Chereads / My Harem Demonic System / Chapter 2 - 2. Tumbal Ritual Pemuja Iblis

Chapter 2 - 2. Tumbal Ritual Pemuja Iblis

Hoxha memerintahkan dua orang pria yang tadi memegangi tubuh Devon untuk menyeretnya ke sudut ruangan di mana keran air berada.

Salah seorang pria mengisi sebuah ember kayu yang gagangnya sudah berkarat dengan air hingga penuh. Sementara itu, pria satu lagi melucuti pakaian Devon hingga tubuh remaja itu polos tak berbusana.

Hoxha mengamati bekas-bekas luka dan lebam yang ada pada tubuh remaja itu sembari menggelengkan kepalanya. Ia masih tidak rela jika Tuan Mudanya itu memberikan pengorbanan yang tidak maksimal pada malam inisiasinya itu.

Guyuran seember air dingin di tubuh polosnya membuat Devon terlempar kembali ke kenyataan. Pemandangan mengerikan dari pembantaian yang dilakukan terhadap seluruh keluarganya itu kembali terbayang di kepalanya.

Devon berteriak dan meronta hebat saat gelombang kenyataan itu kembali menghantamnya, hingga pria kekar yang tengah memandikannya itu terpaksa menahan tubuh remaja kerempeng itu dengan lututnya agar Devon berhenti meronta.

"Tenanglah, Nak. Berpasrah dirilah dan seluruh penderitaanmu akan berakhir," ujar Hoxha dengan suara lembut sembari mengusap kepala Devon perlahan.

Entah karena Devon telah lelah meronta atau kata-kata yang diucapkan oleh Hoxha mengandung magis, tapi Devon akhirnya berhenti meronta dan mulai bernafas dengan tenang.

Hoxha kemudian memerintahkan pada kedua orang pria itu untuk membawa Devon ke sebuah ruangan di balik pintu kayu besar yang melengkung di balik pilar besar yang ada di ruang bawah tanah itu.

Setelah memasuki ruangan itu, kedua orang pria itu langsung mengeringkan rambut dan tubuh Devon dengan kasar tanpa mempedulikan bekas luka di tubuhnya yang membuat Devon meringis kesakitan setiap kali para pria itu menggosok bagian tubuhnya yang terluka dan memar.

Usai mengeringkan seluruh tubuh Devon, barulah Hoxha memakaikan selembar kain putih yang menyerupai jubah itu ke tubuh Devon hingga hanya selembar kain itulah yang menutupi tubuh polos remaja laki-laki berambut cokelat itu.

Devon akhirnya digiring menuju ke ruangan lain, di mana penerangannya jauh lebih temaram karena hanya diterangi oleh kandelir lilin di tengah ruangan. Lilin-lilin yang menyala di kandelir itu berkedip pelan saat Devon dibawa memasuki ruangan.

Suara erangan dan nafas tercekat memenuhi udara saat manusia yang akan ditumbalkan telah dibawa menghadap ke depan altar.

Devon mengedarkan pandangannya dan melihat puluhan orang yang memakai jubah merah bertudung dan mengenakan topeng emas yang serupa tengah berdiri mengitari altar di atas undakan yang tingkatnya lebih tinggi dari lantai di mana Devon berdiri.

Di seberang altar, berdiri sesosok pria yang mengenakan jubah merah dengan aksen keemasan di tepi jubah tersebut dan topeng berukir yang menunjukkan seolah sosok itu berbeda dari yang lain.

"Baringkan dia di atas altar itu, Hoxha," perintah sosok itu.

Dari suaranya, Devon dapat mengetahui kalau sosok itu adalah Gesta. Rupanya karena ini adalah malam inisiasinya, jadi dia berpakaian lebih istimewa dibandingkan yang lainnya.

Saat Devon dibaringkan di atas altar, tiba-tiba saja ada perasaan marah dan tak terima yang menjalar di hati Devon. Bagaimana mungkin ia bisa memasrahkan dirinya menjadi tumbal ritual pemujaan setan untuk orang yang telah membantai seluruh keluarganya dengan brutal.

Akan tetapi, saat Devon hendak meronta, ia tak bisa bergerak sama sekali. Ternyata, Hoxha telah memantrai dirinya sehingga Devon tak akan bisa menggerakkan tubuhnya selama prosesi berlangsung.

"Mari kita mulai prosesi inisiasi anak dan saudara kita, Gesta Verheyen dan menerimanya sebagai anggota dari sekte pemuja tujuh iblis." Hoxha yang masih memakai jubah serba hitam itu mulai bersuara. Sebagai pengabdi yang paling loyal terhadap keluarga Verheyen, Hoxha selalu ditunjuk untuk membuka ritual pemujaan yang diadakan setiap tahun secara berkala.

Di tiap-tiap tahun itu akan dipilih anak dari keluarga bangsawan Verheyen mana yang akan diijinkan untuk melakukan ritual pemanggilan tujuh iblis dan menjadi bagian dari sekte mereka.

Dengan mengorbankan tumbal manusia, anggota baru itu akan mendapatkan demon tertentu yang akan menjadi sumber kekuatannya. Akan tetapi, biasanya hanya demon-demon tingkat bawah saja yang bisa dipanggil dalam ritual inisiasi pertama.

"O ... Sang Penjinak Iblis, berikan kuasamu padaku, Gesta Verheyen untuk memerintahkan demon terpilih yang akan melayaniku dan mewujudkan semua keinginanku. Akan kuberikan jiwaku padamu dan pengabdian seumur hidupku padamu," ucap Gesta yang merapalkan mantra ritual yang sudah dihafalkannya sejak berbulan-bulan lalu.

"O ... Sang Penjinak Iblis, kabulkanlah permohonan anak dan saudara kami, Gesta Verheyen agar ia dapat memerintahkan demon terpilih yang akan melayaninya dan mewujudkan semua keinginannya. Akan kami relakan jiwanya dan kami jamin pengabdian seumur hidupnya kepadamu." suara gumaman dari seluruh anggota sekte yang mengenakan jubah merah itu terdengar bagai paduan suara yang bergema memenuhi ruangan itu.

Dari posisi Devon yang berbaring itu, ia dapat melihat lilin-lilin di kandelir yang berada tepat di atas kepalanya itu kembali berkedip-kedip secara konstan.

Kemudian, dari ruangan bawah tanah yang tertutup rapat tanpa jendela itu, mereka semua bisa merasakan hembusan angin yang makin lama semakin kencang dan berkumpul di satu tempat, membentuk pusaran angin yang padat dan berwarna putih.

Lilin-lilin di kandelir itu mendadak padam karena hembusan pusaran angin yang memang berkumpul tepat di bawah kandelir itu. Ruangan menjadi gelap gulita. Tak ada apapun yang terlihat kecuali pusaran putih di atas sana dan suara-suara gumaman para anggota sekte yang mengucap mantra dalam bahasa latin yang tak dapat Devon mengerti.

Tiba-tiba saja, dari kumparan angin berwarna putih itu, muncul sebuah bukaan berwarna merah keunguan yang menampakkan dimensi lain. Dimensi itu memancarkan cahaya temaram yang sedikit menerangi ruangan itu.

Devon dapat melihat para anggota yang sejak tadi berdiri itu cepat-cepat berlutut dengan satu kaki saat bukaan dimensi lain itu muncul.

Devon mendadak panik. Dia belum pernah mengalami hal seperti ini selama hidupnya. Sebagai anak dari pasangan budak yang bekerja di mansion ini, devon tidak punya pengetahuan apa-apa soal dunia lain selain dunia yang ia ketahui selama ini.

Devon menyadari betapa nyata ancaman di depan matanya ini. Ia bukan hanya akan dihabisi oleh Gesta, tapi akan menjadi santapan bagi makhluk asing yang tak dikenalnya.

Ia lantas berusaha untuk kabur dari sana. Akan tetapi, mantra pengunci tubuh yang dipasang oleh Hoxha padanya begitu ampuh sehingga Devon tak dapat menggerakkan tubuhnya barang seincipun.

Dalam keadaan tak berdaya seperti itu, amarah Devon semakin memuncak. Ia merasa menjadi makhluk paling menyedihkan di dunia ini. Ia menyaksikan seluruh keluarganya dibantai tanpa bisa melakukan apa-apa. Kini ketika dirinya hendak dibantai pun dia juga tak bisa melakukan perlawanan. Sungguh tidak adil.

Ada orang-orang seperti Gesta yang terlahir dengan memiliki segalanya, sedangkan dirinya, terlahir hanya untuk direbut segalanya oleh orang seperti Gesta.

"O ... Sang Pengendali Iblis, berikan kuasamu padaku, Devon Arias untuk memerintahkan para demon yang akan membantu membalaskan dendamku. Akan kuberikan jiwaku dan pengabdian seumur hidupku padamu. Kumohon, bebaskanlah aku," batin Devon yang menirukan mantra pemanggil iblis secara sembarangan.

Devon sudah putus asa. Ia tidak peduli jika Tuhan, Iblis atau makhluk asing itu benar-benar ada, dia tidak peduli yang mana dari mereka yang akan membantunya keluar dari situasi ini.

Devon tidak ingin menjadi tumbal bagi si Tuan Muda yang telah menghancurkan hidupnya itu. Ia tidak rela dan ia akan mengorbankan apapun yang tersisa dari dirinya untuk membalaskan dendamnya pada orang yang sudah merebut segalanya darinya itu.