Chereads / Globe Girl / Chapter 3 - BAB 3

Chapter 3 - BAB 3

Veronica tampak penuh percaya diri dengan gaun buatannya dan timnya. Apalagi dengan sikap tim 2 yang semakin giat setelah insiden itu. Mereka malah menerima amarah ketua timnya dan mulai belajar.

Veronica tak jarang memuji mereka dan memberi hadiah. Tak lupa membagi tips agar bisa lebih baik lagi. Karena baju perempuan itu tak sama dengan laki-laki yang polanya monoton.

"Bagaimana?" tanya Faiz berbisik pada Bara sambil melihat ke arah Veronica.

"Apa tak ada cara lain?" tanya Bara.

"Tak ada. Kamu harus membuatnya takluk dan membeberkan sendiri sihir apa yang ia gunakan pada gambarnya hingga membuat mata lu cuma bisa melihat warna dari gambarnya aja."

Bara menghela napas kasar. Ia segera naik ke atas untuk mengambil beberapa gambar.

"Ini demi perusahaan!" ucap Veronica sambil menarik kedua tangan Bara untuk memeluk pinggangnya.

"To ... tolong seny ...." ucap fotografer dengan nada takut.

Veronica menghela napas kasar. "Lu pernah jatuh cinta?"

"Pernah," bisik Bara membuat Veronica terdiam.

"Anggap gua itu dia!" ucapnya.

"Eh?!"

"Pejamin mata lu!" titah Veronica. "Mejam! Sebut nama dia tiga kali di hati lu dan saat itu bayangin wajah dia di wajah gua!"

Tak lama terdengar suara mereka mengambil beberapa gambar. Veronica dan Bara pun mencoba beberapa posisi dengan ketiga pakaian tersebut.

"Akhirnya selesai!" ucap Veronica puas melihat gambar mereka yang bagus.

"Sebagai perayaan hari ini perusahaan akan ...."

"Jangan!" ucap Veronica memotong ucapan Bara. "Nunggu hasil yang jelas baru kita rayakan!"

"Kalau gitu sebagai ucapan terima kasih. Kalian bisa menyebutkan makanan yang disuka ke Faiz. Biar bisa dipesan melalui delivery."

Veronica dengan senang hati maju duluan. "Gua mau kentucky dengan nasi, lalu minumnya jus jeruk."

Faiz mencatat terlebih dahulu. Sedangkan Bara melihat ke arah Veronica. Makanan kesukaan model itu sama dengan makanan kesukaan Astutin. Bahkan, wajah tirusnya mirip dengan wajah Astutin jika gadis itu kurus.

"Ayo yang lain pesan!" Semuanya pun ikut maju memesan.

"Veronica!" panggil Bara ketika Veronica hendak pergi. "Anda nggak nunggu pesanannya sampai?"

"Saya sudah menyuruh seseorang untuk mengantarnya ke ruangan saya. Saya permisi." Veronica segera pergi dari sana.

Bara terdiam. Ia bingung dengan hatinya. Kenapa dia begitu peduli. Apakah benar Veronica adalah Astuti.

"Gua nyuruh lu buat dia yang jatu cinta! Bukan lu bego!" bisik Faiz.

Bara melihat antrian panjang itu. Ternyata dia menyuruh seseorang untuk mencatatnya.

"Bukannya yang gua suruh itu lo?" tanya Bara.

"Kalau gua yang di sana. Terus yang bantu ngingetin lu siapa?! Lagian sebenarnya tak ada masalah. Secara Veronica model, artis dan desainer hebat."

Bara tak ingin mendengar ocehan Faiz lagi. Ia segera pergi dari sana.

"Bara!" panggil Faiz sambil mengejar pria itu.

#--------#

Di sebuah apartemen. Ada Bara yang memakai apron. Pria itu mulai masak dan membersihkan apartemen.

"Lu ngapain sih ke apartemen gua?" tanya Faiz tak suka. "Sana pulang gih!"

"Gua males di rumah sendiri. Gua jadi keinget mama dan Astuti." Bara mengatakannya tanpa berhenti bersih-bersih dan memasak makan malam.

"Serah deh! Gua mau tidur!" Faiz segera beranjak dan berjalan ke kamarnya. Bara hanya bisa geleng-geleng kepala, "kalau sudah jangan lupa bangunin!"

"Iya," jawab Bara singkat. Pria itu pun kembali sibuk dengan kegiatannya.

Setelah selesai ia ke kamar Faiz. Ternyata pria itu tak tidur. Terbukti dengan rambut basah dan handuk yang melilit di pinggang.

"Handuk bersih ada lemari di atas wastafel," ucap Faiz sambil berjalan ke lemarinya mengambil pakaiannya.

Bara segera pergi ke dalam kamar mandi dan mulai mandi. Sedangkan Faiz beranjak ke ruang tamu dan menghidupkan tv. Ia tak ingin menunggu di meja makan sendiri. Terlalu menyedihkan baginya.

Tepat di iklan ke dua. Bara muncul dengan pakaian yang ada di lemari lain yang ada di kamar itu. Lemari khusus menyimpan pakaiannya.

"Lu nginap lagi?" tanya Faiz.

Bara mengangguk. Ia langsung berjalan ke arah meja makan. Begitu pula Faiz yang mengikuti seperti anak ayam.

"Lu kenapa nggak jadi chef aja sih?" tanya Faiz sambil mencomot makanan dengan tangan begitu saja.

"Jorok!" seru Bara geram.

"Iya, iya! Bawel lu!" Faiz segera mengambil sendok dan mulai menyendoki lauk ke piringnya. Tak lupa nasi yang sedikit.

Faiz adalah tipikal makan lauk dengan nasi. Sedangkan Bara adalah makan nasi dengan lauk. Jadi apa yang ada di piring mereka tampak jelas berbeda.

"Menurut lu. Veronica itu mirip Astuti nggak?"

"Eh?! Tunggu dulu!!"

"Gua nggak tau. Tapi Veronica benar-benar mirip. Sikapnya, makanan kesukaannya dan ... saat memeluknya aku mencium parfum vanilla fruity di sana. Itu parfum kesukaan Astuti."

"Karena bukan gua yang jatuh cinta sama Astuti. Jadi gua nggak tau. Kalau lu rasa benar dia Astuti. Lu bisa cari tau."

Bara mengangguk. Ia lekas menyelesaikan makan malamnya dan segera menuju ke ruangan kerja. Seperti biasa Faiz yang akan mencuci piring.

#------#

Keesokan harinya. Veronica datang untuk melihat hasil pemesanan hari ini. Apa mencapai target atau tidak.

Target pencapaian adalah 250 ribu penjualan. Nyatanya kurva terus naik hingga mencapai angka 700ribu pemesanan untuk keenam baju tersebut.

Veronica menatap ke arah Bara. Keduanya tersenyum. Sedangkan tim dan yang lainnya berjingkak riang.

"Kalau gini kita bisa ikut acara pameran untuk tiga bulan mendatang!" seru kepala tim 1. "Eh?"

"Makasih," ucap Bara pada Veronica.

"Sama-sama."

"Mereka kenapa?" tanya kepala tim 1 ke Faiz.

"Cinta lokasi kayaknya," bisik Faiz.

Kepala tim 1 langsung memberi kode ke yang lain untuk meninggalkan dua orang yang sedang jatuh cinta. Semuanya menurut begitu saja.

"Saya kira anda hanya sekedar cewek arogan dan sombong. Ternyata salah. Anda bukan hanya orang yang bisa menilai, tapi orang yang tau dan bisa memperbaiki kesalahan tersebut."

"Veronica!" panggil managernya. Veronica langsung menoleh.

"Ada apa?"

"Boss pulang!"

"Apa?!"

"Lima belas menit lagi pesawatnya akan tiba."

"Oh! Siapin mobil!"

"Baik!"

"Sepertinya saya tak bisa ikut acara perayaan itu. Saya pamit!" Veronica segera pergi dari sana.

"Boss? Gery?" Bara segera mengikuti Veronica.

Yang dia tau, Gery adalah teman dekat Astuti sejak SMP. Mereka tak terpisahkan. Sedangkan Bara sejak SD. Namun saat kelas lima SD ia harus pindah ke German demi perawatan penyakit mama. Lalu kembali ke Indonesia saat SMA.

Bara memacu mobilnya ke Bandara. Ketika sampai di sana ia langsung menemukan keramaian. Reporter mengerubungi pria itu.

Bara segera masuk ke kerumunan dan melihat Veronica yang mendekat. Gadis itu langsung memeluk Gery erat.

Gery juga membalas pelukan itu. Ia juga mencium kening Veronica. Apa yang terjadi itu dipotret oleh para reporter.

Bara terdiam. Ia segera berbalik dan melangkah pergi. Hatinya sakit begitu saja.

Veronica melepaskan pelukannya. Ia segera menggandeng tangan Gery. "Ayo!"

Gery ikut saja ke mana langkah Veronica. Mereka mengabaikan pertanyaan para wartawan. Dan sibuk bermesraan berdua.

"Gimana?" tanya Gery begitu mereka masuk ke dalam mobil.

Veronica menghela napas. "Harus sampai begini ya?"

"Maaf. Tapi, gua bener-bener suka dengan Tasya. Jadi bantu gua ya?"

"Lu tau kami berdua itu musuh bebuyutan kan?! Selain itu, itu kan tempat Bara!"

"Karena tempat Bara. Makanya gua setuju. Coba pikir-pikir, bukannya sudah saat lu bales dendam. Atau jangan-jangan lu malah jatuh cinta lagi sama dia?"

"Enak aja!" Veronica langsung membuang muka dan menatap ke luar jendela.

"Nggak usah emosi lagi! Kalau nggak ya nggak!" ucap Gery sambil memacu mobilnya.

"Nyebelin!" umpat Veronica.

#-------#

Di kantor Faiz dan Tasya berdiri di depan meja kerja pria itu. Mereka berdua agak takut dengan suasana sekarang.

Tadinya mereka sedang makan bersama dan merayakan kemenangan mereka. Tiba-tiba salah satu anggota tim 1 yang hendak menunjukkan foto anaknya, menemukan berita terkini di layar utama. Ia sengaja menaruh berita fashion sebagai widget utama yang menjadi aturan tak tertulis di tim 1. Demi mendapatkan berita terkini.

"Astaga! Kepala tim!" teriaknya sambil menunjukkan ponselnya ke kepala tim 1. Faiz juga melihatnya.

"Ayo kita pulang!" ujar Faiz. "Kalian lanjut saja makan. Saya akan sampaikan ke pihak manager agar apa yang kalian pesan masuk ke tagihan perusahaan."

Tasya segera bangkit mengikuti Faiz. Semua yang ada di sana sudah kehilangan selera makan. Mereka tak percaya. Baru ini melihat Bara jatuh hati dan langsung patah seketika.

"Hari kematian akan menunggu kita," ucap mereka. Padahal baru saja mereka merasa tenang dengan sikap atasan yang mulai baik. Apalagi sekretaris yang berada langsung dibawahnya.