Tempat ini namanya Starylisia kingdom. Sebuah kerajaan besar dengan wilayah kerajaan meliputi lima daerah utama. Ibukota dan merupakan tempat di mana keluarga kerajaan juga para bangsawan hidup, wilayah Nagneia.
Seratus tahun yang lalu Starylisia hanyalah sebuah hamparan hijau kosong yang tidak dihuni. Gubuk pertama dibangun oleh seorang pengelana yang kehilangan arah ketika berkelana ditengah malam, Fred. Katanya dia melihat cahaya terang yang berasal dari sebuah kubangan kecil di tanah dari kejauhan dan menghampirinya. Dia kemudian menetap dan berencana untuk pergi saat esok tiba.
Saat dia bangun di keesokan paginya dia lantas dibuat jatuh cinta oleh cahaya yang berasal dari arah timur dimana matahari terbit. Dia memutuskan untuk menetap karena merasa tempat ini cocok untuk dijadikan tempat menetap. Dua tahun kemudian, orang-orang pun mulai singgah saat melihat betapa suburnya tempat itu dan menetapkan Fred menjadi kepala desa.
Apalagi kubangan yang dirawat oleh Fred masih saja menyala di malam hari dan tak pernah kering sedikit pun. Saat pagi terlihat seperti air yang bersih seperti susu sementara saat malam terang benderang seperti lampu.
Gosip menyebar dimana tempat itu yang mulai disebut Starylisia mendapat anugerah dari Dewa Cahaya, Starelis.
Kemudian, secara bertahap Fred dianggap sebagai raja pertama. Kerajaan pun mulai dibangun dan diperbaiki setiap tahunnya. Sampai kemudian membentuk sebuah wilayah luas lengkap dengan pasukan militer.
Wilayah bagian barat adalah kotanya para pedagang dan sumber penghasilan bahan-bahan tekstil, Ediora.
Wilayah timur di mana pusatnya pertanian dan bahan makanan, Hopezia.
Wilayah selatan merupakan benteng pertahanan utama dari musuh dan diisi dengan banyak pengawal, Amazelia.
Kemudian ada wilayah Utara, wilayah terbengkalai di mana para monster tinggal dan juga merupakan penjara yang dikelilingi hutan mati yang sangat dingin, Drezoia.
Starylisia sendiri dikenal sebagai kerajaan para anak dewa sebab semua yang tinggal di tempat ini memiliki kekuatan suci dan juga keberadaan yang murni. Kerajaan Starylisia sangat taat pada aturan Dewa dan juga memiliki banyak kuil. Mereka juga bisa mengendalikan kekuatan dari dewa dengan sangat baik.
Tidak pernah ada kasus dimana seseorang kehilangan kekuatan sucinya setelah dua puluh tahun berlalu. Akan tetapi, peristiwa itu akhirnya kembali dipatahkan akan keberadaan Mia alias Ashley Davis. Seorang putri Duke yang mendapat wilayah bagian Amazelia. Duke George dengan wilayahnya bernama Nebra.
Tubuhnya tidak lagi memiliki kekuatan suci yang tersisa usai tertidur dalam waktu satu bulan.
Penyakit ini disebut Black disaster. Kondisi tubuh dimana suhunya menjadi sangat dingin hingga sulit untuk disentuh sebab seperti es yang terkutuk dan juga tidak memiliki sumber cahaya suci yang dianugerahkan oleh Dewa Starelis.
Penyebabnya belum jelas namun, tidak satupun ada yang bisa menyembuhkannya. Bahkan Pendeta dengan kemampuan kekuatan suci tertinggi sekalipun.
Lantas, bagaimana nasib dari orang yang menderita penyakit ini? Tentunya dia akan dibuang dari kehidupan masyarakat sosial. Memang siapa yang mau berdekatan dengan seorang manusia bertubuh es?
"Tidak, tidak mungkin! Pendeta, apa mungkin anda salah? Bagaimana bisa putriku mendapat penyakit ini?"
Duchess Diana, ibu dari gadis cantik berambut hitam ini berteriak usai mendengar diagnosa oleh pendeta yang mereka panggil ke mansion keluarga Davis. Dia memegang erat lengan suaminya dan menatap Duke George dengan pedih. "Tidak mungkin! Pendeta! Anda tahu akibatnya jika berbohong pada keluarga Duke George bukan?!!" hardiknya lagi.
"Duchess!" tegur suaminya kaget. "Perhatian cara bicara anda dengan pendeta!"
"Tetapi Duke ...,"
"Cukup!" sela Duke George lagi. Dia menatap sang pendeta yang tampak tersinggung akan ucapan Duchess Diana. "Pendeta, mari kita bicara di ruangan saya."
Duke George segera pergi diikuti oleh asisten pribadinya dan juga membawa pendeta yang memeriksa anaknya.
Duchess Diana terjatuh di atas lantai dan kehilangan keanggunannya sebagai bangsawan yang dia tahan selama beberapa waktu tadi. Dia menatap anaknya yang memejamkan mata dengan sendu.
"Anakku, cintaku, apa yang terjadi padamu, sayang?" lirihnya pilu.
Semua pelayan yang berada ditempat itu menunduk. Ikut merasakan kesedihan yang tak biasa terjadi di mansion Davis. Hari itu semua berduka. Bukannya senang karena akhirnya sang putri kesayangan membuka matanya, mereka justru kembali harus menelan pil pahit jika putri mereka terkutuk.
Mia yang tidak sepenuhnya tidur mendengar itu semua. Usai menangis berlebihan selama dua malam meratapi nasibnya akhirnya Mia jatuh pingsan. Begitu dia bangun, dia mendengar semua itu.
'Jadi, tubuh ini dikutuk? Bagaimana bisa? Apa mungkin karena kehadiran jiwanya?'
Mia tidak bisa memahami itu dengan baik. Yang harusnya dia lakukan sekarang adalah memeriksa dan memastikan sebenarnya dia ada di mana. Apa mungkin dia mati dan dilahirkan dalam novel, komik, atau game seperti yang pernah dia baca?
Tetapi, bukankah kebanyakan cerita seperti itu membuat tokoh utama sadar jika dia berada dalam dunia yang dia kenal. Tetapi, kenapa Mia tidak tahu? Kenapa dia tidak pernah mengetahui nama-nama yang dia dengar ini?
'Duke Davis?'
Mia asing akan nama itu. Dia tidak pernah mendengarnya. Bahkan, teman-temannya pun tak ada yang pernah mengungkit nama itu. Jadi, sebenarnya dunia apa ini?
Mia juga merasa aneh karena lidah juga otaknya secara alami bisa mengetahui dengan jelas bahasa asing ini. Sungguh ajaib!
Mia melenguh pelan. Dia memegang kepalanya dan pura-pura bingung. Dia membuat wajah lemah seperti orang sakit dan berusaha keras untuk memperlihatkan kebodohannya.
Jika mereka tahu dia tidak mengingat siapa dirinya. Bisa-bisa mereka akan melakukan sesuatu yang aneh padanya.
Tidak, dia tidak mau.
Dia harus melakukannya dengan hati-hati. Nyawa keduanya ini yang menjadi taruhannya.
Duchess yang melihat anaknya bangun segera mendekat. Dia bermaksud memegang tangan anaknya dan terkesiap kaget saat merasakan dingin yang tidak biasa. Duchess pun spontan menjauhkan tangannya. Mia menyadari itu dan menatapnya.
Duchess sendiri dibuat syok akan reflek tubuhnya yang tidak tahan akan suhu tubuh anaknya sendiri.
'Dingin sekali.'
"Sayang, aku tidakㅡ"
"Maaf, apa kalian bisa meninggalkanku sendiri?" sela Mia dengan kalimat formal dan mengejutkan semua orang. "Aku ingin sendiri."
"Tetapi sayang, kau belum makan apapun sejak kemarin. Kondisi tubuhmu juga sedang tidak sehat. Aku akanㅡ"
"Saya mohon ... Tinggalkan saya sendiri, ibu."
Intonasi dingin tak terbantahkan yang Mia keluarkan membuat hari Duchess patah. Anaknya tidak sebodoh itu. Dia pasti menyadari situasi yang dia alami saat ini.
Duchess menatap anaknya yang balas melihatnya dengan tatapan tenang.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Jika kau membutuhkan sesuatu, pastikan untuk memanggil Reina kemari!" ujarnya mengingatkan yang langsung ditanggapi anggukan oleh gadis kecil sebelumnya dibelakang sana.
Mia tak tersenyum ataupun menanggapi Duchess. Dia membutuhkan waktu. Dia perlu mencerna situasi gila yang terjadi padanya. Dia harus berhati-hati karena jika tidak, dia sendiri akan kehilangan kewarasannya karena mengalami hal seperti ini.
Satu persatu pelayan ditempat itu pergi dan meninggalkan Mia dalam tubuh orang asing ini sendirian. Mia kembali menatap kaca yang menampilkan sosok yang sangat cantik dengan pandangan menghakimi.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu dan juga diriku?" monolognya pada diri sendiri.
"Tidak, Duke. Anda tidak bisaㅡ"
"Akh!"
Mia menoleh dan membekap mulutnya syok ketika melihat seorang pria dengan pakaian yang tidak biasa dan terkesan mewah juga berselimut jubah berbulu masuk ke dalam kamarnya secara mendadak setelah teriakan tadi. Mata merah itu melihatnya dengan tajam dan sanggup membuat seluruh tubuh Mia merinding. Mia yang melihat darah segar menetes dari pedang yang orang itu pegang menelan ludah takut. Ditambah lagi adanya pelayan yang memegang kaki orang itu dengan tubuh terluka.
'GILA-GILA! APA-APAAN INI! AKU BARU SAJA BANGUN DAN KENAPA HARUS MENGHADAPI NASIB BURUK SEPERTI INI, HAH? APA AKU AKAN DIBUNUH LAGI? GILA! AKU BARU SAJA MATI, SIAL! HEI, SETIDAKNYA BIARKAN AKU MAKAN DULU!"
Mia menjerit frustrasi dalam hati.
"S-Siapa kau?!!" sentak Mia ketakutan.
Pria itu menendang pelayan yang menyentuh kakinya dan menaruh pedangnya kembali ke dalam sarungnya. Dia mendekat secara perlahan dan berlutut di sisi ranjang. Gerombolan pria yang ikut dengan orang itu pun juga ikut berlutut mengikuti majikannya.
Mia ingin mundur namun seluruh tubuhnya membeku dan tidak bisa diajak kompromi. Dia semakin syok ketika mendengar kalimat yang diucapkan oleh orang itu padanya.
"Lady Ashley, mari kita menikah."