Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 5 - Bab 5. Apate

Chapter 5 - Bab 5. Apate

Randy menatapi langit dari taman di rumahnya. Dia memikirkan tentang apa yang tadi malam terjadi.

"Sudahlah, elu gak usah mikir kelamaan. Masak elu kaget pas lihat Farida jadi Justiciar ketimbang lihat Ketua OSIS jadi Valkyrie?" Dalor menenangkan Randy yang sedang melamun.

"Yah, mau bagaimana lagi? Farida adalah temanku yang sudah kukenal cukup lama. Melihatnya menjadi seperti itu pas tadi malam membuatku kepikiran. Dia seperti Farida yang berbeda, wajahnya yang murah senyum berubah menjadi wajah yang serba serius. Matanya yang tajam membuatku seperti tertusuk oleh fakta." Randy menggunakan tangannya untuk menahan kepalanya.

"Tertusuk fakta? Begini saja, bagaimana kalo misalnya Farida memberi tahu elu soal ini sebelum elu bertemu dengan gue?" Dalor mengatakan hal yang masuk akal.

Mata Randy langsung melebar karena pahan maksudnya.

"Jelas aku tidak akan percaya, apalagi ayahku selalu mengirimiku jimat-jimat aneh." Randy tersenyum kosong saat mengingat-ingat kiriman ayahnya.

"Ha ha ha, betulkan?" Suara tawa Dalor terdengar jelas dari dalam tubuh Randy. "Tapi setidaknya karena bapak elu begitu, gue malah jadi kayak gini!" Dalor mengingat tentang apa yang terjadi padanya sekarang.

"Ha ha ha!"

Di belakang Randy, ibunya melihatinya. Dia menutup mulutnya dengan perasaan ingin menjahili anaknya. Sepertinya dia salah sangka dan mengira anaknya punya pacar atau semacamnya karena jarang sekali Randy berbicara sampai bersemangat seperti itu.

"Oh sip... teruskan bucinmu, Dy!" Ibunya berbisik dari kejauhan.

TOK TOK TOK!

Suara ketokan pintu rumah terdengar, menandakan ada tamu.

"Ya, tunggu sebentar!" Ibu berjalan menuju pintu.

Dia mencoba mengintip orang yang bertamu dari jendela. Wajahnya membelalak lebar setelah tahu yang datang adalah seorang gadis.

Mukanya memucat dan tersipu. 'Tenangkan dirimu, apakah dia selingkuhan bapak(suamiku)? Tidak-tidak, itu mustahil, dia terlalu muda. Apakah itu pacarnya Randy?(menatap ke Randy yang sedang menelepon) Bukan juga, lagi pula tidak mungkin anakku punya banyak cewek. Satu-satunya pilihan paling aman adalah hanya anak yang disuruh untuk menggantikan ibunya menarik arisan.' Ibu mencoba berpikir jernih, tapi saat dia sudah memegang gagang pintu. 'Tunggu, aku bahkan tidak pernah lihat anak itu di sini!'

Sang ibu akhirnya menyerah untuk berpikir dan memilih untuk membukakan pintu saja.

CTAK!

Suara pintu terbuka, saat dibuka seorang gadis cantik berambut pendek dan berwajah manis sedang berdiri di balik pintu itu.

"Permisi." Gadis itu memberi salam hangat pada ibu.

"Ah iya, cari siapa?" Ibu hanya tersenyum sambil menginspeksi gadis itu.

"Anu, Randynya ada?"

Wajah ibu memucat dan keringat turun dari mukanya. Dia menoleh ke Randy yang sedang bertelepon. Ibu akhirnya mengambil kesempulan kalau dia sedang bertelepon dengan temannya, Ilham.

'Pasti dia sedang ngobrolin yang enggak-enggak.' Raut mukanya memelas.

"RANDY! ADA YANG NYARI NIH, CEWEK PULAK!" Ibu berteriak cukup keras bahkan terdengar oleh seisi rumah.

Untunglah di rumah tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua.

Randy yang sedang berbicara dengan Dalor tiba-tiba teralihkan. "Cewek?!" Wajah anak itu memucat dan bingung.

Randy bergegas berjalan menemuinya. Matanya hanya bisa melebar tidak percaya. Semua masalah yang terjadi tadi malam... masih berlanjut.

Ira tersenyum dengan menyembunyikan kesalnya di depan pintu itu. "Hai, Randy."

Ibuku menatapku dengan tatapan yang sangat curiga. 'Yang benar saja.' Tanpa berkata sedikitpun, Randy mengetahui apa yang ibunya katakan.

Randy hanya bisa tersenyum setengah hati saat melihat mereka berdua. "Ha-halo, Ira."

"Anu, ibu? Boleh aku pinjam anak ibu sebentar?!" Ira meminta ijin.

"Ah, tentu saja bo-boleh kok, ha ha ha." Ibu terkaget dan terbata-bata saat mendengarnya. "Randy..." Dia tersenyum lebar dengan keinginan mengintrogasi anaknya setelah pulang ke rumah.

"Ah, ya. Ibu...." Mulutnya masih tersenyum hampa.

Dengan begitu Randy pergi bersama Ira keluar rumah. Tatapan ibunya yang curiga saat Randy mau keluar mengatakan kalau dia ingin meminta kejelasan soal ini.

Ira membawa Randy ke taman kota. Dia juga memesankan beberapa makanan untuk Randy. Perasaan tidak enak merasuki Randy.

"Sebenarnya ada apa, Ira? Kau tahukan kalau membuat seorang laki-laki ditraktir itu menyakitkan?" Randy akhirnya buka suara.

"Ada apa, setelah apa yang kau lakukan? Kau bilang ada apa?!" Ira berteriak kesal.

Perasaan bersalah masuk ke dalam dirinya. Dia yang telah membuat Ira seperti boneka, bahkan tidak bisa bebas menjadi manusia. Dia menjadi terdiam seribu bahasa.

"Maaf..." Randy menatap Ira dengan rasa bersalah.

"Aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya tentangmu pada temanku, seakan kau telah membuatku tidak bisa mengatakannya! Tubuhku juga akan bergerak sendiri ketika kau dalam bahaya," ucap Ira dalam kesedihan.

Jadi yang kemarin adalah karena paksaan dalam dirinya. Dia terpaksa berkorban demi orang lain yang bahkan mencoba meninggalkannya.

Randy menarik nafasnya sambil mengepalkan tangannya. Dia menatap Ira dengan ekspresi serius sambil menyentuh kedua bahu Ira dengan kuat. "Maaf, lain kali aku akan memimpinmu dari depan!" Nada Randy yang tegas membuat Ira percaya dan tersipu.

"Jika itu yang kau inginkan, ya sudah. Tapi ingat, jangan kau buat aku bertarung selagi kau mundur." Ira mendekatkan wajahnya ke wajah Randy. "Yang kemarin, akan kumaafkan karena kau menolongku." Suara Ira pelan sambil menyendenkan kepalanya ke dadanya Randy sambil membuat tangan Randy yang memegang bahunya menjadi ke posisi memeluk.

Posisi mereka berdua seperti seorang kekasih yang saling sayang. Randy tanpa sadar telah mengeluarkan Justice of Word kepada gadis itu. Kepercayaan Ira pada Randy meningkat drastis.

'Randy sekarang saatnya menjelaskan rencanamu yang sebenarnya pada Ira.' Dalor mengingatkan apa yang harus dilakukan Randy. 'Mengerti, Dalor!'

Randy yang sedang memeluk Ira. Berbisik dengan suara yang lemah untuk mencoba membujuknya.

"Ira, maukah kau membantuku?"

"Membantu apa?"

"Mengumpulkan para monster saat Time Fracture."

"Kenapa?"

"Untuk menghentikan kerusakan dunia."

Ira tiba-tiba melebarkan matanya. "Benarkah, tapi Apate bilang kami para Valkyrie harus membuka brangkas dunia itu untuk menyelamatkan dunia." Ira akhirnya mengatakan yang sebenarnya dicari Randy.

'Dapat kau!'

'Ternyata dia, ya?'

Randy dan Dalor bergumam bersama dalam hati mereka. Jika disangkutkan dengan sejarah yunani, Apate adalah dewi penipu. Ada kemungkinan yang membuat Justiciar dan Valkyrie bertarung adalah dewi itu.

Randy melepas pelukan Ira dan memegang kedua bahu gadis itu. "Ira percayalah padaku! Kalian, bukan hanya para Valkyrie tapi juga Justiciar juga telah ditipu oleh Apate!" Randy menatap tajam Ira.

"Apa kau tidak tahu kalau Apate adalah dewi penipu?!" Randy melanjutkan penjelasannya.

Ira hanya bisa menatap Randy dengan memelas. "Jika itu keinginan tu-.... Tunggu, aku bisa berbicara tanpa paksaan?" Ira tersadar akan kebebasannya.

"Tapi kau mau memanggilku tuan tadikan? Apa itu sudah menjadi kebiasaan?" Randy menggoda gadis itu.

Ira tidak bisa berkata selain tersipu, tapi itu bukan reaksinya yang sebenarnya.

"MATI SAJA KAU!"

GEDEBUK!

Ira yang tersipu langsung memukul dagu Randy dengan keras sampai tepar di tanah.

Itu adalah reaksinya yang sebenarnya.

"Terima kasih atas pukulannya, Ira." Randy dengan puas mengatakannya sebelum sepenuhnya pingsan.

"Dasar, sudah mesum. Bahkan sekarang sangat suka dipukul!" Ira memekik malu orang yang menggodanya.

Ira yang sadar kalau dia berbuat salah mencoba menidurkan Randy dipangkuannya. "Bodoh..." Sambil tersipu, dia memikirkan pilihannya untuk membantu Randy ketimbang mengikuti keinginan Apate.

Jika yang Randy katakan kalau Apate adalah dewi penipu, maka gadis itu harus membantu Randy sekuat tenaga. Dia merasa kesal karena dia tidak menyadari arti nama Apate.

"Tunggu, kenapa kami para Vakyrie dan Justiciar tidak merasa aneh soal nama Apate sama sekali? Bukannya seharusnya minimal ada 1 orang yang tersadar dengan nama itu?" Ira menyadari ada yang salah saat dia mulai menjadi Vakyrie.

"Berarti saat ini... aku sudah bebas dari sihirnya, ya?" Ira menatapi kalungnya yang mulai menghitam.

Ada kemungkinan kalung itu menyegel keinginan mereka untuk mengetahui nama Apate. Sama seperti Kalung Ira yang sudah dikuasai kekuatan Randy yang membuatnya menjadi serba nurut. kalung-kalung itu jelas sudah dikuasai sihir Apate.

"Tch, dasar wanita sialan!" Ira menatap tajam ke langit sambil memangku kepala Randy yang pingsan.