"aaaaaa" Shivi terus berteriak sambil terjatuh ke dasar gua.
"Mine! Berubah lah menjadi tombak" ujar Arth. Mine langsung berubah menjadi tombak kemudian Arth menangkap Shivi sambil terjatuh.
"Sial! Seberapa dalam gua ini sehingga kita terus terjatuh?" Ujar Arth yang tersu terjatuh tanpa melihat apapun yang bisa ia injak.
"Arth!...aku tidak ingin mati!" Ujar Shivi sambil memeluk Arth. "Hehe...nyaman sekali bisa memeluk Arth se-erat ini!" Itulah yang sebenarnya yang dirasakan oleh Shivi.
Mereka semua terjatuh tanpa ada sesuatu yang bisa di injak. Pada akhirnya Arth menggunakan mata tajamnya untuk melihat seberapa dalam gua tersebut.
"Aku menemukan dasar dari gua ini"
Kemudian Arth memanggil sebuah sihir yang berbentuk seperti aura sihir bulat yang kenyal. Arth melemparkan sihir itu ke dasar gua sehingga bisa digunakan untuk pijakan empuk baginya dan seluruh pasukan Shivi.
"Blum-blum" mereka mendarat dengan keadaan baik-baik saja akibat dari sihir yang telah di panggil oleh Arth.
"Kau boleh menginjakan kakimu Shivi! Jangan memelukku dengan sekuat tenaga mu! Nafasku rasanya sesak" ujar Arth.
"Ouh iya maaf" ujar Shivi sambil melepaskan pelukannya dan menginjakan kakinya.
"Bruss" sihir yang dipanggil oleh Arth menghilang menjadi sebuah asap. "Tak" mereka semua seketika menginjakan kaki mereka di dasar goa tersebut.
"Tempat apa ini?" Ujar Shivi yang terkagum-kagum melihat tempat tersebut.
Di tempat itu terdapat sebuah tiga patung yang saling berhadapan. Ada dua patung perempuan yang menghadap ke satu patung laki-laki. Selain itu, tempat itu juga terdapat air yang mengenang dan sebuah kolam yang agak besar dan keruh.
"Ada yang aneh dari wajah patung itu" ujar Shivi yang melihat wajah ketiga patung tersebut. Yang membuat Shivi merasa aneh adalah satu patung perempuan dengan raut wajah sedih, sedangkan patung perempuan yang satunya lagi ber-raut wajah senang dan gembira sambil menghadap ke patung laki-laki. Akan tetapi, patung laki-laki wajahnya cukup aneh karena sebelah wajahnya senang dan sebelahnya lagi seperti sedang tertawa menyeramkan.
"Mungkin ada makna dari patung tersebut!" Ujar Arth sambil menyuruh Mine untuk merubah wujudnya menjadi manusia.
"Apakah ini teka-teki? Aku suka teka-teki" jawab Shivi sambil berjalan mondar-mandir mengelilingi tempat tersebut. "Arth! Kemari-lah. Aku menemukan sesuatu!"
"Apa itu?" Kemudian Arth menghampiri Shivi dengan rasa penasaran.
"Lihatlah!" Ujar Shivi sambil menunjuk. Arth terkejut melihat itu, Arth melihat sebuah lukisan yang sepertinya sedang menceritakan semua sejarah seseorang. Gambar itu menunjukan seorang ratu yang diperkosa oleh laki-laki dan kemudian sang ratu tersebut di siksa dan di kutuk menjadi manusia setengah ular oleh perempuan lain. Kemudian gambar itu menunjukan bahwa perempuan yang sudah mengutuk sang ratu langsung melakukan hubungan intim dengan laki-laki tersebut dan meninggalkan sang ratu dengan keadaan yang terkutuk.
"Apa maksud dari cerita gambar ini?" Ujar Arth yang keheranan.
"Mungkin ada hubungannya dengan tiga patung yang tersenyum namun cuman satu patung dengan raut wajah yang bersedih. Aku rasa patung yang bersedih itu adalah sang ratu yang diceritakan di gambar tersebut. Bagaimana menurutmu?" Ujar Shivi yang menyadari hal itu.
"Kurasa agak nyambung!" Jawab Arth.
Tiba-tiba ada seseorang yang berteriak meminta tolong dari kejauhan.
"Apa itu? Mungkin itu salah satu prajurit ku. Apa yang terjadi? Ayo kita ke sana!" Ujar Shivi yang begitu panik dan langsung menghampiri asal muasal suara tersebut.
"Ada apa komandan?" Ujar Shivi yang baru saja tiba. "Hah?...apa yang telah terjadi?" Shivi melihat hampir seluruh pasukannya berubah menjadi patung.
"Aku tidak begitu yakin ratu! Ketika ada yang berteriak, aku langsung menghampiri tempat ini, namun yang kulihat cuman puluhan patung yang mirip dengan prajurit kita" jawab komandan dengan panik.
"Hah?" Arth merasa aneh dengan kejadian itu, lalu Arth berjalan untuk menghampiri salah satu patung tersebut dan merabanya. Arth kemudian merasakan aura hangat dan detak jantung di dalam patung tersebut. "Kurasa ada yang telah mengutuk seluruh prajurit mu Shivi!" Ujar Arth dengan nada rendah supaya Shivi tidak merasa bersalah.
"Itu tidak mungkin! Sebuah kutukan cuman ada dalam legenda!" Jawab Shivi yang mencoba berpikir positif.
"Legenda? Apakah dewa Arthous juga bohong karena ia juga termasuk orang yang melegenda? Tidak bukan? Jika di lihat dari gambar sebelumnya yang telah kita lihat, ada sebuah kutukan yang terjadi pada ratu yang menguasai tempat ini! Ku rasa orang yang mengutuk pasukan mu adalah orang yang sama dengan yang ada di dalam cerita gambar tersebut" ujar Arth sambil mengeluarkan sihir-sihirnya untuk memeriksa seluruh tempat tersebut.
"Itu bohong! Mana mungkin mereka terkutuk! Aku tidak ingin mereka semua terkutuk di tempat ini karena mereka semua adalah rakyatku!!.." ujar Shivi sambil berteriak-teriak. "Tapi...jika dipikir-pikir...di dalam cerita gambar itu yang dikutuk adalah seorang ratu. Dan disini yang menjadi ratu adalah aku!.."
"Aku akan melindungi mu dengan seluruh kemampuan ku" ujar komandan pasukan sambil mengeluarkan pedangnya. "Tenang saja ratu! Aku akan melindungi mu"
"Ya...terimakasih komandan" ujar Shivi sambil terharu.
Arth memejamkan matanya sambil terus memancarkan aura sihirnya ke seluruh ruangan untuk melihat dan merasakan apa saja yang ada di dalam gua dan tempat tersebut.
"Ketemu!...Mine! Berubah lah menjadi sebuah tombak!...cepat!!" Ujar Arth sambil berteriak. Mendengar itu, Mine terkejut dan langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Arth.
Tiba-tiba ada seseorang yang menyerang mereka dari atas. "Mati kau!" namun Arth melemparkan tombaknya ke atas sehingga tombak Arth bertabrakan dengan seseorang tersebut hingga terlempar kedalam kolam air yang keruh.
Arth kemudian memanggil kembali tombaknya. "Sudah kuduga! Orang yang telah menjatuhkan kita ke dasar goa ini adalah dia! Sang ratu yang telah dikutuk!" Ujar Arth dengan raut wajah kesal sambil menunjuk ke arah kolam air yang terombang-ambing oleh seseorang tersebut.
"Apa? Ku kira sang ratu orang baik yang dikutuk!" Ujar Shivi yang tak percaya.
"Pada awalnya aku juga berfikir seperti itu!"
"Graaaaa" seseorang itu muncul kembali dari dasar kolam air dengan aura marah dan kebencian yang sangat pekat.
"Makhluk apa dia?"
Seseorang tersebut bertubuh manusia setengah ular dengan ular-ular kecil yang berada di rambutnya. Wajahnya begitu menyeramkan di tambah dengan mata yang terus bersinar dan dua gigi yang memanjang.
"Graaaa"
"Matanya sangat indah!" Ujar komandan yang tergila-gila oleh mata monster tersebut. Tak lama sang komandan mulai kaku dan berubah menjadi sebuah patung yang masih berdiri.
"Sial!" Arth langsung menghampiri Shivi dan mengambil kain yang bisa menutup mata Shivi. "Jangan bergerak! Aku hanya akan memakai kan mu kain ini supaya kamu tidak melihat matanya secara langsung. Aku yakin, jika kita melihat matanya, maka kita secara otomatis akan berubah menjadi kaku dan menjadi patung sama seperti yang lainnya"
"Emm...baiklah! Tapi apa yang harus kulakukan dengan keadaan mata yang tertutup?" Ujar Shivi dengan kebingungan.
"Diam saja! Itu akan membantu ku..."
"Hahaha...kenapa kau tidak menutup mata mu juga?" Ujar monster ular tersebut.
"Aku tidak perlu melakukan itu, jika aku akan berubah menjadi patung, maka jiwa ku akan terus memaksa untuk tetap bergerak" jawab Arth sambil mengeluarkan mata kuning yang bercahayanya.
Mereka berdua saling berhadapan dengan raut wajah saling membenci.