bisa mendengar Dalor menjawab pertanyaan Randy.

Dengan mencampur dua jawaban Dalor dan Hannah, Randy hanya bisa berspekulasi. Bukan hanya keinginan para J dan V untuk mencari nama Apate saja yang tersegel, tapi juga sifat mereka. Bahkan Farida pun terlihat seperti kepribadiannya tertahan oleh sesuatu.

Randy terdiam memikirkan itu dengan mengabaikan sekitarnya. Sampai saat akhirnya, dia menyadari seseorang menyetuh bahunya.

"Randy, kamukan sekarang pacarku, kenapa malah sekarang sedang bersama cewek lain?" Ira berbisik di kuping kekasihnya.

Randy yang masih menatap Hannah yang ketakutan, hanya bisa menoleh dengan hati-hati.

"Ini untuk rencana kita!" Randy mengatakan itu untuk membuatnya percaya.

Seketika Ira kangsung melepaskan cengkraman bahu kekasihnya, dan menatap tajam Hannah.

Ini adalah situasi yang rumit, Time Fracture akan terjadi. Waktu mereka untuk musuh sudah semakin dekat.